Beberapa waktu yang lalu, jagad media sosial ribut karena kata-kata capres Prabowo Subianto tentang 55% orang Indonesia buta huruf fungsional. Referensi datanya berasal dari Bank Dunia, namun Bank Dunia merujuk pada data PISA (Programme International School Assessment).Â
PISA adalah program yang diselenggarakan oleh OECD (organisasi negara-negara ekonomi kuat untuk pengembangan ekonomi dunia). Pada umumnya, program-program OECD bertujuan mengevaluasi kemajuan berbagai negara baik anggota maupun bukan (seperti Indonesia).
Tes PISA berisi soal-soal matematika, IPA, dan membaca (reading literacy) yang diikuti oleh berbagai negara di dunia dalam bahasa negara masing-masing. Tes yang menguji anak-anak umur 15 tahun ini diadakan 3 tahun sekali sejak tahun 2000.Â
Saat ini, data tes 2018 baru akan dirilis akhir 2019. Sedangkan yang terdapat dalam laporan Bank Dunia merupakan hasil tes tahun 2015 yang baru dipublikasikan akhir 2016. Bayangkan adik/anak kita seumuran anak-anak di foto di atas mengalami buta huruf fungsional?
Alih-alih ikut ribut di jagad media sosial, saya jadi ingat sudah pernah membaca hasil tes PISA ini beberapa tahun yang lalu. Data tahun 2013 (hasil tes 2012) dan 2016 (hasil tes 2015) saya baca di blog penulis buku "Indonesia Etc", Elizabeth Pisani. Â Di situ disebutkan bahwa hanya 25% peserta tes dari Indonesia yang mampu mengerjakan soal Matematika level 2 ke atas. Level 1 dianggap tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mari kita lihat contoh soalnya:
"Empat mobil memiliki kapasitas mesin yang berbeda-beda: Alpha: 1.79, Bolte: 1.796, Castel: 1.82, Dezal: 1.783. Â Mobil manakah yang memiliki kapasitas mesin terkecil?"Â
Soal level 2 tersebut tidak bisa dijawab oleh 75% peserta tes dari Indonesia!
Menurut ulasan Tirto, definisi "buta huruf fungsional" PISA adalah ketidakmampuan mengerjakan soal-soal membaca level 2 ke atas. Saya jadi buka-buka laporan PISA tahun 2012 untuk mencari tahu soalnya. Salah satunya adalah seperti di bawah ini.
"A. Untuk membandingkan ukuran balon Singhania sebelum dan sesudah dikembangkan |Â B. Untuk membandingkan ukuran balon Singhania dengan balon udara yang lain |Â C. Untuk menunjukkan bahwa balon Singhania terlihat kecil dari bawah |Â D. Untuk menunjukkan bahwa balon Singhania hampir bertabrakan dengan balon lain"
Soal seperti itu tidak bisa dijawab oleh 55% peserta tes dari Indonesia!