Mohon tunggu...
Siti Qolby Nayla Fadlillah
Siti Qolby Nayla Fadlillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pendidikan Sejarah

Hallo! saya adalah seorang mahasiswa S1 Pendidikan Sejarah, untuk lebih lanjut bisa kunjungi saya di : email : sitiqolby3@gmail.com instagram : qolbyynf

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gerakan Sosial Nyi Aciah Sebuah Gerakan Wanita Sumedang

11 Juni 2023   23:59 Diperbarui: 12 Juni 2023   00:18 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Orang-orang di sekitar Sumedang semakin menyadari kesaktiannya ketika ia berhasil menyembuhkan penyakit yang diderita  ayah kandungnya, Bapak Naip. Lambat laun, Nyi Aciah dipandang sebagai orang suci dan disegani masyarakat. Orang suci, kemanapun Nyi Aciah pergi selalu ditemani oleh para sahabatnya, termasuk Romo Naip. Karena kesaktiannya, muncul ramalan di masyarakat  bahwa Nyi Aciah akan muncul dua kerajaan Sunda, satu di Keling selatan Banjar dan satu lagi di Tegal Luar.

"Gerakan Nyi Aciah"

Pecahnya gerakan Nyi Aciah terjadi antara tahun 1870 hingga 1871. Meski hanya berlangsung satu tahun, gerakan ini dinilai berhasil membangun infrastruktur keagamaan para petani dan meningkatkan perekonomian nasional di Sumedang. Pesantren Nyi Aciah menerima banyak santri. Salah satu santri yang paling berkomitmen sekaligus menjadi "tangan kanan" Nyi Aciah dalam menyebarkan gerakan itu adalah Mohammad Hasan. Sejak Mohammad Hasan bertekad untuk belajar pada Nyi Aciah, ia mendirikan petani yang sama di daerah Bagelen.

Untuk mempercepat gerakannya, Hasan Mohammad meminta  para penguasa, pangeran dan  bangsawan lainnya untuk tidak menghalangi gerakan tersebut. Lamarannya berdasarkan keyakinannya bahwa Nyi Aciah adalah keturunan garis besar dan karenanya berhak menjadi ratu di kerajaan Sunda. Selain itu, Hasan Mohammad juga mempengaruhi beberapa ulama terkemuka, antara lain R. Mohammad Ahmad (Naib Tasikmalaya), Mohammad Sanusi (Naib Indihiang), Mas Abdul Manan (Naib Malangbong),  Enom dan  Arsinem (pemimpin komunitas Cibian), Ayah Naip dan Ambu Aciah (orang tua Nyi Aciah), Haji Abdullah dan Haji Abdullah Umar. 

Pengikutnya juga banyak, Mohammad Hasan dianggap orang yang sakti seperti guru Nyi Aciah. Mohammad Hasan kemudian menjanjikan  kebahagiaan mutlak kepada murid-muridnya. Bersama Nyi Aciah, ia mengumumkan kepada para santri bahwa ia akan mendirikan kerajaan baru bernama Tegal Luar. Semua masyarakat di Bagellen dan Sumedang harus mendukungnya. Akhirnya seluruh masyarakat  mendukung cita-cita tersebut dengan menjadi pedagang. Pendapatan dari bisnisnya disumbangkan untuk proyek pembangunan kerajaan, memungkinkan gerakan Nyi Aciah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Sumedang, selain berhasil mendirikan pesantren.

Akhir dari Gerakan Nyi Aciah

Awalnya, pemerintah kolonial biasa-biasa saja, tidak memperhatikan gerakan Nyi Aciah. Tetapi ketika pengikutnya bertambah, pemerintah kolonial khawatir mereka akan mendominasi dia. Pada awalnya, pemerintah Hindia Belanda menganggap remeh gerakan Nyi Aciah. Setelah mereka berhasil meyakinkan masyarakat akan kesaktiannya, pemerintah Hindia Belanda sangat memperhatikan perkembangan gerakan keagamaan ini. Nyi Aciah mendirikan pesantren di Sumedang dan Bagellen. Mereka mengkritik Nyi Aciah dan menuduh kelompok ini melakukan berbagai fitnah keji, antara lain. Tapi usaha itu tetap gagal. Masyarakat Sumedang - Bagellen masih mempercayai gerakan suci Nyi Aciah. Mereka percaya bahwa Nyi Aciah adalah orang sakti yang turun ke bumi sebagai ratu keadilan dan bidadari pelindung yang baik. Dituduh mengganggu keamanan dan ketertiban umum, Nyi Aciah dan lima pengikutnya yang diketahui ditangkap dan dipenjarakan oleh pemerintah Hindia Belanda pada awal Mei 1871. Dengan penangkapan itu berakhirlah gerakan Nyi Aciah pimpinan Hasan Mohammad. Semua pengikutnya ditangkap dan diasingkan. Sedangkan Nyi Aciah sendiri berhasil dipenjarakan di sebuah lokasi rahasia sejak Mei 1871. Pemberontakan Nyi Aciah mereda. Sedikit demi sedikit, masyarakat Sumedang kembali tertindas, tidak memiliki keberanian maupun tekad untuk melawan. Mereka lemah dan Belanda kembali mengecewakan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun