Halo semua, semoga pada baik baik saja.Â
Masih inget sekarang tanggal berapa? sip, berarti siap buat baca, hehe.
Tulisan ini berupa review singkat dari buku "Bicara itu Ada Seninya". Berikut ada beberapa poin yang bakal aku jabarin dan semoga bisa dipahami baik buat para pembaca :) tanpa panjang lebar, let's kita ngobrolin ke poin poin pembahasannya yang menarik dari buku ini.
1. Lupa Lawan Bicara
Apa sih yang dimaksud lupa lawan bicara? yang dimaksud adalah sering banget ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, apalagi yang sedang membangun hubungan dari pertemuan awal, salah satu dari mereka bisa jadi memang asik buat di ajak ngobrol, enak diajak bercanda. Tapi, dalam pertemuan awal mereka, salah satu memulai dengan menceritakan dirinya sendiri secara dominan.Â
Semenarik apapun dari tampilan, gesture dalam bercerita dll akan terasa hambar bagi lawan bicara ketika tidak dilibatkan, tidak ditanya tentang dirinya yang membuatnya terasa bukan menjadi bagian dari percakapan.Â
Seseorang membuat janjian ketemuan selanjutnya untuk menjalin hubungan pasti karena ada yang menarik dan tidak miss pada pertemuan awal.Â
Terus kalau misal kita nggk pernah merhatiin hal yang terdengar sepele ini pada disetiap pertemuan perdana dengan orang lain, yakin bisa ngebangun kalaborasi yang menghasilkan oportunity yang berlimpah jika diawal udah salah?Â
2. Cerita yang Menghantam
Tidak berlebihan, untuk mengkonotasikan sebuat power dari kisah yang yang menarik. Pernah nggk sih kalian? dengerin cerita orang yang literally cerita doang, tapi telinga kita enggan buat skip dan kita dengerin sampe akhir? yup itulah power of story telling yang perlu kita pahami.Â
Dalam buku disebutkan ada 4 unsur yang harus terpenuhi dalam kisah atau cerita kita dalam penyampaian. Pertama, Tema kita, apakah mengandung kisah yang menarik dan bisa memantik pembicaraan yang sesuai dengan para pendengar.Â
Kedua, Konflik. Cerita nggk bakal seru kalau nggk ada konflik. Tanpa konflik cerita akan menjadi hambar layaknya narasi kosong tanpa melahirkan kesimpulan. karena dengan adanya bumbu konflik, disinilah para pendengar akan memutuskan untuk angkat kaki atau mengikuti hingga akhir tenggelam dalam konflik yang disajikan.Â
Terakhir, simpati. Simpati yang dimaksud adalah dengan menyajikan kisah bukan menarik hanya berdasarkan perkiraan kita untuk para pendengar, namun bagaimana kisah yang kita sampaikan bisa memiliki korelasi pada hal hal kecil pada kehidupan para pendengar sehingga mereka bisa ikut merasakan dan bisa memberikan simpati atas kisah kita.
3. Talk Engineering
Yup, teknik dalam berbicara. Disampaikan bahwa ada empat poin yang perlu kita jaga dalam komunikasi. Pertama, jangan memonopoli pembicara. Dimana kita terlalu menyetir arah pembicaraan tanpa memberi ruang pada kawan bicara kita.Sehingga, dengan dominasi itu mengkaburkan rasa memberi ruang, tidak dihargai, daan akhirnya feedbacknya tidak sesuai yang diharapkan, seperti tidak menghargai dan tidak mendengarkan sepenuhnya.Â
Kedua, Meng-ghibah. Apaan tuh? yups, ngomongin dibelakang, jangan biasain kita membicarakan lawan bicara dibelakang lawan bicara kita, karena akan merubah beberapa pandangan kita secara tidak murni pada pertemuan yang sesungguhnya.Â
Ketiga, Intonasi. Hal ini bakal susah banget kalau kita nggk mau belajar buat nerapin. Karena sesederhana kita ingin menyampaikan cerita, nasihat, amarah, bela sungkawa akan terdengar beda saat nada mkita tak sesuai hanya karena mungkin kita malu menyampaikan, bingung mengolah kata akhirnya terbata-bata dan sebagainya, Bahkan sebenarnya kita ingin ngungkapin cinta malah di kira nge prank, eitss, nggk dong ya, hehe.Â
Keempat, Singgungan. Maksudnya adalah jangan kita berucap kata yang tidak mengenakan hati lawan bicara. Yang sontak akan membuat atmosfer tidak nyaman, saling beradu, dan akhirnya malah berselisih dan perang dunia, hehe.
Itulah ringkasan beberapa review dari buku "Bicara Itu Ada Seninya". Ngerasa ada yang kurang? makanya yuk baca bukunya, biar makin maksimal ilmunya, nggk cuma liat review review doang, hehe. Semangat pejuang literasi, dan terima kasihh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H