Mohon tunggu...
Qodry Al Azizy
Qodry Al Azizy Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa - Ketua Dewan Racana Syekh Nurjati Pramuka IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Menulis adalah cara saya memaksa diri untuk menjadi terpelajar. Enjoy!!!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mahasiswa Zaman Kiwari: Krisis Intelektual dan Literasi

2 Juni 2023   00:55 Diperbarui: 2 Juni 2023   01:01 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zaman senantiasa berubah, dan perubahan-perubahan tersebut memaksa manusia untuk dapat senantiasa beradaptasi. Bagi yang tidak mampu beradaptasi akan dikebiri oleh zaman, begitulah kiranya hukum alam yang berlaku. Mau tidak mau ataupun suka tidak suka, realitas tetap menjadi realitas, kan?

Perubahan-perubahan tersebut tidak serta-merta mengarah pada kemunduran dan tidak pula sepenuhnya berisi tumpukkan kebaikan, kiranya sebagai manusia terpelajar haruslah dapat memaknainya dengan arif lagi bijaksana.

Dengan segala macam ciri yang ada, sesuai dengan pengklasifikasian yang didapat melalui proses analisis yang sedemikian rupa, mahasiswa menjadi salah satu entitas yang layak untuk menyandang gelar "terpelajar", harusnya. Namun, apakah benar demikian? Mari kita bedah dan kaji bersama!

Mahasiswa merupakan status yang disandang seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang nantinya diharapkan dapat menjadi calon-calon intelek. Sayangnya, menjadi intelek tidak semudah mendefinisikan arti dari kata mahasiswa. Perlu proses panjang yang sedemikin rupa njelimetnya untuk sampai pada tahap tersebut, salah satunya belajar. Untuk menjadi seorang intelek seseorang haruslah mau untuk belajar, baik menulis, membaca, berdiskusi, berpikir, dan indikator lainnya yang dalam bahasa keren dikenal dengan literasi, sepakat?

Literasi merupakan kebutuhan pokok bagi mahasiswa, tidak mungkin mahasiswa dapat dikatakan mahasiswa jika enggan untuk ber-literasi. Literasi adalah penting adanya, karena dengan literasi ia akan dapat menuangkan gagasan-gagasan briliannya untuk kemudian ditransformasikan dalam bahasa sederhana dan mudah dipahami orang lain, sehingga orang lain pun tercerahkan dan cinta untuk ber-literasi. Literasi adalah proses kontinyu atau terus menerus, tanpa dilakukan secara terus menerus maka hasil yang didapat pun tidak akan serius.

Dilansir dari laman Kominfo.go.id, bahwa Indonesia menempati peringkat ke-2 (mohon diperhatikan dengan seksama, agar tidak keliru) dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca di negeri ini sangatlah rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%, artinya dari 1.000 orang hanya ada 1 yang rajin membaca, artinya mahasiswa pun termasuk di dalamnya, artinya hal ini sangat memprihatinkan, kan?

Selanjutnya, laporan dari We Are Social menunjukkan bahwa jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 167 juta orang pada Januari 2023. Jumlah tersebut setara dengan 60,4% dari populasi negeri ini. Fantastis? Tentu.

Bayangkan jika jumlah yang sedemikian banyaknya memanfaatkan teknologi atau media sosial untuk belajar, berliterasi, mencari wawasan baru, atau berdiskusi. Berapa banyak orang-orang yang akan tercerahkan, menjadi terpelajar atau bahkan intelek? Tidak menutup kemungkinan Indonesia akan menjadi negara maju.

Tulisan ini hanya berupaya untuk menyadarkan aku, kamu, dan kita semua yang menyandang status mahasiswa akan betapa pentingnya literasi. Masa ngaku agent of change tapi malas untuk ber-literasi, kan lucu. Apanya yang ingin di-change jika demikian? Maka dari itu change diri sendiri terlebih dahulu, agar dapat benar-benar memberikan perubahan bagi negeri yang kita cintai ini.

Mari bersama kita gaungkan semangat literasi, agar nantinya terlahir generasi-generasi intelek yang mampu mengharumkan negeri, agar nantinya angan-angan para pendahulu tidak hanya menjadi sebatas khayalan, tetapi dapat benar-benar direalisasikan.

Jika menjadi mahasiswa tidak merubahmu secara pikiran, emosional, dan kesadaran, lebih baik tidak menjadi mahasiswa sama sekali. Salam mahasiswa!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun