Perkembangan bahasan pada anak usia dini, adalah salah satu aspek perkembangan kreativitas pada anak yang berasal dari pemikiran anak tersebut, dan sesuai dengan terhadap perkembangan anak.
Bahasa merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh sebagian besar makhluk hidup untuk berkomunikasi satu sama lain, kemampuan berbahasa sendiri sudah ada sejak kita masih bayi, bahkan mungkin dari kita masih dalam kandungan. Bahasa sendiri juga dijadikan untuk mengapresikan diri,  dan juga menerima  perasaan orang lain. Anak belajar menyimak, berbicara,  membaca,  dan  menulis  sesuai  dengan  tahap  perkembangannya.
Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang memfokuskan pada kemampuan anak pada usia dini dan meletakkan peminatan anak sesuai dengan keunikan anak dan tahap perkembangan anak pada usia dini.Dengan mengenalkan teori-teori pengembangan bahasa, anak mampu meningkatkan perkembangan  bahasa  secara  optimal.  Hal  ini  dapat  dilakukan  dengan  memberi  contoh yang baik,  memberikan  motivasi  pada  anak  dan  menerapkan  kebiasaan-kebiasaan  yang sesuai  dengan  anak  usia  dini. Pengembangan bahasa  terbagi  atas  beberapa  teori  dalam perkembangannya melewati tahap-tahap tertentu.
- Teori Nativisme
para ahli Nativis  berpendapat  bahwa  kemampuan  berbahasa  sifatnya sangat natural  (bawaan),  sebagaimana  halnya  kemampuan  berjalan,  merupakan  bagian  dari perkembangan  manusia  yang  dipengaruhi  oleh  kematangan  otak.
- Teori Behavioristik
adalah  perilaku  yang  dikehendaki  adalah  perilaku yang  dikendalikan  oleh  akibatnya. Bila  akibatnya  itu  hadiah  atau  sesuatu  yang menyenangkan  maka  perilaku  ini  akan  terus  dipertahankan,  kemampuan dan  frekuensinya akan terus berkembang.  Namun, sebaliknya, akibatnya adalah hukuman maka akan terjadi sebaliknya.
- Teori perkembangan kognitif
- Teori  ini  beranggapan  bahwa  berpikir  sebagai  prasyarat  berbahasa,  terus
- berkembang  sebagai  hasil  dari  pengalaman  dan  penalaran.  Teori  ini  menekankan  proses berpikir  dan  penalaran.
- Teori interaksionisme
Menurut  teori  ini,  pemerolehan  bahasa  adalah  hasil  interaksi  antara kemampuan psikologis  siswa  dan  lingkungan  bahasa.  Bahasa  yang  diperoleh  siswa  erat  kaitannya dengan  kemampuan  internal  siswa  dan  input  dari  lingkungannya.  LAD (language Acquisition Device)  alat penguasaan bahasa sejak  lahir,  hanya saja kemampuan anak dalam menguasai bahasa  berbanding lurus dengan kualitas dengan pendapat  Howard  Guadner  yang mengakatakan  bahwa  semenjak  lahir  sudah  memiliki kecerdasan  bahasa.  Hanya  saja  kecerdasan  bahasa  bukan  satu-satunya  penopang  yang menjadikan  anak  memiliki  kemampuan  bahasa  yang  baik,  harus  ada  faktor  eksternal  yang mendukung dia mendapat input bahasa yang baik juga.
- Teori Fungsional
Teori fungsional melakukan melakukan revolusi penelitian dalam pembelajaran dan pemerolehan  bahasa,  dimana  mereka  melihat  bahwa  bahasa  adalah hasil  manifestasi kemampuan  kognitif  dan  afektif yang  bermanfaat  bagi  manusia  itu  sendiri,  manusia  dan lingkungan  sekitar  untuk  berhubungan  dengan  mereka  ataupun dalam  rangka  menjelajar dunia.Â
- Slobin mengatakan bahwa kompleksitas bahasa yang ditentukan   oleh  perkembangan   kognitif   dan   urutan  perkembangannya   daripada kompleksitas bahsa itu sendiri. Menurut Slobin, yang menentukan hal ini adalah :
1) Asas  fungsional,  bahwa  perkembangan  diikuti  oleh  perkembangan  kemampuan komunikatif yang berhubungan dengan pemikiran kognitif.
2) Asas  formal, Bahasa  pada  hakikatnya  digunakan  untuk  komunikasi  interaksi  seperti  fungsi  komunikasi pada umumnya.
Bruner menyatakan  bahwa  anak  belajar  dari  yang  konkret  ke  abstrak  melalui  tiap  tahapan,  yaitu enactive, iconic, dan symbolic, Khadijah.(2006).
- Tahap enactive, anak berinteraksi dengan objek berupa benda-benda, orang, dan kejadian. Dari interkasi tersebut anak belajar nama dan merekam symbol  dan  kejadian.
- Tahap iconica, anak  mulai  belajar  mengembangkan  simbol  dengan benda.
- Tahap Symbolic, anak mengembangkan konsep. Pada tahap ini, anak mulai belajar   berpikir   abstrak,   anak   mampu   menghubungkan tiap-tiap tahapan,   anak   mampu menghubungkan  antara  berbagai  benda,  orang  atau objek  dalam  suatu  urutan kejadian.
   Â