Mohon tunggu...
QodratSQ
QodratSQ Mohon Tunggu... Administrasi - Amil Zakat dan Nazhir Wakaf Bersertifikasi

Tuhan tak perlu dicari karena DIA ADA, Kita hanya perlu menjaga diri agar tetap bersamaNYa dan tetap menjadikan DIA sebagai TUHAN apapun keadaannya bagaimana pun situasinya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pesta Demo Crazy

29 Januari 2024   12:12 Diperbarui: 29 Januari 2024   12:16 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini Indonesia sedang riuh-riuhnya Pesta (yang katanya) demokrasi. Sebuah rangkaian perhelatan pemilihan Presiden dan Legislatif yang dianggap sebagai sebuah pesta. Mungkin karena ingin membuatnya jadi semarak, agar mendorong partisipasi aktif warga negara dalam kehidupan politik dan mendorong keterlibatan masyarakat sipil dalam membuat Keputusan.

Pesta Demokrasi seharusnya menjadi ajang pendidikan politik bagi masyarakat. Hal ini mencakup pemberian pengetahuan yang memadai untuk membuat keputusan informatif dan keterlibatan aktif dalam proses demokrasi. Namun, apa yang terjadi saat ini lebih menyerupai pameran poster politisi yang mengotori kota dan desa tanpa memperhatikan etika atau keamanan jalan.

Ketika seharusnya pendidikan politik menjadi fokus, kita malah disuguhkan dengan pemandangan baligho-baligho liar yang merusak keindahan lingkungan. Pemasangan poster politisi yang semrawut dan brutal, tanpa mempertimbangkan dampaknya pada keamanan jalan dan pemandangan kota, seakan menjadi norma yang diterima secara massal.

Pentingnya membangun budaya politik yang elegan dan beradab seharusnya menjadi perhatian utama. Belajar dari negara maju seperti Jepang, pemerintah dapat menyediakan spot khusus dengan regulasi ketat mengenai ukuran dan lokasi pemasangan materi kampanye. Inisiatif ini menjaga kerapihan dan estetika lingkungan kota serta melibatkan masyarakat dalam proses demokrasi tanpa mengorbankan tatanan sosial.

Kampanye orasi pun juga hanya boleh dilakukan di ruang publik. Para politisi diwakili relawan atau tim suksesnya tidak bisa melakukan kontak langsung atau mendatangi rumah warga dari pintu ke pintu di masa kampanye. Jadi tidak ada aksi ketok pintu berkedok bagi sembako atau uang pada masyarakat untuk mempengaruhi masyarakat memilih salah satu calon.

Ketertiban dan keteraturan saat pesta demokrasi akan menjadi bagian dari pendidikan politik bagi Masyarakat. Dimana para politisi menyajikan cara-cara yang elegan dan beradab saat berjuang memenangkan kursi yang ingin mereka raih, memberikan contoh cara berkompetisi secara beradab, menjauhkan diri dari taktik-taktik merusak. Sehingga rakyat pun bisa dengan nyaman mengolah informasi dan menentukan siapa yang terbaik yang akan mereka pilih.

Keriuhan pesta demokrasi di Indonesia saat ini lebih cocok disebut dengan "Pesta Demo Crazy". Karena sudah terlalu banyak kegilaan yang didemonstrasikan para politisi dalam bersaing.  Masyarakat yang seharusnya di didik dengan budaya berprestasi dan kemampuan menjadi solusi atas permasalahan bangsa, malahan seakan di didik untuk terbiasa saling menjatuhkan.

Kebrutalan pemasangan Baligho dan poster para politisi juga seperti membudayakan sikap abai terhadap kepentingan umum, keteraturan dan ketertiban. Jika hal ini menjadi budaya Masyarakat kita dan dibiarkan terus mengakar, maka inilah gambaran pemerintahan yang akan terwujud. Apalagi jika yang menang adalah yang paling banyak baligho dan posternya yang dipasanga secara brutal. Ini benar-benar "Crazy".

Situasi saat ini lebih mencerminkan "Pesta Demo Crazy". Ini adalah panggilan untuk meresapi nilai-nilai demokrasi yang sejati, yang melibatkan partisipasi aktif, edukasi, dan sikap beradab dalam berpolitik. Hanya dengan membangun budaya politik yang lebih berkualitas, kita dapat memastikan masa depan demokrasi yang sesungguhnya bermanfaat bagi semua lapisan masyarakat.

Untuk mencapai demokrasi yang lebih matang, penting bagi pemerintah, lembaga terkait, dan masyarakat secara keseluruhan untuk bekerja sama dalam menciptakan aturan dan regulasi yang lebih ketat terkait kampanye politik. Undang-undang yang jelas mengenai batasan-batasan kampanye, termasuk ukuran dan lokasi pemasangan materi kampanye, perlu diperkuat dan ditegakkan dengan tegas. Proses pemilihan umum seharusnya menjadi ajang yang bersih, transparan, dan adil, sehingga rakyat dapat memiliki keyakinan penuh terhadap perwakilan yang mereka pilih. Dengan demikian, Pesta Demokrasi yang seharusnya menjadi wahana pendidikan dan partisipasi aktif akan lebih bermutu, menciptakan fondasi yang kokoh untuk masa depan demokrasi Indonesia.

(QodratSQ)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun