Mohon tunggu...
gendeng irng
gendeng irng Mohon Tunggu... karyawan swasta -

seorang penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Kisah Kisruh Bola Insomnia

14 April 2015   07:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:08 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Ada sebuah cerita, tentang olahraga di dunia lain. Sebut saja namanya terjangbola. Cabang olahraga ini sungguh diminati di planet itu. Setiap terjangbola digelar piala dunianya seisi planet akan bersemangat. Negara-negara berprestasi di cabor terjangbola selalu sukses menjadi hiburan makluk planet di dunia lain ini.

Cabor terjangbola ini juga punya asosiasi yang menjadi wadah pengembangannya demi keteraturan seluruh stakeholdernya. Baik pemilik klub, atlet, pelatif, ofisial, wasit, fans, bahkan negara-negara difasilitasi di dalamnya. Asosiasi bernama PIPA itu sungguhlah hebat dan ketat dalam menjalankan aturan mereka. Saking mendunianya PIPA, bahkan pemerintah negara-negara di planet ini tak diperkenankan mengganggu afiliasi dari PIPA ini di setiap negara. Tujuan utamanya adalah demi fair play dan tentu saja kemurnian cabor itu sendiri yang diharapkan jauh dari isu politis.

Kehebohan terjangbola kemudian sampai dan juga bergaung di negeri berpenduduk banyak namun miskin prestasi cabor ini bernama Insomnia. Warganya yang sudah banyak beban pikiran kerap terhibur dengan aksi terjangbola di televisi. Warga Insomnia yang rata-rata sumbu pendek ini kerap makin bersemangat bilamana isu kedaerahan dijadikan bumbu kompetisi terjangbola di negerimereka. Walau Insomnia lama tak punya prestasi di sekup region, dipinggirkan di sekup interkontinental, bahkan tak dihitung di level dunia; terjangbola tetap dianggap sebuah cabor bergengsi di negeri ini.

Adalah Persatuan Terjangbola Insomnia (PTI) yang merupakan afiliasi PIPA yang mengelola terjangbola di Insomnia. Awalnya asosiasi ini biasa saja dan tak terlalu bergengsi untuk diperebutkan kepengurusannya. Jangankan secara keanggotaan PIPA, di Insomnia ketua PTI juga tak ramai kalau sedang ada pemilihan ketuanya. Namun lambat laun PTI berhasil mengemas terjangbola di Insomnia lebih menarik, terutama memelihara fanatisme daerah yang jadi sajian menarik dalam kompetisi.

Cerita punya cerita PTI kemudian menjalankan kompetisi dengan sedikit penyimpangan. Karena beberapa pengurusnya memiliki kepentingan lain di terjangbola, kompetisi yang tadinya seru mulai banyak pelanggarannya. Ada pengurus PTI yang juga pemilik klub di kompetisi, tentuny ada hal-hal tak sepantasnya yang bisa dimanfaatkan demi kemajuan klubnya. Ada pengurus yang bermain mata dengan bandar judi skor terjangbola. Ada pula pengurus yang memanfaatkan terjangbola demi popularitas politik menjelang pemilu di Insomnia.

Kompetisi yang jadi jalan utama membentuk timnas terjangbola jadinya amburadul. Beberapa klub pesertanya berprestasi karena kerap dibantu wasit lewat hadiah penalti semata. Imbasnya, kala main di level internasional klub ini diganyang lawan yang biasa berprestasi dalam persaingan kualitas tingkat tinggi. Klub yang punya dana minim difasilitasi ikut dalam kompetisi yang katanya profesional banyak terjadi. Niatnya mungkin bisa saja dikatakan baik, namun manakala klub gagal membayar gaji atlet, pengurus PTI tak ambil pusing dan menyerahkan semua kembali pada klub untuk menyelesaikan tunggakan gaji pemainnya. Tak ada hukuman buat pengurus klub yang gagal membayar tadi. Boro-boro dihukum, pengurus tadi malah difasilitasi untuk mengikuti kompetisi tahun berikutnya.

Kabar angin di Insomnia, para pengurus klub ternyata banyak berasal dari pimpinan daerah asal klub tersebut. Dalam banyak cerita yang beredar, APBD  banyak dimainkan dengan dalih pada pembinaan klub terjangbola daerah tersebut. Main di sini main di sana, pokoknya terjangbola kini benar-benar menggemaskan.

Tonton saja satu laga, kerap ramai dengan hinaan rasial fans yang tak pernah diambil pusing PTI yang harusnya mengikuti PIPA dalam hal menolak rasisme. Pemain yang merasa punya nama beken bisa sesukanya melawan wasit dan tak dihukum berat oleh PTI. Banyak lagi deh kisah durjana di terjangbola Insomnia.

Gerakan perlawanan pun muncul. Dalam pemilihan pengurus PTI calon di luar pengurus selama ini mendaftar. Tapi PTI tentu sadar besar nilai mereka dan berjuang untuk tak tergantikan. Namun arus besar reformasi bergaung dan pengurus PTI lama digusur. PTI Reformasi pun resmi mengelola terjangbola Insomnia.

Tapi, dasar anak baru. PTI Reformasi rupanya gagal memahami peta kekuatan di Insomnia. Beberapa kebijakannya membuat gerah klub-klub berbasis fans besar. Klub-klub yang sudah muak dengan PTI korup sebelumnya itu kemudian unjuk gigi untuk memperingatkan PTI Reformasi untuk tidak sporadis melakukan revolusi. Bagi mereka evolusi yang smooth lebih nyaman untuk memulai era baru terjangbola Insomnia. Akibatnya dua kompetisi pun berjalan secara tidak wajar di Insomnia.

Keributan kecil antara PTI Reformasi dengan Klub-klub tadi dimanfaatkan PTI lama untuk kembali. PTI Reformasi kemudian digulung dalam sebuah kongres. Walau ketuanya tetap dari PTI Reformasi, namun seluruh stafnya diganti oleh rezim pengurus PTI lama yang telah kembali bercokol.

PTI yang kembali diurus rezim yang lama kemudian juga mendepak klub-klub yang mendukung PTI Reformasi dulu. Klub bernama Kontra Duta yang menjadi pemenang dalam turnamen menuju persatuan liga kemudian ditolak masuk liga utama. Klub bernama sama yang lahir dalam dualisme kompetisi kemudian dilebur dengan keuntungan bagi pihak pendukung PTI lama tentunya. Hal ini kemudian menyakiti klub Perseyaba yang kemudian turut digusur sebagaimana Kontra Duta.

Perseyaba ini secara historis adalah klub berprestasi di terjangbola Insomnia. Basis fansnya besar dan terkenal dengan nama Kenob. Salahnya adalah karena mereka berkompetisi di liga PTI Reformasi semasa dualisme kompetisi. Di masa itu pengurus PTI lama menciptakan klub siluman bernama Perseyaba juga untuk mengikuti liga perlawanan mereka. Ironisnya lagi, presiden klub Perseyaba antah-berantah malah jadi wakil ketua PTI hasil kongers terakhir yang mengembalikan pengurus PTI lama ke PTI. Jadilah Perseyaba asli dimatikan walau punya sejarah besar dan Perseyaba kloning baru berdiri berjajar dengan klub-klub besar di kompetisi terjangbola Insomnia.

Beda cerita di kenegaraan, terjadi perubahan pemerintahan di Insomnia. Menpora pemerintahan sebelumnya yang cuma caretaker dan sukses mengembalikan pengurus lama ke PTI sudah diganti (menpora asli awalnya adalah pejuang jantan yang ingin mereformasi PTI juga namun terlibat kasus korupsi yang kabarnya hanya kriminalisasi). Menpora baru ini menuntut isu "profesional" yang dibawa PTI kini. Organisasi oalhraga profesional bernama POPI pun dibentuk. Hasilnya peserta kompetisi yang gemuk jumlahnya dipangkas jadi 18 klub. Kemuadian 18 klub ini diseleksi lagi dengan rekomendasi menggugurkan dua klub yang salah satunya adalah Perseyaba kloningan tadi.

Tapi PTI merasa heboh sendiri. Dengan dasar pikiran kekuatan mereka yang dibiarkan pemerintah sebelumnya merajalela, PTI nyaman saja membiarkan Perseyaba kloningan dan Amera ikut di musim kompetisi terbaru.Padahal kedua klub ini dicekal karena masalah kepemilikan klub yang belum jelas selepas peleburan dualisme liga dan dualisme klub.

Sesungguhnya Kenobmania yang jadi basis fans Perseyaba asli memahami hal ini. Mereka mendukung pembekuan Perseyaba kloningan karena pada umumnya tahu mana Perseyaba yang harus didukung di terjangbola Insomnia. Munculnya protes atas kebijakan POPI oleh Kenobmania diduga hanya segelitir sosok pasukan nasi bungkus semata. Lalu bagaimana dengan Amera yang juga dicekal? Beda dengan Kenobmania, Amerania yang jadi pendukung Amera tak terlalu menggubris siapa pengurus klub asli atau kloningan. Tadinya Amera asli adalah yang turut di liga PTI Reformasi, namun karena tak berprestasi Amerania pindah mendukung Amera kloningan yang main di liga tandingan era dualisme kompetisi hingga kini. Bagi Amerania mungkin semuanya sederhana. Tak peduli siapa pengurusnya, selama Amera punya prestasi itu akan didukung jadi hiburan mereka (pure feel saja).

Menpora yang saat ini ternyata beda dengan caretaker menpora sebelumnya. Interfensi siap dilakukan manakala PTI tak menjalankan prinsip profesionalisme. Tentu saja karena negara tak boleh kalah sama mafia bukan? PTI pun mencoba berlindung di bawah ketiak PIPA. Surat ancaman PIPA pun turun walau kita juga bingung kenapa PIPA malah mendukung PTI yang jelas tidak profesional. Tapi Menpora Insomnia sepertinya tidak takut. Banded dari PIPA sekalipun bukan berarti neraka. Toh tak ada agenda internasional penting terjangbola yang akan membuat Insominia kehilangan momentum juara wong prestasi saja tak ada.

Menpora sepertinya lebih berani dan sadar dengan pikiran sehat untuk melakukan operasi besar demi terjangbola Insomnia yang lebih baik. Ribut-ribut PTI kali ini bisa jadi jalan tepat membasmi mafia terjangbola yang sudah seperti kanker. Tak apa dikucilkan sementara dari PIPA supaya para mafia yang jadi kangker lenyap dulu untuk kemudian membangun kembali semua dari nol dan jelas ternetralisir dari virus.

Semoga niat baik Menpora Insomnia ini bisa dipahami rakyat. Semoga rakyat tak mau dipanas-panasi segelintir pasukan nasi bungkus keluaran mafia bola di Insomnia yang punya kekuatan uang besar tentunya.

Well, itulah yang saya dengar terjadi di Insomnia dalam perjalanan saya menembus ruang dan waktu. Salam untuk Menpora Insomnia. Semoga cerita yang sama terjadi di negeri penulis dan pembaca tercerahkan dengan kemungkinan ini bila mana terjadi di negeri ini.

Semoga tak salah post yah, walau ini fiksi tapi karena ada kata "bola" maka enaknya saya post di forum olahraga......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun