Mohon tunggu...
Muqaddim
Muqaddim Mohon Tunggu... -

Dayung perahumu sekuat tenaga, terus bergerak. Jangan mau tersesat di tengah lautan tak bertuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Formulasi Seputar Pemasalahan Pemimpin Negara

20 April 2016   23:54 Diperbarui: 21 April 2016   04:19 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menelusuri alur perjalanan negeri ini, mulai dari masa kepemimpinan seorang insinyur, militer, teknokrat, agamawan dan sampai sekarang ini, hampir-hampir saja dikatakan gagal dalam membangun negara. Meskipun kita ketahui bahwa pernah ada suatu masa dimana negara dikenal sebagai macan Asia yang tinggal lepas landas menuju bangsa yang maju namun ternyata juga gagal karena kecerobohan sang rezim. 

Selain itu, beberapa tokoh besar nasional telah berhasil meletakkan berbagai tonggak pergerakan nasional.  Soekarno, Hatta, Sjahrir, Soepomo, Ali, dan kawan-kawan lainnya merupakan orang-orang dibalik kegemilangan tersebut. Namun tetap kita memerlukan seorang pembaharu bangsa apalagi di masa sekarang ini. 

Di tengah cengkraman tangan-tangan jahil dunia internasional dan tangan-tangan penguasa negeri sendiri sang pembaharu begitu dirindukan. Pembaharu yang dimaksudkan tentu dari golongan yang berbeda, tidak ada salahnya jika kita memakai tenaga teknokrat dalam pembanguan kekuatan politik nasional. Untuk mengeetahui secara terperinci, berikut akan dijelasakan pengertian kekuatan, kekuasaan, teknokrat dan teknokrasi.

Defenisi Kekuatan, Kekuasaan, Teknokrat dan Teknokrasi

Kata kekuatan berasal dari kata kuat atau dalam bahasa Inggris “power” yang berarti ketahanan dalam menghadapi dan mencapai sesuatu sesuai dengan yang dinginkan. Kekuasaan dalam bidang sosial adalah kemungkinan untuk melaksanakan kehendak sendiri dalam kerangka suatu hubungan sosial, juga apabila dilawan, entah apa kemungkinan itu. Kekuasaan terdapat dalam pelbagai bentuk dan dalam semua lingkungan masyarakat. 

Lembaga-lembaga terpenting, yang oleh masyarakat diakui sebagai sah adalah keluarga (kekuasaan orang tua), agama (kekuasaan rohani moral), lembaga-lembaga fingsional seperti hubungan kerja dan perkumpulan-perkumpulan bebas (kekuasaan berdasarkan peraturan-peraturan fungsional) dan kekuasaan negara (kekuasaan politik). Menurut Djelantik, kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok dalam mengunggulkan keinginan sendiri daibanding keinginan orang lain meskipun keinginannya itu bertentangan dengan keinginan orang lain tersebut.

Teknokrat adalah kata yang menunjuk pada seorang ahli dalam teknik. Teknik adalah cara atau kepandaian membentuk sesuatu atau melakukan sesuatu demi mencapai hasil dan bermanfaat bagi kehidupan. Jadi teknokrat bisa diartikan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang merupakan ahli pikir, kaum cerdik, pandai atau dalam bahasa sehari-sehari cendekiawan. 

Sedangkan teknokrasi adalah pemerintahan yang dijalankan oleh para ahli pikir, atau cendekiawan. Adapun istilah teknokratik yaitu, pengelolaan manajemen dan organisasi sumber daya pada negara industri yang dilakukan oleh sekelompok teknokrat. Istilah selanjutnya adalah teknokratisme yang berarti keadaan mengenai pengelolaan organisasi sumber daya pada negara industri oleh kelompok teknokrat.       

Artikulasi Kekuatan Poltik Teknokrat

Kepemimpinan intelek-intelek atau cendekiawan-cendekiawan yang kita sepakati sebagai teknokrat itu, tentu  berkaitan dengan seorang Habibie. Seorang genius yang mendapat gelar “kecil tapi otak semua”. Walaupun dalam jejak kepemimpinannya terdapat catatan hitam, namun teori-teorinya tentang pembangunan tidak boleh disepelehkan. 

Boleh saja dikatakan bahwa penurunannya dari kursi kepresidenannya terlalu terburu-buru. Melihat teori-teiorinya yang begitu cemerlang, penulis menjamin hasil maksimal kemudian akan tercapai jika saja diberi waktu. Namun, yang berlalu biarlah berlalu. Hingga saat ini, berbagai masalah tak hentin-hentinya menyarungi negara ini.  Sarung-sarung masah itu adalah ekonomi, politik, sampai sosial dudaya.

Dalam “stagnasi” dan arah semacam inilah para saintis menjadi diperlukan di Indonesia. Ini terutama karena struktur medan pertarungan perdagangan dunia telah berubah kepada horizontal division of labor di mana elemen-elemen keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menjadi determinatif dalam produksi komoditas perdagangan. Tentunya untuk memberi tempat yang lebih besar bagi para saintis ini, pergeseran-pergesaran politisi pada jajaran elit negara harus dilakukan. Schwarz melihat gejala ini pada melekangnya pengaruh kaum teknokrat-arsitek pembangunan ekonomi dalam posisi-posisi strategis pemerintahan.

Sesungguhnya, gagasan-gagasan dalam mempengaruhi arah perkembangan bangsa yang berbasiskan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mulai dikembangkan oleh Habibie di Indonesia sejak pertengahan dekade 70-an dan awal dekade 80-an. Dalam hal ini Habibie pernah mencari alternatif strategi pembangunan dari yang ditawarkan kaum teknokrat sejak awal orde baru.

Dalam situasi dunia sekarang ini yang semakin menicu persaingan global, tentu gagasan-gagasan di atas dibutuhkan. Untuk mencapai perkembangan ke arah itu, sebuah masyarakat harus melampaui empat tahap transformasi teknologi. Tahap pertama adalah penggunaan teknologi untuk proses nilai tambah dalam rangka produksi barang dan jasa yang telah ada dalam masyarakat. 

Pada tahap ini, teknologi produksi dan manajemen digunakan untuk mengubah bahan mentah dan barang-barang setegah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Karenanya proses ini dinamakan proses niali tambah. Melalui tahap ini, masyarakat akan di kembangkan kemampuan untuk memahami desain dan teknik atau cara-cara produksi yang lebih maju yang telah dikembangkan di luar negeri. Disiplin dan penerapan standar mutu pun harus lebih ditingkatkan. Dengan demikian, pemeliharaan standar kerja dan standar mutu akan lebih terbisakan.     

Tahap kedua, di sisni akan terjadi integrasi teknologi yang telah ada ke dalam desain dan produksi barang yang baru sama sekali dalam arti belum digunakan masyarakat. Pada tahap ini, dikembangkan desain dan cetak baru. Dengan demikian, ada elemen baru yaitu elemen penciptaan, di samping itu, tahap ini akan dikembangkan keahlian desain yang akan meningkatkan kehlian-keahlian lain terutama keahlian di dalam melakukan integrasi dan optimisasi komponen-komponen ke dalam sistem baru. 

Sebabnya adalah para produsen komponen akan berlomba-lomba menawarkan produk-produk mereka atau desain-desain mereka pada perusahaan lokal yang melakukan integrasi teknologi. Tahap ketiga, adalah tahap perkembangan teknologi itu sendiri, dalam tahap ini teknologi yang sudah ada akan dikembangkan lebih lanjut. Teknologi barupun diciptakan. Semua itu dilakukan dalam rangka mengahdapi perancangan produk-produk masa depan. Tahap keempat, adalah pelaksanaan secara besar-besaran penelitian dasar. Motivasi utama adalah bahwa mereka yang menyelenggarakan tahap ketiga sering kali menemui kekosongan teori yang diperlukan untuk mengembangkan teknologi lebih lanjut, ini mendorong dilakukannya penelitian dasar untuk menutupinya. 

Dengan memberikan gambaran teoritis tentang empat tahap transformasi inilah, berkaitan dengan pemikiran Habibie bahwa perlunya wahana bagi proses teknologi dan industri. Wahana transformasi ini merupakan sesuatu yang kompleks, yang menggabungkan space geografis dengan potensi pasar bagi produk-produk hasil dari keempat tahap diatas. Terhadap negara kepulauan semacam ini, maka produk teknologisasi industri harus lebih spesifik, yakni produk-produk yang memberikan jawaban relevan terhadap kondisi wilayah kepulauan. 

Di sini mungkin dapat diprioriyaskan akan industri perkapalan, perkeretaapian, pesawat terbang, dan industri-industri kecil lainnya yang mendukung kondisi kehidupan masyarakat seperti industri mabel, pakaian, pertanian dan lain-lain.

Karena jenis-jenis yang diproduksi oleh teknologisasi industri tersebut di atas merupakan jawaban yang relevan bagi kebutuhan geografis, maka dengan sendirinya pasar untuk barang-barang tersebut akan tercipta. Karena produk-produk tersebut sangat dibutuhkan oleh penduduk Indonesia yang saat ini mencapai 250 juta jiwa lebih. Pasar yang terbentuk melalui penerapan teknologisasi industri yang relevan ini, setidak-tidaknya akan menimbulakn dua implikasi besar, yaitu:

1. Diversifikasi produk yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan langsung proses kerja teknologi dan industri itu sendiri. Contoh produk-produk yang mungkin lahir dari teknologi industri ini adalah, elektronika, telekomunikasi dan lain-lain.

2.  Dengan pasar domestik yang sudah relatif permanen, maka akumulasi pengalaman dan, terutama modal bagi ekspansi produk industri ini ke pasar internasional menjadi lebih memungkinkan.

Itulah gambaran artikulasi kekuatan politik teknokrat yang dimaksudkan. Dengan ide atau gagasan-gagasan tadi maka kita bisa menyimpulkan bahwa lambat laun kekutan negara akan menguat dan menembus zona internasional dan diperhitungkan di dunia sebagai negara produsen.         

Kemungkinan Hasil Kpemimpinan Teknokrat

Berdasarkan artikulasi kekuatan politik teknokrat di atas, dari empat tahap yang diprioritaskan gagasan teknologisasi industri, selain dapat menciptakan nilai tambah juga secara tidak lagsung akan menciptakan kemandirian negara. Seperti yang dikatakan Ahmadinejad bahwa, sebuah negara medeka adalah negara yang mampu berdiri sendiri tanpa pengaruh dan tekaknan dari luar. Indonesia akan mencapai hal tersebut dengan perbekalan sumber daya manusia yang mapan.

Jika teknologisasi industri terus dikembangkan di Indonesia, maka produk-produk teknologi lain juga akan tercipta sendirinya seperti, telekomunikasi, produk elektronik, dan produk hasil industri juga akan seperti itu mulai dari industri-industri kecil seperti industri mabel, perelengkapan sehari-hari, sampai pada industri pertanian, peternakan, perkapalan, perkeretaapian, dan pesewat terbang sekalipun. Pasar dunia pun akan siap menyambut produk-produk tersebut. 

Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat pun menjadi bukan sebuah masalah yang besar. Teknologi industri akan menjadi jaminan bagi anak bangsa yang sekian banyaknya tersebut. Bukan hanya sebagai pekerja akan tetapi jika berbekal dengan sumber daya manusia yang baik sebagai hasil dari empat tahap gagasan teknologisasi industri tersebut. 

Mereka akan mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru dan produsen produk-produk yang sudah ada sebelumnya maupun produk-produk yang baru. Konsumen maupun produsen dunia akan masuk Indonesia ataupun Indonesia akan keluar, akan menghasilkan nilai tambah yang cukup. Selain memperkuat ketahanan negara juga akan mengangkat pendapatan perkapita penduduk jika terus dikembangkan.

Sebagaimana pada zaman Habibie, muncul istilah baru dalam perbendaharaan model dan pembangunan ekonomi Indonesia “Habibienomics” . istilah yang pada mulanya diperkenalkan oleh seorang ekonomi Indonesia terkenal, Kwik Kian Gie “ini sesungguhnya lebih merupakan kemenangan politik bagi gagasan pembangunan Habibie. 

Sedangkan gagasan tersebut sebenarnya telah muncul sebelum nama Habibie, Winarno Zein misalnya telah melukiskan munculnya gagasan kebijakan industrialisasi berdasarkan teknologi tinggi disamping dua lainnya, yaitu industrialisasi berdasarkan keunggulan komperatif dan kebijakan industrialisasi berdasarkan keunggulan antar sektor.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun