Mohon tunggu...
Jonathan Latu
Jonathan Latu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Banser NU

menulis supaya membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lita Machfud Sang Diplomat Meja Makan

11 Januari 2020   13:45 Diperbarui: 11 Januari 2020   13:50 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya kenal Ibu Lita adalah istri Pak Machfud Arifin mantan Kapolda Jawa Timur yang awam kenal sebagai Kapolda yang selalu membangun Masjid ketika penugasan dimanapun, termasuk membangun kembali Masjid dan RS Bhayangkara Polda Jatim menjadi seperti yang sekarang bisa kita lihat di banyak media.

Jika sekarang masyarakat banyak membicarakan Pak Machfud yang gencar diharapkan meneruskan Bu Risma sebagai Calon Walikota Surabaya, saya justru tertarik dengan sisi lain dari Pak Machfud yaitu keluarganya. Kenapa demikian? Pak Machfud ini unik sekali, beberapa kawan yang bertugas di Polda Jatim maupun di Baharkam Mabes Polri banyak yang sering terdengar membicarakan keunikan Pak Machfud ini. Bukan apa-apa, saya beberapa kali bermitra dengan banyak kawan di Kepolisian pas membahas tentang UU Kesejahteraan Satwa yang sekarang jadi UU, maklum aktivis perasuan di sebuah organisasi yang memperjuangkan hak satwa.

Pak Machfud ini termasuk Jenderal yang "galak", tapi paling sering mengajak anak buahnya ke rumah untuk makan bersama. Partisi antara tugas pekerjaan dengan hubungan silaturahmi sesama rekan kerja terjaga dengan baik karena kebiasaan ini. Saya sangat tertarik hal ini karena jarang sekali pejabat bisa seperti ini, dimana biasanya seorang pejabat menyiapkan tempat khusus diluar rumah untuk silaturahmi. Pak Machfud justru mengajak kerumah dan silaturahmi di rumahnya sambil ngopi atau makan bersama sambil ngbrolin segala hal.

Ketika ngomongin rumah Pak Machfud tentu ada "mastermind" disana yang mengatur detail semuanya, mulai persiapan meja, hidangan, jumlah tamu dan tentu saja ragam menu yang jadi nilai plus dari tiap omongan yang pernah saya dengar terkait Pak Machfud tadi. Dia adalah Ibu Lita Machfud, sosok yang menurutku sangat berkontribusi untuk semua urusan meja makan. Jadi ceritanya ada kawan yang mengajak saya ke kediaman Pak Machfud karena diundang makan, ini kesempatan untuk menjawab penasaran saya dari cerita-cerita yang saya dengar.

Hari itu undangan makan dan saya datang bareng teman, kemudian dikenalkan dan jamuan telah siap. Suasana khas Suroboyoan dengan obrolan renyah dan sesekali Pak Machfud memaparkan guyonan khas Suroboyo, oiya Pak Machfud ini penggemar Kartolo seorang veteran dan bintang besar Ludruk Surabaya. Jadi meja makannya panjang dan muat untuk 20 orang, saya juga heran ini meja makan gede bener dan sebelahnya dapur olahan yang disana ada Bu Lita sedang mengkomando beberapa asistennya untuk nyiapin makanan "Pakai piring putih ini dan pempeknya dihidangkan 2 titik, satu dekat Bapak diujung meja satu, dan satunya di dekat Mas itu (saya maksudnya, duduk diujung meja satunya)"

Kemudian Bu Lita mempersilakan tamu mencoba pempek Palembang buatannya, Bu Lita ini asli Palembang "Ayo pempeknya dicoba semua ya, ada 3 varian kalau yang ini namanya ini, yang ini namanya ini dst" Kemudian disahut Pak Machfud "Ayo ini pempek paling enak yang pernah ada, buatan ibu" Tektokan obrolan suami istri ini segar karena logat Suroboyoan kental sekali dan kita jadi ketawa bareng (maklum tamunya dari luar Surabaya semua). Selesai pempek sambil masih ngobrol seru, tiba-tiba Bu Lita mengumumkan akan segera dihidangkan sajian spesial Keluarga Machfud, saya langsung nebak "Pasti rujak buah nih" karena ingat obrolan dengan kawan diatas "Bu Lita selalu membuat rujak buah yang pakai asam Jawa pakai es batu, itu enak banget Mas" katanya. Tadaa...! Benar tebakan saya, rujak buah segar yang isinya manga dan banyak buah lain, saya cuma ingat mangga segar saja karena itu buah favoritku disajikan dingin dan potongan asam Jawa segar.

Saya habis bermangkok-mangkok terus terang, karena mangganya banyak dan itu poin pentingnya hehe..

Obrolan di meja makan ternyata bukan isapan jempol, semua mengalir sambil terus ngunyah dan tentu saja Ibu heran kenapa saya kedoyanan dengan rujak itu. Pak Machfud dan Ibu Lita menanyakan satu persatu ke tamu bagaimana masakannya, pas giliran saya ya ngomong kalo rujak ini terlalu spesial menutup semua rangkaian hidangan. Oiya saya agak telat jadi pas tiba, tidak sempat ikut bareng sejak awal tapi sepertinya semua mengalami yang saya rasakan juga. Ada suasana hangat, Pak Machfud yang terkenal galak itu juga tidak nampak di meja makan. Saya nyeletuk "katanya Bapak galak? kog dari tadi gak galak?" Dan semua tertawa dengar celetukan saya tadi.

Setelah selesai makan, saya sengaja memang untuk ngobrol sama Bu Lita karena saya sedang mengerjakan satu tulisan tentang "Peran istri pejabat bagi tumbuh kembang literasi" Jadi ceritanya saya dan tim minta waktu untuk ngobrol dengan Bu Lita tentang segala hal, karena sekalian assessment pikir saya. Bu Lita adalah sosok yang ceria dan asik sekali diajak ngobrol "Mas Jo mau tanya apa? Saya buatkan kopi dulu ya" Lah baru mau mulai udah diberi kopi nih, ya jelas mau.

dokpri
dokpri
Saya tanya, "Bu kenapa meja makan disini sangat besar dan di semua lantai ada?" Karena saya lihat di lantai bawah ada meja makan besar dan di lantai 2 juga ada meja makan besar dan hal ini cukup aneh sih, umumnya yang banyak adalah meja tamu atau sofa kan? Coba adakah yang rumahnya terdapat meja makan kapasitas 20 orang dan ada di semua lantai?

"Mas Jo lihat itu (sambil nunjuk ruangan), itu isinya set meja makan dan juga kursi makan yang bisa untuk 200 orang" Saya kaget, ini rumah atau gudang RT/RW sebenarnya wkwkwkwk.... Dan hal itu saya tanyakan ke Bu Lita dan dia tertawa.

"Mas, Bapak ini kan sangat aktif dan kesatuan asalnya adalah reserse yang perlu ruang bertemu dengan semua masyarakat, dari anggotanya (Polri), anggota dewan sampai tetangga. Saya hanya berfikir bagaimana jika semua itu dilakukan di rumah saja, tidak perlu keluar dan sewa tempat yang kadang tidak muat dan mahal lebih baik di rumah saja biar saya yang kelola semuanya"

Lucu juga alasannya pikir saya, bukannya Pejabat lebih senang keluar biar bebas dan keluarga tidak terganggu, ternyata alasannya karena Pak Machfud adalah seorang yang sangat "Homie" alias rumahan, jadi tidak nyaman aja kalau harus ketemu kesana kemari. Akhirnya Bu Lita memfasilitasi hal ini sejak awal Pak Machfud jadi Polisi.

"Karena hal itulah saya punya skill yang tidak kalah dengan EO atau Catering manapun, bahkan saya sudah langsung apal diluar kepala tentang bumbu dan bahan olehan, misalnya Bapak akan mengundang 150 orang dan menunya maka otak saya otomatis akan muncul hitungan: daging sekian kilo, nasi sekian liter, bumbu ini berapa, bumbu itu berapa" Saya bahkan tanya beberapa menu sama Ibu bumbunya apa saja, dan saya buka google dan mendapatkan bumbu yang sama seperti yang disampaikan ibu. Saking expertnya nih bisa secanggih ini.

Bahkan Bu Lita menyiapkan sound system dan alat musik dirumahnya, supaya jika nanti ada yang mau main band tinggal pakai saja alatnya, jadi tidak perlu bingung pindah tempat yang ada band dan penyanyi. Keren juga pikir saya, bahkan Bu Lita sering sekali ketika Bapak masih aktif mendapatkan permintaan ijin dari teman-temannya untuk main kerumah dan rumahnya dijadikan tempat pertemuan acara ibu-ibu. "Yah daripada mereka sewa dimana dan dapatnya cuma tempat, ya mending kesini gratis dan mau masak apa tinggal bilang saja"

Hampir semua pembicaraan baik kedinasan atapun silaturahmi antar anggota Polri di Polda Jatim dilaksanakan di rumah Pak Kapoldanya saat itu, iya dirumah Pak Machfud saat itu banyak permasalahan Jawa Timur dibicarakan dan ditemukan solusinya. Tentu saja sambil menikmati hidangan yang dimasak sendiri oleh Bu Lita, sehingga kesan yang didapat pasti sama seperti yang saya alami dengan segarnya rujak mangga disana dan keramahan dari si Tuan Rumah. Semua tak lepas dari tangan dingin Bu Lita Sang Diplomat Meja Makan.

Dan pemeo "Dibalik Pria hebat selalu ada Wanita hebat juga" memang benar adanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun