Mohon tunggu...
Jonathan Latu
Jonathan Latu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Banser NU

menulis supaya membaca

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jika Prabowo Jadi Menteri, Apa yang Merasukimu?

22 Oktober 2019   10:16 Diperbarui: 22 Oktober 2019   11:11 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering kita dengar ujaran dan kias tentang hal yang (seolah) bijak terkait urusan politik. Paling sederhana adalah "politik itu seni, dan juga cair sehingga jangan pada baperan"

Hal itu sering sekali muncul dan lewat di linimasa hampir semua platform media sosial kecuali instagram. Entah itu nasehat dari seorang elit politik tertentu, ataupun nasehat dari teman ke temannya lagi yang mulai baper urusan politik.

Apakah baper dalam berpolitik adalah hal yang salah? Saya termasuk penganut madzhab "anti baper dalam politik (...tapi bohong)" alias baperan juga sebenarnya. Gimana gak baper, pertarungan Ahok dan Anies cukup menyita emosi yang mengharu biru.

Menjelaskan ke semua orang tentang adanya politisasi agama dimana saja, kapan saja dan sejelas-jelasnya. Mengikuti drama yang sedemikian rupa di pengadilan Ahok sampai pada vonis penjara, masih baper juga dengan menggelar aksi aksi di beberapa titik keramaian dan berteriak "ini zolim!!"

Namun semua emosi yang tumpah ruah menjadi hilang ketika Ahok sendiri yang meredakan semua, bahkan Ahok yang membubarkan para Ahokers yang pada aksi di Mako Brimob dan juga di LP Cipinang waktu itu. Karena sayangnya kita semua, maka kita nurut dan bubar untuk 2 tahun kemudian.

Ahok ini sosok menarik, dimana dia sudah ada partisi di kepalanya tentang politik dan bukan politik. Sebagai "elit" politik Ahok menerima hukuman tersebut sebagai bentuk ketaatan pada konstitusi. Bukan kabur ke Saudi dan memprovokasi dari sana jadi yutuber dan model flyer aksi togel.

Ada 2 pesan yang sangat kuat dari Ahok, pertama adalah jangan baperan kecuali kalian siap dengan resikonya dan tunduklah pada konstitusi, karena itulah harga tertinggi dari sebuah ketaatan pada Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Cinta itu epic, banyak sekali kisah pejuang-pejuang cinta yang berkalang nyawa demi cintanya. Kekuatannya juga luar biasa dalam membangun kepercayaan, harapan dan memberikan nyawa pada jiwa-jiwa yang kering akan arti dan hakikat kehidupan.

Prabowo jadi menteri? Apa iya? Benarkah? Itu gosip kan?

Bahkan ada yang mau bunuh diri jika Prabowo jadi menteri. Saya paham sekali dengan hal itu, selama kampanye Pilpres 2019 kemarin adalah ajang Ahokisasi jilid 2 di mana 2 kekuatan masyarakat dibenturkan sedemikian rupa.

Yang pilih Prabowo jauh lebih Islam dari yang pilih Jokowi, padahal Prabowo aja Natalan dan sempat viral, kemudian curut khilafah yang numpang di Prabowo berujar narasi toleransi dan Bhinneka Tunggal Ika dll. Males bacanya, manusia-manusia munafik cari muka jilat pantat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun