Aku mendongak, mengikuti arah pandangan Bapak. Bagaimana mungkin BonBon diatas sana? Aku kan menguburnya di belakang rumah, batinku kesal.
"BonBon, ia pindah ke tempat yang indah. Dia tidak pernah meninggalkan Ra sendirian. Dia mengawasi Ra dari atas sana."
"Tapi dia mati Bapak, Ra lihat sendiri. BonBon pergi."
"Tidak, Ra. Kamu polos sekali nak, dia hanya pindah ke tempat yang lebih indah, menunggumu di atas sana. Kelak suatu saat Ra pasti bertemu BonBon lagi. Hanya saja, tidak saat ini."katanya meyakinkanku sekali lagi.
Aku termenung. Kurasa Bapak ada benarnya. "Tapi bagaimana kalau langit mendung, bisakah Ra melihat BonBon?"tanyaku menyelidik.
"Ra, kalau langit mendung, mungkin Ra tidak bisa melihat BonBon. Tapi BonBon tetap ada di atas sana. Tidak bisa dilihat bukan berarti tidak ada kan Ra? Jadi, Ra tidak boleh bersedih terus. Bapak tahu, Ra gadis kecil Bapak yang kuat,"kata Bapak sembari mengulas senyumnya. Membelai lembut rambutku yang dikepang dua. Menenangkan.
Malam itu, tanpa kusadari, Bapak telah mengajariku banyak hal. Dia tahu, hari ini pasti tiba. Dia tahu malam-malam seperti ini akan ku lalui. Bapak pergi meninggalkan kami. Meninggalkanku.
Maafkan aku Bapak. Ra masih belum bisa berdamai dengan segalanya, berdamai dengan diri sendiri.Â
Belum bisa menerima kenyataan seperti Ibu, sebuah penerimaan yang tulus.
...
//8:48 pm//