Berawal dari sekedar cari tahu akan hal yang viral, atau bahkan menjadi bahan obrolan di sela-sela aktivitas. Namun, tak jarang ada pula pihak-pihak yang menunggangi momen viral ini untuk sengaja memecah belah serta memperburuk situasi.
Bebas berpendapat, namun jangan asal bunyi lalu membuat gaduh publik.
Sudah bukan hal yang baru lagi ketika beberapa pengguna jejaring sosial ini terkadang asal dalam menanggapi isu atau permasalahan yang ada. Netizen akan berbondong-bondong menyoroti hal yang menjadi viral.Â
Lebih kacau lagi ketika banyak penumpang gelap di balik viral yang memanfaatkan kesempatan ini untuk menebar ujaran kebencian, fitnah, serta berita yang belum tentu adanya atau hoax pada masing-masing kandidat.Â
Opini-opini yang kemudian menuntun publik untuk saling membenci satu sama lain. Hal seperti ini akibatnya akan berkepanjangan. Ketika benih kebencian mulai ditebar, maka yang terjadi saling jegal antar pendukung kubu.Â
Bahkan bisa memicu perpecahan. Pendukung "saling senggol sana sini" hanya untuk menjatuhkan kubu lawan. Black campaign pun menjamur dimana-mana tanpa kita sadari.
Seyogyanya, ajang pemilu tak membuat kita buta akan pilihan yang kita ambil. Jadilah netizen yang bijak dalam menanggapi serta menyikapi isu yang ada.Â
Jangan hanya bermodal ikut-ikutan apa yang sedang viral atau tren lantas kita tidak mau membuka mata dan telinga kita terlebih dahulu.Â
Pendapat, kritik, dan debat sah sah saja, tapi sewajarnya. Masalah klasik yang tak pernah absen di tiap ajang pemilu ini harusnya menjadi bahan introspeksi, kenapa masalah yang sama selalu saja terulang. Hal seperti ini tak bisa dianggap remeh. Itu yang sejatinya menjadi PR besar bagi republik ini.
Mari terus berbenah diri untuk Pemilu 2019 mendatang.
Be a wise netizen and citizen!