Kata yang indentik dengan sebuah perjalan menuju puncak gunung oleh beberapa pecinta alam yang bersemangat bahkan rela melewati lembah, lereng, sampai alang-alang untuk menembus jalur. Bahkan mereka rela beberapa jam bahkan hari untuk pendakian.
Menjadi seorang pendaki seoalah membuat kita hebat karena menaklukkan puncak sembari menikmati panorama dari atas gunung. Namun dibalik itu ada kewajiban bagi pendaki yakni bagaimana tetap menjaga alam tetap asri tanpa sampah sebagai bukti cinta yang tulus, itulah yang lebih hebat.
Persahabatan, orang berkata “munggaho gunung, nek pengen ngerti sifat asli koncomu” (Dakilah gunung. jika ingin mengetahui sifat asli temanmu). Ya, benar sekali sifat seseorang akan muncul apabila kepepet, kesulitan. Menuju puncak selalu memberi corak yang berbeda. Bukan hanya lelah, kedinginan, eksistensi (pansos), ataupun kehabisan air. Namun sepeduli apa kita bersama untuk tujuan yang sama.
Kadang sebagian dari teman kita memiliki pemikiran yang berbeda, seperti penentuan pada jalur yang ekstrem, ada yang langsung melewati tanpa mempertimbangkan tim, acuh pada temen yang sakit (hipo, mual-mual, atau kelelahan) itulah egonya muncul. Semua itu adalah resiko para pendaki dan saat itu kita tahu sifat asli teman seberapa peduli mereka ketika kita lemah dan letih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H