Hal ini agak terbalik dengan fakta bahwa masyarakat Indonesia secara 'nyata' justru dikenal dengan keramah-tamahannya. Namun, mengapa hal ini berbanding terbalik dengan realitas pada masyarakat digital?
Kesenjangan Budaya (cultural lag)
Bagaimana menjelaskan dua realitas yang berbeda tadi, antara neizen di duniamaya dan sifat warga Indonesia yang ramah itu?
Hal ini bisa ditinjau dari perspektif teori culture lag. Teori ini berasumsi bahwa budaya membutuhkan waktu lama untuk bisa mengejar ketertinggalan kemajuan teknologi, karena lag berarti lamban (Tirto, 2021). Netizen Indonesia mungkin sudah ahli dan mampu mengiringi perkembangan teknologi (media sosial) namun segi moralitas cenderung terlambat belum bisa mengimbangi hadirnya kemajuan teknologi.
Hasil riset dari Microsoft kemarin, tentunya jadi cambuk bagi kita selaku netizen Indonesia agar bisa menjadi lebih bijak dan cerdas berselancar di dunia digital. Setelah rilis hasil tersebut, akun Microsoft ramai dibanjiri komentar-komentar para Netizen yang tak terima dengan hasil survei tersebut (CNN, 2021).
Sadarkah kalian, hal itu justru menguatkan hasil survei tersebut? Yuk, mulai sekarang kita lebih kritis saat mendapat informasi, lebih mawas diri dalam menerima tawaran, dan biarkan jari kita menyebarkan hal baik atau cukup diam saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H