Mohon tunggu...
Qimiwa Sastrodihardjo
Qimiwa Sastrodihardjo Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar

Hai! aku dari sekolah SMA Citra Berkat Surabaya!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Komunitas Online: Ruang Aman atau Sarang Toxic?

16 Januari 2025   10:35 Diperbarui: 16 Januari 2025   10:43 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Free pik: Social media marketing mobile phone concept with people together https://pin.it/3yeptRowF

Untuk menjadi orang dewasa, kaum muda dianggap harus bersosialisasi dalam komunitas selama berabad-abad karena Aristoteles menyebut manusia sebagai "Zoon politicon" atau bisa juga disebut sebagai makhluk sosial. Kekhawatiran tentang dampak isolasi pada perkembangan sosial dan psikologis anak-anak dan remaja telah muncul dalam beberapa tahun terakhir.

Namun, dengan kemajuan teknologi, cara kita berinteraksi satu sama lain juga berubah. Anak-anak muda semakin banyak menghabiskan waktu di dunia maya untuk berinteraksi dengan teman-teman dan komunitas online. Ini memberikan banyak keuntungan, seperti memperluas jaringan sosial, mendapatkan akses ke berbagai informasi, dan menemukan komunitas yang memiliki minat yang sama.

Sebaliknya, interaksi melalui internet juga menimbulkan masalah baru, seperti kesulitan membedakan antara dunia maya dan dunia nyata, dan risiko cyberbullying. Pertanyaan tentang pentingnya pertumbuhan komunitas online menjadi lebih penting sekarang karena komunitas online mungkin lebih penting bagi kaum muda daripada sebelumnya.

Peran Komunitas Online bagi Anak Muda

Komunitas online menyediakan platform untuk ekspresi, dukungan sosial, dan perbaikan diri bagi anak muda. Mereka dapat bertemu teman baru, bertukar pengalaman, dan mendapatkan informasi menarik bagi mereka di tempat ini. Remaja juga dapat menganggap komunitas online sebagai ruang aman untuk menguji identitas mereka dan mencari kelompok sebaya. Keterlibatan dalam komunitas online juga dapat meningkatkan keterampilan sosial dan harga diri anak muda.

Fleksibilitas dan Tantangan

Salah satu keuntungan dari komunitas online adalah fleksibel. Pengguna atau anggota komunitas dapat berinteraksi tanpa batasan waktu dan tempat. Namun, ada beberapa masalah yang perlu dihadapi di balik kemudahan akses ini. Pengguna, terutama anak-anak, rentan terhadap ancaman seperti perundungan online, penyebaran informasi palsu, dan eksploitasi seksual.

Dalam buku "Alone Together" Sherry Turkle (2011) menyebutkan teknologi itu menggoda. Teknologi melepaskan kita dari kelemahan kita di dunia nyata dan memungkinkan kita berteman dengan orang lain dengan ilusi persahabatan tanpa adanya tuntutan persahabatan. Anak-anak muda yang terlalu banyak menghabiskan waktu di dunia maya dapat mengalami kesepian dan kesulitan membangun hubungan yang kuat di dunia nyata. Selain itu, tekanan konstan untuk terhubung dan FOMO (fear of missing out) dapat mempengaruhi kesehatan mental Anda.


Identitas Pengguna dan Konflik

Identitas individu seringkali diwakili oleh komunitas online mereka. Di sini, pengguna dapat berbicara secara bebas dan menemukan kelompok yang mewakili nilai-nilai yang mereka percaya. Namun, kebebasan berekspresi ini juga dapat menyebabkan perselisihan dan konflik. Jika ada pendapat yang berbeda, terutama tentang hal-hal yang sensitif, hal itu dapat memicu perdebatan panas dan bahkan ujaran kebencian. Menurut Erik Erikson dari buku "Identity and the Life Cycle" (1994) Konflik identitas ini dapat menyebabkan lingkungan yang tidak aman dan stres bagi masyarakat. Mencari identitas diri adalah salah satu tugas perkembangan remaja.

Kesimpulan

Dalam kehidupan modern, terutama bagi generasi muda, sekarang memerlukan komunitas online. Akses ke informasi, interaksi sosial, dan dukungan komunitas adalah beberapa keuntungan yang ditawarkan oleh platform digital ini. Namun, meskipun mudah, ada juga masalah: perlindungan, penyebaran informasi palsu, dan efek buruk pada kesehatan mental. Sherry Turkle (2011) menekankan paradoks di mana teknologi menyatukan dan memisahkan kita. Erik Erikson (1994) juga menekankan betapa pentingnya bagi remaja yang terpengaruh oleh tekanan sosial media untuk menemukan identitas mereka. Kita perlu bijak dalam menggunakan media sosial, membangun hubungan yang kuat di dunia nyata, dan meningkatkan literasi digital untuk memaksimalkan keuntungan dan mengurangi kerugian.

Sumber Refrensi:

Erikson, E. H. 1994. Identity and the Life Cycle. WW Norton & Company, 1(1): 180-187.

Turkle, S. 2011. Alone Together: Why We Expect More From Technology and Less from Each Other. Massachusetts.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun