Mohon tunggu...
qidiq
qidiq Mohon Tunggu... wiraswasta -

"apa yang aku tulis adalah yang pernah membiru dalam hatiku"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Angin Kemerdekaan

13 Juli 2014   00:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:31 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

ini dimulai sebagai suatu bisikan

suatu janji,

hembusan lembut menari melintas pertalian,

yang berdecit diatas kematian 1000 pasukan,

berhembus melelui rambutnya dan selembut tangan kekasih,

hembusan dan janji itu berubah menjadi angin,

angin bertiup diseluruh yunani,

membawa pesan yang disampaikan,

berkali-kali oleh dewa kemerdekaan kita,

dan kebijakanya memaksa,

leonadus bertekuk lutut di hadapanya,

itulah angin,

saudaraku,

angin pengorbanan,

angin kemerdekaan,

angin keadilan,

angin pembalasan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun