ABSTRAK
   Roti buaya merupakan roti khas Betawi yang selalu muncul dalam upacara pernikahan masyarakat Betawi. Penggunaan roti buaya dalamupacara pernikahan masyarakat Betawi merupakan pengetahuan lokal yang sudahdilakukan secara turun-temurun. Simbol kesetiaan merupakan makna yangmuncul dari roti buaya,  diketahui bahwa jenis buaya yang digambarkandalam roti buaya adalah buaya muara (Crocodylus porosus). Karakter buayayang dapat hidup di darat dan di udara, ukuran buaya betina lebih kecil daribuaya jantan, merupakan karakter buaya yang digambarkan dalam roti buaya,dan sesuai dengan karakter buaya di alam. Simbol buaya sebagai simbolkesetiaan hanya sesuai ketika buaya ditempatkan dalam sistem kandang pasangan. Meskipun begitu, pemahaman buaya sebagai simbol kesetiaan tetapdipegang oleh masyarakat Betawi. Hal ini ditandai dengan penggunaan rotibuaya dalam pernikahan yang bertahan hingga sekarang.
 roti buaya dijadikan barang bawaan mempelai pria untukmempelai wanita hal ini diharapkan setelah menikah kedua mempelai itu dapat terus saling setia dan dimanapun mereka tinggal dapat hidup makmur dalam artitidak berkekurangan.  roti buaya juga menjadi simbol kemapanan ekonomi. Dengan maksud bisa saling setia dan pasangan yang menikah juga memiliki masa depan yang lebih baik dan bisa hidup mapan.
PENDAHULUAN
  Bermula ketika datangnya bangsa Eropa ke Batavia. Dahulu, orang Eropa mengungkapkan tanda cinta dengan memberikan bunga kepada lawan jenisnya. Melihat hal tersebut, masyarakat Betawi tidak mau kalah dan berpikir untuk memberikan sesuatu sebagai simbol ungkapan perasaan kepada pasangan. Kala itu wilayah Jakarta memiliki 13 sungai yang menyebar luas, dan di masing-masing sungai terdapat buaya. Masyarakat Betawi juga mengetahui bagaimana pola hidup buaya yang hanya kawin sekali seumur hidupnya, dan tidak kawin dengan buaya lain meski pun pasangannya mati maupun menghilang. Oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk membuat roti buaya sebagai ungkapan perasaan kepada pasangan mereka. Sama seperti orang Eropa yang mengungkapkan perasaan dengan memberi bunga. Dari pola hidup buaya itulah yang menjadikan roti buaya menjadi simbol kesetiaan.
Menurut keyakinan masyarakat Betawi, roti ini juga menjadi simbol kemapanan ekonomi. Dengan maksud bisa saling setia, pasangan yang menikah juga memiliki masa depan yang lebih baik dan bisa hidup mapan. Karenanya, tak heran jika setiap kali proses pernikahan, mempelai laki-laki selalu membawa sepasang roti buaya berukuran besar, dan satu roti buaya berukuran kecil yang diletakkan di atas roti buaya yang disimbolkan sebagai buaya perempuan. Ini mencerminkan kesetiaan mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan sampai beranak cucu. Tradisi ini masih berlangsung sampai sekarang.
BAGIAN INTI
   Makna roti buaya yangada dalam adat kebiasaan masyarakat betawi antara lain terdapat makna simbolikpada roti buaya yang mengindikasikan kesetiaan kepada pasangannya sampai kematian yang diselesaikan. Dan makna lainnya yaitu mengartikan kemakmuran yang dimana makna tersebut melaksanakan kesejahteraan perekonomian masyarakat betawi. roti buaya dijadikan barang bawaan mempelai pria untuk mempelai wanita hal ini diharapkan setelah menikah kedua mempelai itu dapat terus saling setia dan dimanapun mereka tinggal dapat hidup makmur dalam arti tidak berkekurangan. Akan tetapi banyak masyarakat betawi yang pada saat ini tidak menggunakan roti buaya buaya dalam adat istiadat pernikahan mereka karena mereka menganggap itu semua kuno. Maka disarankan agar masyarakat betawilebih mencintai adat istiadat yang turun temurun dari nenek moyang dahulunya tersebut, karenaadat istiadat adalah harta yang paling berharga bagi masyarakat betawikhususnya dan umumnya bagi seluruh masyarakat Indonesia sebelum harta tersebutdirebut dan dikuasai oleh Negara lain. Sehingga kita sebagai generasipenerus bangsa harus lebih mengembangkan dan membudidayakan kebudayaan Negara kitasendiri.
Ada fakta unik seputar roti buaya. Banyak orang yang menyantap roti buaya ketika hadir di acara pernikahan orang Betawi atau di acara spesial lainnya. Namun, dulu roti ini dalam adat pernikahan Betawi hanya dijadikan sebagai simbol saja dan bukan untuk di konsumsi. Awalnya roti buaya dibuat dengan tekstur yang keras dan sengaja dibiarkan hingga membusuk. Itu karena dahulu roti buaya yang panjangnya mencapai 50 cm itu hanya dijadikan sebatas simbol dan pajangan semata saja. Ketika acara pernikahan selesai, roti buaya tidak dimakan melainkan akan disimpan di atas lemari dan didiamkan hingga membusuk. Hal ini digambarkan sebagai pasangan suami istri yang tetap bersama meski waktu terus berjalan. Namun kini roti buaya disajikan dengan adonan roti yang segar dan lembut sehingga dapat di konsumsi. Bahkan roti buaya pun dibagikan kepada kerabat yang belum menikah dengan harapan dapat segera menyusul untuk menikah. Dulu juga roti buaya hanya terbuat dari adonan roti biasa tanpa isi apapun. Namun, saat ini roti buaya sudah memiliki berbagai varian isi, seperti coklat, vanilla, maupun strawberry.
PENUTUP
Setiap acara pernikahan yang mengusung adat Betawi, pasti tak pernah meninggalkan roti buaya. Biasanya roti yang memiliki panjang sekitar 50 sentimeter atau tergantung yang memesan ini dibawa oleh mempelai pengantin laki-laki pada acara serah-serahan.Buaya adalah hewan yang panjang umur dan paling setia kepada pasangannya, buaya itu hanya kawin sekali seumur hidup, sehingga orang Betawi menjadikannya sebagai Lambang Kesetiaan dalam rumah tangga. Selain itu buaya termasuk hewan perkasa & hidup di dua alam, ini juga bisa dijadikan lambang dari harapan agar rumahtangga menjadi tangguh dan mampu bertahan hidup di mana aja.
Roti Buaya ini dibuat sepasang, yang betina ditandai dengan roti buaya kecil diletakkan di atas punggungnya atau di samping. Maknanya adalah kesetiaan berumah tangga sampai beranak cucu. ini harus dijaga sepanjang jalan, supaya tetap mulus hingga sampai ke tangan pengantin perempuan. Selain itu, roti memiliki makna sebagai lambang kemapanan, karena ada anggapan bahwa roti merupakan makanan orang golongan atas. Pada saat selesai akad nikah, biasanya roti buaya ini diberikan pada saudara yang belum nikah, hal ini juga memiliki harapan agar mereka yang belum menikah bisa ketularan dan segera mendapatkan jodoh.
Hal inilah yang membudayakan sehingga keberadaan roti buaya sebagai simbol pernikahan ada Betawi tidak bisa lepas dan hal ini sudah turun temurun dilakukan olah masyarakat Betawi. Selain roti buaya yang menjadi simbol dari pernikahan ada Betawi pasti masih banyak lagi simbol-simbol pernikahan ada lainnya. Oleh karena itu kita harus bisa melestarikan dan menjaga kebudayaan yang kita miliki sehingga kebudayaan kita bisa dipertahankan dan dikenal oleh bangsa lain, nilai-nilai itulah yang perlu ditanamkan oleh generasi muda sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Â
https://repository.unikom.ac.id/23307/Â
https://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2012-2-90411-541305001-bab1-04022013040802.pdfÂ
https://id.scribd.com/document/566198391/Contoh-Makalah-Roti-Buaya-1#Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H