Mohon tunggu...
Andi Zulkifli Nurdin
Andi Zulkifli Nurdin Mohon Tunggu... Administrasi - Aparatur Sipil Negara yang hobby Ngeblog

Seorang Abdi Negara yang berprofesi sebagai PNS. Mencoba untuk tetap eksis menulis sebagai sarana berbagi dan menjalin persahabatan. Sekarang aktif di Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) Sulsel

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sidney Jones dan Kontra Intelijen

17 Mei 2010   11:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:09 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia intelijen nama ini selalu dijadikan sumber utama. Walau bukan orang Indonesia, tapi pengetahuannya tentang Indonesia justru sangat mendalam. Analisa intelijennya mengalahkan ahli-ahli intelijen asli Indonesia. Tak heran, pada jaman Pak Harto, perempuan ini malah dicekal masuk ke Indonesia. Sidney Jones, fasih bahasa Indonesia dan sangat tahu setiap detil pergerakan teroris di tanah air. Dia sangat pandai menghubungkan sel-sel teroris dalam negeri maupun yang berada diluar negeri. Banyak pihak menduga, nama-nama gembong teroris kelas kakap tercatat dalam daftarnya. Darimana data-data pergerakan teroris itu bisa ada ditangan seorang Sidney Jones? Apakah karena dia mempunyai akses tak terbatas terhadap setiap pergerakan yang berpotensi mengancam keselamatan negara. Kita tentu tidak bisa berprasangka buruk terhadap data-data intelijen khususnya dari orang asing. Bukankah sekarang kita juga telah menjalin kerjasama antar negara dalam rangka penanggulangan aksi terorisme. Dan kita juga memiliki ahli-ahli intelijen mumpuni, yang salah satunya adalah juga Kompasianer, (Prayitno Ramelan). Hanya saja, setiap data yang tersaji tentu tidak serta merta kita harus telan mentah-mentah. Ini tak lain karena tidak menutup kemungkinan adanya agenda-agenda tersembunyi dari pihak asing yang selama ini tidak diketahui. Posisi strategis Indonesia dengan mayoritas penduduk yang beragama Islam bisa menjadi potensi ancaman bagi kacamata intelijen pihak asing. Untuk itu perang kontra intelijen juga tak kalah serunya dengan perburuan teroris selama ini. Kita lihat contoh ketika George Bush begitu bernafsu ingin menggempur Irak, ini dikarenakan data-data yang masuk dari intelijen mereka sudah sangat meyakinkan bahwa negara Irak menyimpan senjata pemusnah massal. Walau dikemudian hari data-data intelijen tersebut dikoreksi tetapi akibatnya bisa kita lihat jatuhnya korban-korban yang tak berdosa. Keputusan ini juga mengakibatkan pemerintahan George Bush mendapat kecaman seluruh dunia. Implikasi dari data-data intelijen yang ngawur bisa mengancam eksistensi dari sebuah negara dan menimbulkan potensi melemahkan sebuah negara akibat konflik antar warga yang sewaktu-waktu bisa meledak. Dan bahkan banyak pihak yang menilai, proses jatuhnya Soekarno tak lepas dari peranan intelijen-intelijen asing yang membuat propaganda serta isu-isu dewan jendral yang berakhir dengan meletusnya G30S. Isu terorisme yang kembali marak menjadi ujian bagi para intelijen pribumi untuk memberikan analisa-analisa intelijen yang akurat dan tidak semata-mata karena adanya order dari pihak asing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun