Lalu pada 1999, insiden yang membuat para pemikir Tiongkok tentang pentingnya perubahan bagi PLA. 7 Mei, dalam operasi pengeboman NATO terhadap rezim Slobodan Milosevic, bomber siluman B-2 milik AS menjatuhkan lima bom presisi Joint Direct Attack Munitions (JDAMs) pada gedung Kedubes Tiongkok di Belgrade, membunuh 3 jurnalis dan melukai 20 pegawai Kedubes. AS segera mengumumkan jika pengeboman tersebut adalah sebuah kesalahan, namun setelah serangkaian penyelidikan, pengeboman terhadap gedung Kedubes Tiongkok dilakukan karna dianggap sebagai fasilitas militer Serbia dan kesalahan pemilihan target.Â
Bagi Tiongkok kejadian tersebut sekali lagi memantik amarah dan kenyataan pahit tidak hanya bagi kalangan pejabat tapi juga masyarakat sipil. Ratusan pendemo mengerumuni Kedubes AS di Beijing dan negara lainnya. Wakil Presiden Tiongkok saat itu Hu Jintao memimpin aksi kecaman terhadap AS menyatakan 'sepenuhnya mencerminkan rakyat Tiongkok kemarahan besar atas kekejaman serangan kedutaan oleh NATO dan Patriotisme yang kuat dari rakyat Tiongkok'.
 Belajar dari pengalaman pahit telat menyadarkan Tiongkok akan pentingnya perubahan, hal ini bisa dilihat ketika Tiongkok mulai memproduksi berbagai macam peralatan militer terbaru seperti J-11A yang merupakan Su-27 variant Tiongkok pada 1998 sampai pesawat siluman J-20 yang terbang perdana pada 2011 dan operasional pada 2018 yang lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H