Assalamuaalaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera bagi kita semua, Shalom, Om Swastiastu, Namo Buddhaya dan Salam Kebajikan.
Agama dan budaya merupakan dua unsur penting dalam masyarakat yang saling mempengaruhi. Ketika ajaran agama masuk dalam sebuah komunitas yang berbudaya, akan terjadi tarik menarik antara kepentingan agama di satu sisi dengan kepentingan budaya di sisi lain. Hubungan antara agama dengan kebudayaan merupakan sesuatu yang ambivalen. Agama dan budaya mempunyai independensi masing-masing, tetapi keduanya memiliki wilayah yang tumpeng-tindih. Di sisi lain, kenyataan tersebut tidak menghalangi kemungkinan manifestasi kehidupan beragama dalam bentuk budaya.
Nahdlatul ‘Ulamâ sebagai sebuah jam’iyyah diniyyah yang berhaluan faham Ahlussunnah wal Jamaah merupakan organisasi terbesar di Indonesia yang didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada 16 Rajab 1344 H / 31 Januari 1926. “Nahdlatul ‘Ulamâ merupakan organisasi terbesar di Indonesia dimana organisasi tersebut mampu memberikan perubahan yang segnifikan diberbagai aspek kehidupan manusia terkhusus di Indonesia.” (Sulistiawati, 2012)
Dalam dakwahnya organisasi ini menggunkan metode yang digunakan Walisongo, bagi NU metode hal ini sebuah dakwah yang patut ditiru, sebab persesuaian Islam dengan budaya lokal bukanlah perkara bid'ah, dimana NU berkomitmen untuk memperkuat pendekatan budaya sebagai salah satu elemen penting dakwah Islam di Tanah Air.” Pendekatan budaya sebagai salah satu metode dakwah merupakan cara yang efektif, sebab dengan budaya tersebut agama Islam dapat di terima baik oleh penduduk pribumi awal kedatangan Islam. Macam-macam metode dakwah NU diantaranya adalah berceramah, propaganda, pendidikan, kelembagaan, keteladanan, kesenian, diskusi, tanya jawab, bimbingan konseling, karya tulis, korespondensi, dan silaturahmi.
Dalam proses tersebut NU menggunakan strategi dakwahnya melalui pembudayaan nilai-nilai Islam dengan menggunakan perangkat budaya lokal sebagai instrumen dakwahnya. Sebagai gambaran dalam perihal pandangan para kaum Nahdliyin kehadiran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW bukanlah untuk menolak tradisi yang telah berlaku dan mengakar menjadi kultur kebudayaan masyarakat, melainkan sekedar untuk melakukan pembenahan dan pelurusan terhadap tradisi dan budaya yang tidak sesuai dengan risalah yang dibawa beliau. Adapun budaya lokal yang apik menjadi nilai normatif masyarakat dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam, maka Islam akan mengakulturasikanya bahkan mengakuinya sebagai bagian dari budaya dan tradisi Islam itu sendiri.
“NU melakukan berbagai upaya agar akulturasi budaya tersebut tetap menjadi khittah kuat diantaranya dengan cara sosialiasi ke pondok pesantren yang merupakan basis kaderisasi potensial di kalangan NU sendiri, hingga memberikan penyadaran kepada warga nahdliyyin akan pentingnya menggunakan budaya dalam berdakwah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H