Dalam keadaan pilu, Aar pun sedih hingga nampak terlihat di wajah Aar. Namun, Paman Bojes melihat kesempatan ini sebagai peluang untuk mendekati Adelia.
"Adel, jangan menangis! Kami akan selalu bersamamu dan memberimu kekuatan."
Paman Bojes merasa perasaannya untuk Adelia sebentar lagi akan terjawab. Walau sebenarnya yang dirasakan Paman Bojes hanyalah hayalan rasa yang tak akan terbalaskan.
Adelia terkejut dengan kata-kata Paman Bojes. "Apa maksudmu, Paman?" tanyanya dengan hati berdebar.
Paman Bojes tersenyum. "Aku hanya ingin membantumu, Adel. Kamu tidak perlu khawatir tentang Arto. Aku akan menjagamu."
Adelia merasa tidak nyaman dan berusaha menjauhkan diri. "Terima kasih, Paman, tapi aku baik-baik saja."
Dan Aar memperhatikan interaksi antara Adelia dan Paman Bojes. Kecurigaan Aar bertambah kuat dengan niat Paman Bojes barusan.
"Nak, Ayah ingin berbicara denganmu," kata Aar, mengajak Adelia menjauh dari Paman Bojes.
Aar membawa Adelia ke samping, menjauhkan dari Paman Bojes. "Nak, aku tidak percaya pada niat Paman Bojes. Dia memiliki rencana tersembunyi," kata Aar dengan suara pelan. "Sejak kejadian kemarin, ayah sudah curiga padanya. Namun, ayah tidak cukup bukti untuk menuduhnya."
Adelia terkejut. "Apa maksudmu, Ayah? Mengapa kamu curiga?"
Walau sebenarnya, serangkaian kejadian yang menimpa keluarga nya. Adelia lebih paham dari ayahnya. Adelia lebih memilih untuk menyembunyikan kebenaran ini dari ayahnya karena persoalan kehidupan keluarga nya yang di jaga.