"Oh, kamu suka sayur ini ?." Tanya ibuku pada Alin.
  "Suka !. Itu sayur favoritku." Jawabnya.
  "Kok sama, ini juga sayur kesukaan ibu.
 Kamu duluan ambil !.'' Perintah ibuku padanya.
  Menyaksikan pemandangan didepan mata yang saling suruh untuk mengambil duluan sayur diatas meja sampai mengundang perhatian ayahku.
  "Cepat ambil sayurnya, bu. Alin juga mau ambil itu. Ibu ini ada-ada saja.'' Sahut ayah sambil menyantap hidangan yang ada.
  "Ayah makan saja !." Jawab kembali ibuku.
  Karena asyik melihat itu, lalu aku mengambil sendok sayur untuk menyendokkan ibu dan Alin.
  "Syarif, biarkan Alin sendiri dan ibu yang mengambil sayurnya. Kamu makan saja !." Teguran kecil dari ibu dilayangkan untukku.
  "Baik bu !." Jawabku, ''ibu sih dan Alin kok saling lempar siapa duluan.'' Sambung lagi meneruskan.
  Dalam keadaan seperti ini, senyum-senyam sendiri diwajah kami menjadi teman tersendiri. Aku semakin bahagia sebab, ternyata dengan bertambahnya Alin dirumah kami juga menambah anggota keluarga dalam rumah ini yang sebentar lagi betul-betul akan aku halalkan.
  Selesai makan, Alin kemudian masuk kedalam kamarnya. Aku hanya mengatakan dengan bahasa isyarat padanya bahwasanya aku selalu bersamamu. Entah kamu membutuhkanku menemanimu dalam kamar atau hanya sebatas teman curhat, bagiku itu sudah mewakili kehendak yang ada dalam diriku.