Mohon tunggu...
QayyumNaya
QayyumNaya Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Penulis

Hanya Penulis biasa yang suka menulis. Hobi membaca dan menulis. Dan biasa saja dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Masih tentang Alin

12 Juli 2023   11:47 Diperbarui: 12 Juli 2023   11:51 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


    "Maaf bu !. Aku terlalu bersemangat melihat wajah wanita yang aku cintai ini."


    "Tapi nggak segitunya, nak. Ini baru ibu yang lihat, gimana jika orang yang lain melihat kalian dalam keadaan berpegangan tangan seperti itu, pasti bukan hanya kalian berdua yang akan disoroti tapi juga ibu dan ayahmu. Ibu nggak bermaksud melarang kalian seperti itu tapi tetap belum bisa terlihat sempurna, terlalu akrab seperti itu."


    "Iya bu, maaf kami berdua !." Sahutku pada ibuku. Sementara Alin yang masih berdiri didekatku, nampak agak sedikit malu setelah mendengar koreksi dari ibuku.


    Hanya mata yang mampu bertahan dalam keadaan seperti ini. Mata kami hanya bisa saling mengedipkan satu dalam tatapan yang menyatu.


    Sehingga banyak hal yang harus kami ungkapan mewakili kebebasan perasaan yang masih dalam pengawasan yang ada.


    "Kalau gitu, aku masuk dulu kekamar, bu." Sambung Alin pada ibuku dengan bahasa yang agak santun. Alin, ingin sebenarnya jika malam ini, waktu berlalu tidak berjalan mulus sendirian. Ada kami didalamnya bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan yang indah.


    "Sebentar nak, Alin. Nanti kekamar, kamu temani ibu dulu menyiapkan makan malam ya. Nanti setelah selesai makan baru kamu masuk kamar." Balas ibuku padanya.


    Aku yang dulu selalu menyalahkan ibuku karena hubunganku dengan Lina tidak berjalan mulus sebab larangan dari ibuku. Kali ini aku harus mengakui keunggulan yang ditawarkan ibuku pada Alin. Ibuku respek dengan wanita yang aku cintai, aku belum pernah melihat ibuku dalam keadaan seperti ini, yaitu figur seorang wanita yang pantas kubangunkan_ibuku mulai terlihat agak akrab dengan Alin.


    Ini artinya, aku membawa seorang wanita yang sangat berharganya kedepan ibuku. Akupun menjadi tahu jika Alin dan ibuku hampir memiliki kesamaan selera.


    Sambil duduk, aku menyadari bahwa diriku adalah seorang laki-laki yang sangat beruntung. Sesekali mataku kuarahkan untuk memandangi Alin yang saat ini sedang menyiapkan makanan diatas meja makan.


    Aku, ayah, sudah berada dikursi makan. Ibu dan Alin juga sudah ada disamping kami, aku melihat ibu tersenyum, Alin juga tersenyum dengan wajah yang begitu cantiknya sambil meraih sayur kol bersamaan saat ibuku meraih sayur itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun