Keberadaan kami di dalam kamar tidak berlangsung lama karena selain menimbulkan reaksi cinta yang paling indah. Ternyata diluar pintu kamar yang dari tidak aku buka, disana masih tetap berdiri, mendengarkan keseriusan romantisme yang sedang berkembang di dalam kamar antara aku dan Alin.
  Tidak sabar ! Bahkan dia tadi begitu marahnya padaku saat tetek bengek yang aku keluarkan dihadapan nya.
  Rai, masih berdiri disana, didepan pintu kamar sambil sesekali mengetuk pintu kamar. Kukira yang datang mengetuk pintu itu adalah orang lain, ternyata dia bersama beberapa orang yang sengaja diadu domba untuk membuat kegaduhan yang tidak kami inginkan.
  "Alin, sebaiknya pintu kamar, biarkan aku buka. Kudengar diluar pintu, ada banyak suara yang saling berbicara satu dengan yang lain. Aku hanya ingin melihat apa yang mereka lakukan diluar kamar dari tadi ini."
  Bukannya mendapat respon dari Alin tapi justru, Alin semakin menarikku lebih rapat lagi dengan nya sampai aku merasa ngos-ngosan sendiri dibuatnya.
  "Ah, Syarif. Biarkan saja mereka diluar pintu. Begitulah sejatinya manusia yang selalu ingin tahu urusan orang. Mendingan disini saja bersamaku, kan aku sudah bilang bahwa jangan pernah tinggalkan aku sendiri lagi ya. Aku tuh sebenarnya hanya merasa khawatir dengan perasaan ku sendiri, khawatir jangan sampai ada lagi orang jahat yang mengambil yang tersisa dalam diriku. Kan, kamu tahu sendiri apa yang terjadi padaku, Syarif."
  "Percaya lah, aku tidak akan meninggalkan mu. Kan, aku cuman mau melihat siapa saja yang ada diluar. Mereka sengaja mengetuk pintu kamar, karena mereka tahu bahwa aku ada disini dari tadi bersamamu. Kalau nggak dilihat, mereka tidak akan pergi dan akan tetap disana beridiri sampai pintu kamar dibukakan."
  "Hii... Memang mereka itu tidak tahu malu. Masa sampai segitunya ingin tahu urusannya orang. Biar aku saja yang membukakan pintunya, aku ingin tahu apa yang mereka inginkan."
  "Jangan Alin !. Kamu disini saja, tunggu sampai aku melihat mereka. Jika kamu ingin tahu apa yang mereka inginkan maka biarkan aku yang melihat mereka dulu."
  "Syarif, aku baru sadar bahwa sebenarnya disini tidak lah seperti ditempat ku. Ditempatku, ya selama empat mata belum dilakukan maka pasti baik-baik saja. Ini, baru segini, yang mengganggunya sudah ribut kaya kokoknya ayam di shubuh hari.''
  "Haha... Dalam keadaan seperti ini, ternyata kamu bisa juga bercanda tapi sayang, candaanmu tidak diikuti dengan peningkatan kualitas cintamu yang mendalam bagiku. Coba bercanda dengan sejuta impian yang selalu mekar, haha... Aku lebih memilih itu ketimbang membuka pintu kamarnya."