Mohon tunggu...
QayyumNaya
QayyumNaya Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Penulis

Hanya Penulis biasa yang suka menulis. Hobi membaca dan menulis. Dan biasa saja dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Abu Nawas Meminta Pintu Akhirat Pada Raja

26 Juni 2023   16:36 Diperbarui: 26 Juni 2023   16:41 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak seperti biasanya, hari itu ada yang berbeda dari keadaan Baginda Raja yang tiba-tiba saja ingin melakukan penyamaran mau menjadi rakyat biasa. Baginda berencana ingin melihat-lihat keadaan luar, ingin tahu seperti apa kehidupan masyarakat nya dari jarak yang dekat bahkan Baginda Raja ingin tahu seperti apa menjadi masyarakat biasa. 

Baginda Raja sudah terbiasa hidup mewah, apa-apa ada, apa-apa serba terpenuhi makanya Baginda ingin menyaksikan kehidupan di luar istana tanpa sepengetahuan siapa pun agar lebih leluasa bergerak, dengan begitu Baginda Raja tidak perlu menanyakan informasi-informasi masyarakat nya dari menteri-menteri kerjaannya. Agar lebih leluasa bergerak maka Baginda mengganti pakaian kerjaannya dengan pakaian biasa lusuhnya untuk menghindari mata orang termasuk orang-orang istana. 

Setelah itu, Baginda mulai keluar menuju luar istana dengan baju, celana yang sangat sederhana dan terlihat layaknya seperti rakyat jelata. Baginda menuju sebuah perkampungan yang agak begitu jauh dari Istana. Sesampainya di kampung itu, Baginda melihat beberapa warga berkumpul sambil bercanda, bercakap seriusnya. 

Lalu Baginda Raja mendekati mereka, ternyata dilihatnya lah seorang ulama yang sedang menyampaikan Kulum {Kuliah Umum} tentang alam Barzah yang akan disinggahi oleh semua Makhluk. Tidak lama kemudian seorang yang baru datang langsung bergabung dengan orang-orang yang agak dari tadi ini duduk. 

Orang itu langsung mengajukan pertanyaan pada ulama itu. "Kami telah menyaksikan orang-orang kafir pada suatu waktu dan kami mengintip kuburnya, tetapi kami tidak dapat mendengar mereka berteriak-teriak dan tidak pula melihat mereka dalam penyiksaan-penyiksaan yang katanya sedang dialaminya. Maka, seharusnya bagaimana membenarkan sesuatu yang tidak sesuai atau yang tidak dapat dilihat mata kita ini ?." Ulama itu tertunduk sementara, padahal Ulama itu sedang berpikir sejenak kemudian ia berkata, "untuk dapat mengetahui hal itu, kamu menggunakan panca indra yang lain bukan dengan mata atau telinga. 

Coba kamu ingat-ingat saat kamu bersama dengan orang yang sedang tidur dan pada saat itu, kamu tidak tidur. Jika diperhatikan orang tidur itu, terkadang dia bermimpi dalam tidurnya. Bahkan mimpi dikejar setan, jatuh ke jurang, digigit binatang buas dan sebagainya. 

Saat itu, dia merasa sakit serta ketakutan. Bahkan saking takut nya kadang kala suaranya tidak kelaluar, kadangkala juga suaranya lebih keras , ditambah dengan keringat yang bercucuran pada keningnya atau sekujur tubuhnya membuatmu bertanya-tanya apa yang sedang dialami oleh orang tidur ini bahkan hal itu diarasakan seperti orang yang tidak tidur. Kamu yang duduk di dekatnya menyaksikan keadaannya dengan berbagai kisah nya selama dia tidur bahkan seakan-akan tidak ada yang terjadi. Padahal apa yang dilihat serta dialaminya adalah dikejar setan, dikejar penjahat dan dikeliliigi kanibal-kanibal. Kalau hanya problem mimpi yang kecil saja tidak mampu mata lahir melihatnya, apakah mungkinkah kamu bisa melihat yang sedang terjadi di alam Barzah ?." Mendengar penjelasan Ulama itu, Baginda Raja merasa bahagia dan tertarik. Baginda masih tetap mendengar kuliah umum yang disampaikan Ulama itu. Ulama itu, masih tetap melanjutkan kuliahnya tapi kali ini mengenai alam akhirat. 

Dijelaskan bahwasanya didalam surga itu tersedia begitu banyak hal-hal menarik bahkan saking banyaknya uang pun tidak mampu membelinya dan pula amat disukai atau dicintai oleh nafsu, termasuk benda-benda seperti halnya didunia ini, setiap nafsu mencintai dunia untuk kesenangan nya. 

Salah satunya benda yang ada dalam surga yang indah lagi menawan itu adalah mahkota yang luar biasa indahnya bahkan mengeluarkan cahaya tiada hentinya. Bahkan keindahan nya tidak bisa dibicarakan oleh pengetahuan terbatas ini. Benda surga tercipta dari cahaya sehingga itulah sebabnya begitu sangat indahnya, sesuatu yang tercipta dari cahaya pasti memiliki kilau yang sangat terang. Bahkan keindahan satu mahkota lebih lebih dan jauh lebih bagus dari dunia dan isinya. Mendengar penjelasan Ulama itu, Baginda semakin terkesan sambil mangguk-mangguk, lalu tidak lama kemudian Baginda Raja pulang, kembali ke istana dengan keadaan yang lebih baik dari sebelum ia keluar di istana. Dijalan menuju istana, pikiran Baginda melayang hingga mengarah pada Abu Nawas. Baginda tahu kalau Abu Nawas adalah orang cerdas dan luar biasa pintarnya. Makanya Baginda ingin memanggil Abu Nawas. Baginda Raja tidak sabar lagi mau menguji kecerdasan Abu Nawas. Setelah sampai di istana, Baginda Raja menyuruh pengawalnya untuk memanggil Abu Nawas. Abu Nawas pun menghadap Raja yang Mulia. 

"Hay Abu Nawas, dengarkan aku, aku mau kamu melakukan satu hal untukku karena aku menginginkan sesuatu darimu. Sekarang ini juga, kamu pergilah / berangkatlah menuju surga dan ambilkan satu benda untuk ku, kemudian bawakan benda itu untuk ku yang katanya benda itu tercipta dari cahaya." Abu Nawas hanya tersenyum enteng didepan raja, "benda apa yang ingin hamba ambilkan untuk Baginda ?." Tanya Abu Nawas pada Raja. "Benda itu adalah mahkota surga yang tercipta dari cahaya yang kilau nya melebihi cahaya lampu didunia ini. Apakah sanggup kamu bawakan untuk hay, Abu Nawas ?." Demikian Abu Nawas menjawab tanpa ragu dan penuh keyakinan, "Wahai Baginda, gampang kalau cuma itu. Aku sangat bisa dan sanggup membawakan mahkota itu untuk Paduka Yang Mulia Yang Raja." Jawab Abu Nawas tanpa perasaan aneh. Sambung Abu Nawas pada Baginda Raja. "Wahai Baginda Raja sebelumnya Baginda pun harus menyanggupi satu syarat yang akan hamba minta dari Baginda." "Katakan syaratnya.'' Jawab Baginda dengan gembira nya. "Dengan senang hati akan hamba katakan. hamba minta, Baginda menyediakan pintunya supaya hamba bisa kesana memasukinya untuk mengambil mahkota yang tercipta dari cahaya itu agar bisa hamba serahkan kepada Baginda." "Pintu seperti apa yang maksudkan, hay Abu Nawas ?." Tanya Baginda karena belum mengerti dengan syarat yang diminta oleh Abu Nawas padanya. "Iya Baginda, hamba meminta pintu alam akhirat." Jawab Abu Nawas. "Bagaimana itu, Abu Nawas ?" Sekali Baginda Raja memastikannya pada Abu Nawas. 

"Kiamat ! wahai Baginda Yang Mulia Raja Terhormat. Karena setiap alam memiliki pintunya masing-masing termasuk alam akhirat. Alam dunia pintunya adalah liang peranakan ibu atau alam Rahim. Pintu alam Barzah adalah berpisahnya Roh dengan Jasad atau Kematian sementara alam akhirat, pintunya adalah kiamat karena surga berada di alam akhirat dan sudah pasti mahkota yang tercipta dari cahaya itu juga ada disana dan jika Baginda Raja Yang Mulia Terhormat masih mau menghendaki hamba untuk pergi mengambilkan mahkota di surga itu maka dunia ini harus kiamat lebih dulu." Mendengar penjelasan Abu Nawas yang masuk akal itu, Baginda Raja hanya terdiam tanpa bertanya lagi. Melihat keadaan Baginda Raja yang bingung itu, Abu Nawas kemudian menanyai Baginda, "Wahai Baginda Yang Mulia Raja Terhormat, apakah Baginda masih mau menginginkan mahkota dari surga itu yang tercipta dari cahaya yang seperti Baginda bicarakan ?." Baginda Raja tetap masih bingung dan tidak menjawab sama sekali. Lalu Abu Nawas memohon diri dari hadapan Raja. Selamat kepada Abu Nawas...! Baginda, selamat Penasaran...!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun