Aku dibuat keok dengan cara cinta yang Alin perlihatkan padaku. Bahkan hampir saja, aku melampaui batas-batas tertentu yang telah aku tetapkan sendiri untuk menjaganya dari perilaku yang tidak jiwa ini inginkan.
''Alin, jangan lebai gitu ah !. Kalau aku memeluk mu maka jiwa ini akan memberontak terhadap diriku sendiri. Siapa sih yang tidak mau memeluk wanita yang dicintainya ? Bahkan burung siul kecil terkadang terbang bersama sepasang kekasih nya, jauh menembus batas waktu dengan dua sayap yang mereka pakai. Aku hanya ingin melihat mu saja tersenyum, bagiku sudah sangat cukup untuk membuat ku bahagia, Alin.''
"Ih, siapa juga yang mau dipeluk olehmu ?. Aku cuman memberitahumu apakah kamu siap jika memelukku tapi bukan berarti, aku akan dipeluk olehmu dengan ikhlas tubuhku disentuh olehmu''_
"Kan kita belum nikah ?. Dimana-mana itu, laki-laki ataupun wanita ketika berpelukan, mereka sudah menikah. Jika belum menikah, jangan salah ! Itu pelukan bukan pelukan cinta tapi pelukan hangat darimu yang belum halal. Jangan sampai setelah kamu memelukku, kamu akan meninggalkan ku dengan alasan, ah ! Alin mah sudah aku peluk. Asyik deh saat aku memeluknya, kan tidak boleh hal itu terjadi, Syarif."
"Huuu... Kamu lupa ya, saat kamu tidur tadi, aku sudah memelukku beberapa kali dan bahkan keningmu aku cium. Cuma, kamu tidak merasakan seberapa nikmatnya aku merasakan nya, sebab saat kamu tidur, jemari tanganku melambai-lambai ke udara. Bodohnya aku tidak bisa mendaratkan ciuman itu ke area gunung yang tinggi, susahnya di naiki."
"Apa kamu bilang, Syarif ?. Aku tidak mengerti !. Masa ada gunung di dalam kamar ini, kamu pasti nggak dapat jalannya makanya nggak bisa mendarat. Cobanya kamu bangunin aku, pasti bisa mendarat pas di titik finish, jadinya malah justru semakin susah mendaratnya.''
Berdesik dalam hatiku ingin tertawa tapi aku menahan nya, ''aduh !. Alin kok bisa banget bercandanya. Dia malah nyambung diajak bicara yang gituan. Ah, masa ia ? Apa dia nggak tahu atau pura-pura paham kalau yang sedang aku bicarakan ini adalah sesuatu yang indah, aku yang dibuat setengah mati.'' Udahlah, kataku sendiri.
"Syarif, kamu bingung lagi ya. Jangan dong ! Mikirin sesuatu yang belum terjadi, itu nggak baik, Syarif. Nanti pikiran mu terbang jauh melintasi samudera lautan lepas. Tidak usah mikir jauh-jauh, kan yang ada dalam otakmu saat ini, ada bersamaku. Kamu hanya perlu bilang ke aku, hanya perlu bicara yang manis, seperti menggoda dengan cara-cara yang elegan, dengan cara yang santun, pasti kamu akan mendapatkan balasannya''_
"Tapi, ya sudahlah !. Jangan sampai aku terlalu membuatmu semakin lagi dan lagi. Kamu sendiri pasti sudah tahu seperti apa sensasi yang diakibatkan oleh kondisi ketika segalanya menjadi satu. Bahkan orang yang dari tadi ini mengetuk pintu kamar, masih didepan pintu berdiri untuk dibukakan pintunya.''
"Malas ah !. Tadi kamu sudah bilang untuk tidak membuka pintunya. Sekarang malah bilang ke gitu, aku buka sekarang ya ?."
"Jangan dibuka !. Kalau dibuka sekarang, terus gimana dong dengan sentuhan yang sebentar lagi akan kamu berikan padaku, tidak bagus jika ada orang disini, dalam kamar bersama kita berdua. Masa lagi asyik bicara tentang rasa yang dalam, eh diganggu. Dimana-dimana itu, wanita dan laki-laki yang sedang membicarakan sesuatu yang menurut mereka dapat menghasilkan karya luar biasa, pasti nggak boleh di ganggu, Syarif !. Aku cuma bilang gitu padamu karena dari tadi ini, kamu hanya diam saja mendengarku berbicara."