Mohon tunggu...
QayyumNaya
QayyumNaya Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Penulis

Hanya Penulis biasa yang suka menulis. Hobi membaca dan menulis. Dan biasa saja dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Apakah Aku Cantik

24 Juni 2023   10:48 Diperbarui: 24 Juni 2023   10:50 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Syarif, apa kamu belum tahu apa maksudku ?. Sementara aku memahami apa maksudmu. Walau rada-rada menutup diri tapi aku mengerti dengan rasa yang menetap dalam hatimu. Syarif, tanpa mengutarakan semua rasa itu padaku, aku tahu kok. Aku tahu dari gemuruh suara besar dalam dadamu yang dari jarak sekian centi ini berderu jeritan hati yang ingin diteruskan padaku. Namun, apalah artinya jika itu hanya sebuah suara yang tertahan dalam sanubari yang dalam itu."

    "Alin, cukup kamu mengatakan seperti itu. Aku sudah pernah bilang sebelumnya bahwa telinga ini tidak mampu mendengarkan setiap kata-kata yang indah yang keluar dari wanita yang aku cintai. Bukan apanya sih ?! Tapi ada sesuatu yang mendorongku untuk menggigit telingamu."

    "Masa telinga ku yang mau kamu gigit. Kan, banyak yang lain, Syarif yang bisa kamu gigit. Jangan telingaku dong ! Nanti gimana kalau aku nggak bisa dengar setiap rayuan indah yang kamu aksikan untuk ku. Bukankah tempat yang lain jauh lebih sensasional dan merespon jauh lebih sekedar menggigit telinga."

    "Semakin banyak keasyikan yang seperti ini, rasanya aku tidak ingin jauh-jauh darimu walau sedikit pun bahkan untuk melihat kearah lain pun, mata ini tidak mungkin lagi bisa melihat yang lain. Aku khawatir jika mata ini melihat kearah lain maka senyuman mu yang molek indah itu tidak akan bisa aku lihat. Aku takut tertinggal setiap kebahagiaan yang terpancar dari wajahmu terlewatkan walau hanya beberapa detik. Kuingin selamanya seperti ini, berdua dalam naungan cinta, dalam suana hati, perasaan maupun pikiran menyatu untuk satu tujuan yang indah."

    "Katakan padaku Syarif, apakah aku cantik dimatamu ?."
    "Bukan hanya cantik tapi kamu sempurna. Kamu telah menerangi kegelapan yang pernah menetap dalam kehidupan ku. Kamu bukan hanya cantik tapi juga memberiku suatu harapan yang tidak pernah aku pikirkan. Kalau aku mengatakan kamu adalah sosok yang paling sempurna, aku tidak tahu apa pendapat mu namun itulah yang membuat ku semakin bertambah cinta''_

    "Kalau kamu tidak cantik, nggak mungkin Rai begitu tergila-gila dengan berbagai cara nya untuk mendapatkan mu dan tidak mungkin juga setiap orang yang melihat mu akan berkata sama seperti yang aku katakan bahwa kamu cantik. Padahal, kamu baru disini, belum semua tempat kamu kelilingi. Coba kamu kelilingi semua daerah kampung disini bahkan semut yang melihat mu, juga akan berkata kamu cantik seperti bunga Mawar yang selalu mekar."

    "Tapi Syarif, aku tidak secantik dan sesuci embun putih yang bersih dipagi hari. Aku adalah wanita yang mungkin tidak akan pernah lagi mengembalikan kejernihan itu, yang hilang dariku.''
   
    "Memang kamu tidak percaya kalau aku mengatakan kamu cantik bahkan sekarang pun kamu lebih cantik. Apalagi jika sudah mandi, perduli dan tidak perduli, aku tidak akan pernah bisa mendapatkan wanita idaman yang laki-laki lain juga memburunya. Andai saja aku masih belum paham bahwa kecantikan itu bukanlah asal dari setiap kebahagiaan maka cinta tidak perlu berbohong untuk menyatakan kecantikan mu"_

    "Percayalah Alin, kamu begitu cantiknya."

    Alin terharu atau memang mataku yang salah melihat wajah yang sebegitu terkenalnya dalam hatiku ini.

    Ternyata bukan hanya sekedar bahagia mendengar kata-kata yang mungkin juga gunung ketika mendengarnya akan terharu, namun apa jadinya jika seorang wanita yang seperti Alin yang sudah cantik, indah, tanpa kusadari untuk keberapa kalinya dalam keadaan tidak siap, aku dibuat tercengang karena pelukannya.

    "Sial !." Kataku dalam hati sambil melihat kearah pintu kamar yang terdengar suara ketukan dari luar pintu.

    Aku bangkit dari tempat ku duduk, berjalan kearah pintu kamar untuk membukanya. Sebelum tanganku meraih pintu, Alin memberiku isyarat agar pintu itu tidak usah dibuka.

    "Tapi kenapa, Alin ?." Tanyaku padanya yang masih stand by duduk diatas tempat tidur.

    Dia melambai tangannya memanggilku dan akupun kesana, duduk disampingnya.

    Katanya padaku dengan pelan, "Itu pintu kamar tidak usah dibuka. Kalau kamu buka pasti kamu akan meninggalkan ku lagi disini sendiri. Tanya saja dari dalam siapa ?. Mungkin saja mereka yang ada diluar membutuhkan sesuatu darimu untuk persiapan sebentar malam"_

    "Masa mau pergi lagi sementara hujan masih bernyanyi-nyanyi diatas atap dengan lantunan suara yang begitu sangat merdunya. Akupun disini masih denganmu dalam suatu urusan dimana hati, perasaan, dan keinginan masih berproses menjadi saksi bisu bahwa antara kita berdua ada mata yang selalu berbicara namun masih saling menahan untuk memahami sejauh mana bisa tertahan"_

    "Jika kamu membuka pintu kamar lagi, pastilah aku tak akan pernah bisa mendapatkan kesempatan bercanda lagi denganmu dan kamu juga akan meninggalkan ku disini, aku kesini itu Syarif sebenarnya ingin belajar apa itu konstitusi cinta darimu."

    "Alin, kalau pintunya nggak dibuka, gimana pandangan orang pada kita berdua yang dari tadi, kita berdua didalam kamar."

    "Itu urusan mereka, Syarif !. Urusan kita adalah menciptakan setiap keadaan kita ya seperti ini, seperti bulan memeluk cahaya dan seperti bintang memeluk cintaku. Kamu seakan begitu anehnya berada disampingku padahal, aku belajar mencintaimu dengan cara wanita yang kamu cintai. Aku mempelajari tentang keinginan wanita yang kamu cintai untuk melihat apakah aku sama dengannya. Semua kulakukan semata-mata hanya karena ingin agar kamu melihat ku bukan sebagai Alin melainkan sebagai Lina, Syarif."

    "Haruskah seperti itu kamu lakukan, Alin. Tanpa seperti itupun kamu tetap terlihat sama dengannya. Aku katakan padamu, kecantikan mu bahkan melebihi bulan yang memeluk cahaya. Jadi biarkan aku membuka pintu kamar ya."

    "Jangan Syarif !. Nanti saja kamu bukanya, aku masih pengen bersamamu agak lama disini. Jangan dibuka ya !."

    "Gimana dong kalau tidak dibuka, aku khawatir pada orang-orang yang akan menilai kita bahwa kita berbuat tidak-tidak."

    "Biarkanlah Syarif. Kan tidak benar ! Yang benar itu aku cuma pengen dipeluk aja olehmu."

    "Lebai ah !."

Oleh; Ahyadin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun