Bojong, Kabupaten Tegal (10/08/2022) -- Terletak 26 km dari Gunung Slamet dan berada pada ketinggian 600 mdpl membuat Desa Lengkong sangat cocok dijadikan sebagai lahan pertanian beberapa komoditi bahan pangan seperti padi, cabai, bawang, dan jagung.Â
Banyaknya lahan pertanian ini berpotensi menghasilkan banyak sampah organik yang sering menyebabkan lubernya Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di Desa Lengkong, karena jumlah sampah yang masuk ke TPS setiap harinya lebih besar dibanding dengan jumlah sampah yang diangkut ke TPA.Â
Oleh karena itu, mahasiswa KKN TIM II Undip mencoba atasi permasalahan tersebut dengan membuat pupuk organik sebagai isian dari lubang resapan biopori.
Bipori merupakan lubang berbentuk silindris yang dibuat tegak lurus ke dalam tanah dengan diameter 10 -- 30 cm dan kedalaman 80 -- 100 cm. Lubang kemudian diisi dengan sampah organik yang berfungsi sebagai makanan organisme tanah sehingga dapat membuat tanah menjadi lebih subur.Â
Program diawali dengan sosialisasi tentang Pembuatan Biopori kepada masyarakat Desa Lengkong yang dilaksanakan pada 25 Juli 2022 dengan menjabarkan beberapa poin penting seperti apa itu biopori, hal-hal yang perlu disiapkan sebelum membuat biopori, langkah-langkah pembuatan, jenis pupuk yang dapat dijadikan isian biopori, dan manfaat biopori.
Langkah pembuatan biopori dimulai menyiapkan beberapa peralatan seperti sekop, bor biopori, serta pipa paralon dengan diameter yang sesuai dan telah dilubangi di bagian pinggirnya.Â
Selanjutnya dilakukan pemilihan lokasi yang akan dijadikan tempat menanam pipa biopori, membuat lubang dengan menggunakan bor biopori, mengisi lubang dengan sampah organik seperti sampah dapur, sisa tanaman, sisa pertanian, dedauan atau rumput kering.Â
Terakhir, lubang ditutup dengan penutup pipa PVC yang telah dilubangi terlebih dahulu. Karena langkah pembuatannya terbilang cukup mudah, mahasiswa KKN TIM II Undip mencoba membuat secara langsung yang bertujuan sebagai demonstrasi kepada masyarakat.Â