Bojong, Kabupaten Tegal (11/08/2022) -- Pengelolaan sampah menjadi salah satu hal yang krusial karena permasalahan yang timbul akibat sampah akan selalu ada selama berlangsungnya kehidupan manusia.Â
Salah satu persoalan sampah yang seolah belum ada ujungnya yaitu manajemen sampah. Seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Desa Lengkong, dimana sampah sering meluber karena jumlah sampah yang masuk ke TPS setiap hari lebih besar daripada jumlah yang diangkut ke TPA.Â
Dari permasalahan tersebut, mahasiswa KKN TIM II Undip mencoba memberikan solusi untuk mengurangi jumlah produksi sampah dengan mengenalkan prinsip 3R : Reuse, Reduce, Recycle dan penerapannya kepada masyarakat Desa Lengkong.
Program kerja ini sesuai dengan tema KKN yang diangkat Undip yaitu pemberdayaan masyarakat berbasis SDG's khususnya SDG's No. 12 Responsible Consumption and Production dan SDG's No. 13 Climate Action.Â
Warga diberikan edukasi mengenai mekanisme bank sampah dan demonstrasi pembuatan ecoberick sebagai salah satu bentuk konkrit dari penerapan prinsip 3R.Â
Dijelaskan pula beberapa poin penting dari ecobrick seperti pengertian, benefit, dan cara pembuatannya. Untuk bank sampah sendiri dijabarkan poin penting seperti sistematika, struktur organisasinya, dan hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum membuat bank sampah.
"Eco" berarti ramah lingkungan dan "brick" artinya bata. Ecobrick adalah botol plastik yang diisi padat dengan limbah non-biological yang biasanya digunakan untuk membuat blok bangunan ataupun furniture. Ecobrick juga dikenal sebagai bottle brick atau ecoladrillo. Demonstrasi pembuatan ecobrick dilaksanakan pertama kali pada 13 Juli 2022 di salah satu rumah warga.Â
Selanjutnya, warga ikut serta secara langsung dalam memprakterkan dan membuat ecobrick. Sedangkan sosialisasi mengenai mekanisme bank sampah dilaksanakan pada 24 Juli 2022 bertepatan dengan kegiatan masyarakat di salah satu rumah warga desa.Â
Keberlanjutan program dilakukan dengan cara pengumpulan sampah plastik di sepanjang jalan RT 04 RW 01 dan meminta dari rumah ke rumah untuk pembuatan ecobrick selanjutnya sehingga dihasilkan satu produk.
Pembuatan ecobrick dan edukasi mengenai bank sampah diharapkan dapat meningkatkan kesadaran warga desa akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan demi masa depan bumi kita.Â
Selain itu, juga diharapkan dapat membangun pola pikir bahwa sampah tak selamanya buruk, bahkan bisa memiliki nilai ekonomi yang tinggi jika diolah dengan tepat seperti ecobrick yang mempunyai segudang manfaat, seperti dibuat menjadi meja, kursi, paving, hiasan pagar dan taman, dan barang-barang bermanfaat lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H