Pandemi COVID-19 yang terjadi beberapa tahun terakhir ini benar-benar sangat mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan masyarakat. Mulai dari pendidikan, ekonomi, sosial, agama, semuanya terkena dampak dari adanya pandemi ini. Masyarakat di desa maupun kota semuanya tanpa terkecuali merasakan dampak negatif dari adanya pandemi ini, utamanya pada bidang pendidikan dan ekonomi.
Sebuah survey dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 10-31 Juli 2020. Ditemukan bahwa tidak stabilnya kondisi ekonomi akibat pandemi COVID-19 semakin banyak dirasakan oleh masyarakat Indonesia.Â
Hal ini dibuktikan dengan survei yang dilakukan pada 1.548 rumah tangga dari 32 provinsi yang ada di Indonesia. Dari hasil survei menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 menyebabkan keterpurukan pada kelangsungan ekonomi rumah tangga.
Selain itu, pada laman website Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Jawa Timur, pada Juli 2020 tercatat ada peningkatan angka kemiskinan baik di kota maupun desa. Di kota sendiri, angka kemiskinan naik dari yang awalnya 6,77% pada September 2019, pada bulan Maret 2020 naik menjadi 7,89%. Ini berati terjadi penambahan kemiskinan pada sekitar 243.990 jiwa.Â
Pada lingkungan perdesaan pun juga terjadi peningkatan dari yang awalnya  14,16% pada bulan September 2019, menjadi 14,77% pada bulan Maret 2020. Berati ada penambahan sekitar 119.120 jiwa.
Kedua survei di atas menjadi bukti yang jelas bahwa pandemi COVID-19 memang sangat mempengaruhi bidang ekonomi masyarakat, dan hal ini menyebabkan naiknya angka kemiskinan. Pemerintah sendiri sudah melakukan beberapa langkah untuk mengatasi hal ini. Salah satunya adalah dengan mengoptimalkan dana desa agar ekonomi masyarakat mengalami pergerakan naik.
Pengoptimalan pemberdayaan pada masyarakat perdesaan harus dilakukan dengan tepat dan cepat, agar ekonomi rakyat bisa terselamatkan. Belum lagi dengan dilakukannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dalam jangka waktu lumayan panjang ini semakin mengancam perekonomian.Â
Memberdayakan masyarakat utamanya perdesaan pada masa COVID-19 merupakan kebutuhan mendesak yang harus dilakukan, mengingat hal ini bertujuan agar masyarakat mampu untuk bertahan hidup di tengah-tengah pandemi dan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan.
Sesungguhnya pemerintah sudah mengoptimalkan penyaluran dana desa. Namun sesungguhnya hal ini belum terlalu membantu pemulihan ekonomi di perdesaan. Belum lagi pada praktek penyalurannya banyak terjadi pelanggaran seperti korupsi, data yang tidak diperbarui, hingga bantuan yang salah sasaran.
Dengan adanya banyak kemungkinan yang bisa terjadi di tengah-tengah penyaluran dana desa, maka perlu ada cara lain yang dilakukan untuk memberdayakan masyarakat desa. Mengingat perdesaan merupakan tempat yang memiliki banyak potensi, apalagi dari segi sumber daya alamnya. Sayangnya, terkadang dari sumber daya manusia (SDM) di perdesaan masih belum memenuhi ataupun kurang, terutama dari segi pendidikannya. Dikutip dari laman website World Bank, dilakukan survei pada 270 sekolah dasar yang ada di desa terpencil di Indonesia pada tahun 2016-2017. Hasil menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan kurang baiknya pendidikan di daerah pedesaan, yaitu:
Akses perjalanan ke lokasi yang sulit, menyebabkan guru-guru terbaik susah untuk mencapai lokasi-lokasi tersebut. Rata-rata daerah tersebut berjarak sedikitnya 149 km dari kota kabupaten, 29% yang terhubung dengan listrik, dan hanya 17% yang bisa mengakses internet.