Mohon tunggu...
Qatrin Yulia Safitri
Qatrin Yulia Safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mahasiswa KKN UNEJ Beri Penyuluhan Pencegahan Stunting pada Ibu Menyusui di Kelurahan Tegalgede

3 September 2021   15:57 Diperbarui: 3 September 2021   16:03 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu mata kuliah yang wajib dilakukan oleh mahasiswa Universitas Jember. Selama masa Pandemi COVID 19, pelaksanaan KKN Universitas Jember dilakukan secara mandiri di daerah masing-masing atau biasa disebut dengan KKN Back to Village. Pelaksanaan KKN BTV ini sudah berlangsung untuk yang ketiga kalinya selama masa pandemi. Terdapat berbagai tema yang dapat dipilih oleh mahasiswa UNEJ, salah satunya adalah terkait tema pencegahan stunting.

Qatrin Yulia Safitri merupakan salah satu mahasiswa Universitas Jember yang sedang melaksanakan KKN BTV 3 di Kelurahan Tegalgede Kabupaten Jember. “Kebetulan kan Jember termasuk Kabupaten yang angka stuntingnya itu tinggi, jadi menurut saya edukasi tentang pencegahan stunting ini dibutuhkan oleh masyarakat, terutama saat pandemi seperti saat ini. Selama masa pandemi,  kegiatan posyandu itu terhenti, sehingga ibu hamil, ibu menyusui, maupun ibu-ibu yang memiliki anak balita itu kurang mendapatkan informasi seputar stunting ini”, tuturnya saat di tanya mengenai alasan memilih tema Stunting untuk program KKNnya.  

Sebelumnya, mahasiswa yang kerap disapa Qatrin ini sudah berkoordinasi dengan bidan desa di kelurahan Tegalgede terkait sasaran yang membutuhkan edukasi mengenai stunting. Selain itu, ia juga merencanakan beberapa program kerja yaitu, melaksanakan penyuluhan mengenai stunting yang akan membahas mengenai apa itu stunting, penyebabnya, dampak, dan cara pencegahan stunting. Selain itu ia juga melakukan edukasi tentang pemenuhan gizi spesifik yang dibutuhkan oleh balita. Tak hanya penyuluhan, ia juga melakukan praktik pembuatan MPASI bersama ibu yang memiliki balita agar mereka dapat membuat makanan pendamping ASI yang bergizi dan bervariasi.

“Pada saat saya melakukan penyuluhan tentang stunting ini, ternyata banyak ibu-ibu yang belum mengetahui stunting itu apa. Mereka juga tidak terlalu memperhatikan berat badan dan tinggi badan anaknya apakah mengalami peningkatan setiap bulannya atau tidak. Padahal indikator balita dikatakan stunting itu juga biasa dilihat dari tinggi badan dan berat badannya. Sehingga setelah saya memberikan edukasi ini, masayarakat jadi sadar dan harapan saya mereka bisa terus memantau pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya agar terhindar dari stunting”, jelasnya.  

Selain memberikan penyuluhan mengenai stunting, Qatrin juga memberikan penyuluhan mengenai pemenuhan gizi spesifik untuk menunjang gizi balita. Banyak dari ibu-ibu yang memberikan MPASI untuk anaknya dalam bentuk MPASI instan agar mempermudah proses pembuatan dan tidak membutuhkan waktu lama. Padahal menurutnya, MPASI non instan jauh lebih bergizi daripada MPASI instan. 

“ Balita pada masa 1000 hari pertama kehidupan itu masa yang paling penting untuk pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga seluruh asupan nutrisi mulai dari karobohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineralnya itu harus tercukupi. Memasak MPASI yang sehat dan bergizi itu ga susah kok, saya juga mengajarkan ibu-ibu untuk memasak MPASI tinggi kalori yang dapat meningkatkan berat badan bayi dan asupan nutrisinya sudah include di dalamnya” jelasnya.

Penyuluhan tentang pentingnya pemenuhan gizi spesifik pada balita/dokpri
Penyuluhan tentang pentingnya pemenuhan gizi spesifik pada balita/dokpri

Praktik pembuatan MPASI bersama balita dan ibu menyusi/dokpri
Praktik pembuatan MPASI bersama balita dan ibu menyusi/dokpri

Qatrin berharap, melalui program KKN yang dilakukannya ini dapat bermanfaat bagi masyarakat terutama bagi ibu-ibu yang memiliki anak balita. Baginya, pengetahuan ibu sangat berpengaruh pada kesehatan balita, sehingga ibu-ibu perlu diedukasi agar mereka lebih memperhatikan kesehatan dan asupan makanan yang dikonsumsi oleh bayi. Melalui penyuluhan ini, ia berharap pengetahuan ibu tentang stunting dapat meningkat dan Kabupaten Jember tidak lagi menduduki Kabupaten dengan prevalensi stunting yang tinggi.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun