Mohon tunggu...
Qashwa Gorismi
Qashwa Gorismi Mohon Tunggu... -

Masih mulai belajar menulis,,,

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Find Fine Love

5 September 2010   12:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:26 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya lupa bagaimana rasanya jatuh cinta. Saat hati derdesir, tangan gemetar, jantung berlari, dan rasa senang membuncah di dada.

Saya lupa rasanya mencintai seseorang yang membuat saya selalu merasa ya, inilah saya, saya ada, bersamanya.

Dan tidak pernah masalah seberapa berat hari ini.

Semuanya akan baik-baik saja. Karena saya memilikinya.

Kita punya satu tujuan, jalan yang kita tempuh sama, kadang salah satu dari kita terjatuh, namun yang lain segera menarik untuk bangkit.

Saya lupa bagaimana mengalirkan kata-kata tanpa takut ini benar atau salah.

Mereka suka atau tidak.

Saya lupa bagaimana rasanya diperhatikan begitu intens.

Makan, solat, tidur.

Saya lupa bagaimana dia memanggil saya dengan kata-kata manis nan gombal, tapi siapa peduli, tidak ada yang lebih mengerti hubungan ini, selain kita berdua.

Lalu tahun bergulir, aku tidak lupa, tapi tidak ingin ingat, bagaimana mencintai dengan tulus.

Dan semuanya seperti jelas terbentang di depan saya.

Dimulai dari senyum cinta yang sempurna dari ayah untuk bunda, dan tatapan mereka yang dalam, seakan berkata, kita bersama selamanya.

Hingga roda bergulir, membawaku melintasi jalanan, dan seorang ibu duduk di depan rumahnya yang pondasinya bercengkrama dengan arus sungai, anak laki-lakinya, kira-kira berusia sepuluh tahun, duduk di sampingnya, tangan mereka berkaitan erat, wajah mereka pucat, tatapan mata mereka tidak mengarah pada kendaraan yang melintas di jalan raya, tapi melayang ke sana, jauh di sana, apakah sang ayah berada di atas sana, bersama para bidadari surga, apakah mereka ingin saling menyapa, tapi sang waktu yang angkuh tak membiarkan dirinya dilompati begitu saja. Satu pikiran melintas cepat di kepalaku, Tuhan, adakah makanan untuk mereka berbuka?

Lalu angin mengalihkan perhatian saya pada langit dan pohon yang terpisah jauh, namun saling mencinta, dengan menerima apa adanya, langit menerima bantuan pohon dengan oksigennya, dan langit memberi perlindungan dari cahaya matahari yang berlebihan. Cinta yang sederhana, dan tak pernah kuperhatikan, tapi ternyata bermakna dalam, berhubungan langsung dengan bertahnnya aku di sini, bertahannya bumi ini.

Dan aku berlari mencari cinta, ingin mengingatnya, ternyata dia ada dimana-mana, bahkan di tumpukan piring kotor sehabis sahur tadi pagi, mereka bercengkrama dengan sabun yang terbahak-bahak bersama busa.

Dan burung gereja, mampir anggun di jendela, mengetukkan salam cinta untukku dari seluruh dunia, kawan, katanya salam itu untuk kalian juga.  :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun