Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Menabung atau Self-Reward? Tunda Gratifikasi Vs YOLO

28 September 2024   10:37 Diperbarui: 28 September 2024   13:39 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Alexander Grey on Unsplash 

Kita semua menginginkan kebebasan finansial atau financial freedom. Bagi banyak orang, cara mencapainya adalah dengan disiplin menabung  dan berinvestasi untuk masa depan, sehingga kita dapat hidup dengan nyaman di tahun-tahun mendatang. 

Akan tetapi, di sisi lain, hidup kan tidak dapat diprediksi. Segala upaya yang kita curahkan untuk karier kita—jam kerja yang panjang, tenggat waktu yang menegangkan, dan pengorbanan—membuat kita bertanya: Bukankah kita seharusnya menikmati hasil kerja keras kita sekarang? Bagaimanapun, dalam skema besar, kita semua akan mati, dan uang kan ga dibawa mati. Ini adalah dilema klasik antara menabung untuk masa depan dan menganut mentalitas "You Only Live Once" (YOLO).

Seolah-olah, ketika punya uang, kita dihadapkan pada dilema harus bersakit-sakit dahulu dan bersenang-senang kemudian atau hidup cuma sekali dan uang tidak dibawa mati.

Mengapa pilihan ini begitu sulit bagi banyak dari kita?

Dan apa yang mendorong orang untuk membuat keputusan yang berbeda ketika dihadapkan pada pilihan-pilihan ini?

Psikologi tentang Menunda Gratifikasi (Delayed Gratification)

Inti dari dilema "menabung atau self-reward" adalah konsep menunda gratifikasi, atau delayed gratification, atau tentang kepuasan yang tertunda. Menunda gratifikasi ini adalah kemampuan untuk menolak reward langsung atau reward di masa sekarang demi reward yang lebih berharga di masa depan. Konsep ini didemonstrasikan dalam eksperimen yang terkenal; Stanford marshmallow experiment, di mana anak-anak diberi pilihan: makan satu marshmallow sekarang, atau menunggu beberapa saat dan mendapatkan dua marshmallow nanti. Anak-anak yang menunggu untuk makan marshmallow agar bisa makan dua ditemukan lebih baik dalam aspek-aspek kehidupan seperti jika dilihat dari prestasi akademik dan kesehatannya.

Logikanya, kalau bisa dapat benefit lebih banyak, ya mending menunggu (delayed gratification).

Namun, perlu digarisbawahi bahwa ini hanya berlaku untuk keadaan yang tidak mendesak. Dalam keadaan mendesak, tentu waktu menjadi variabel penting, yang bisa jadi lebih penting dari benefit/loss.

Akan tetapi, ketika menabung, benefitnya tidak terlihat di masa sekarang dan masa depan juga tidak terprediksi. Bisa saja sesuai rencana, dan bisa juga ujung-ujungnya tetap susah. Kalau begini bagaimana? Well, justru karena masa depan tidak terprediksilah kita harus menyiapkan sebisa kita dari sekarang. Kalau pun nantinya mungkin tetap susah, setidaknya diusahakan tidak melarat.

Delayed gratification ini sangat penting dalam membentuk mindset atau pola pikir menabung. Menyisihkan sebagian pendapatan untuk kebutuhan masa depan mengharuskan kita menahan godaan untuk membelanjakan uang untuk keinginan yang mendesak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun