Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

10 Cara Efektif Menghadapi Kritik dan Bertumbuh Menjadi Lebih Baik

8 Januari 2024   14:34 Diperbarui: 16 Januari 2024   00:00 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Mika Baumeister on Unsplash

Saat kita memasuki halaman baru di tahun baru, wajar saja jika kita merenungkan hidup kita dan berniat untuk menjadi lebih baik. Dalam semangat menyambut tahun baru ini, mari kita pelajari seni menghadapi kritik -- sebuah keterampilan yang dapat mendorong kita maju menuju perbaikan diri.

Selamat datang di perjalanan pertumbuhan dan pengembangan diri.

Kritik adalah aspek kehidupan yang tak terelakkan, dan mempelajari cara menanganinya sangatlah penting untuk pertumbuhan dan kesejahteraan pribadi. Dari sudut pandang psikologis, cara kita menanggapi kritik dapat berdampak besar pada kesehatan mental dan emosional kita.

Kritik tidak selalu baik dan tidak selalu mudah diterima. Bisa jadi karena cara menyampaikannya, kondisi kita saat menerima kritik tersebut, atau hal yang dikritik katena kritik sering kali menantang kita untuk menghadapi kelemahan kita atau hal-hal yang tidak kita banggakan. 

Kalau saya pribadi, jujur yang membuat saya sering sulit menerima kritik adalah karena ego saya menolak untuk dianggap ada yang kurang karena saya selalu mengusahakan kemampuan terbaik saya. 

Kalau saya bersikeras mempertahankan ego saya, saya tidak akan berkembang, atau perkembangan saya tidak akan sebaik jika saya menerima kritik dan menjadikannya sarana untuk belajar dan memperbaiki diri.

Tapi... kan tidak semua kritik itu baik dan membangun?

Tapi... kan kita juga tetap harus bisa mempertahankan maunya ego dan jangan 100% terbawa kritiknya orang lain terus?

Tapi... kan kenyataannya juga kita tidak selalu salah dan kritik juga tidak selalu benar?

Lalu bagaimana kita menghadapi kritik yang diberikan?

Karena, mau bagaimana pun juga, kritik adalah bagian hidup yang tak terhindarkan.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi 10 cara efektif untuk menavigasi kritik dengan anggun dan dewasa, menumbuhkan pola pikir yang selaras dengan semangat tahun baru. 

Berikut adalah 10 cara tersebut:

#1 Mengenal Diri dan Mawas Diri

Sebelum menanggapi kritik, luangkan waktu sejenak untuk merenungkan emosi dan reaksi kita sendiri. Memahami pemicu (trigger) dan titik rentan kita dapat membantu kita menghadapi kritik dengan perspektif yang lebih jelas.

Maksudnya di sini adalah, akan ada topik atau orang-orang atau keadaan yang membuat kita lebih sensi dan dengan memahami diri kita, kita bisa memilah mana yang kritik dan mana yang bukan. 

Lalu, kita harus berangkat dari kenyataan bahwa kita adalah manusia biasa yang pasti ada salah dan khilafnya. Jika benar kita salah, kita bertekad untuk memperbaiki diri. Jika ternyata kita tidak salah, kita bisa mencoba poin ke-6 di bawah.

#2 Bedakan Diri dan Tindakan

Secara psikologis, penting untuk membedakan antara identitas dan perilaku kita. Kritik sering kali ditujukan pada tindakan, bukan identitas atau harga diri pribadi kita. Dengan memisahkan keduanya, kita dapat memproses kritik secara lebih objektif.

Tindakan kita tidak selalu mendefinisikan diri kita. Perlu kita sadari, ada yang namanya perilaku, ada yang namanya sikap, dan ada yang namanya sifat. 

Sedikit banyak, semua hal yang kita lakukan adalah bagian dari diri kita, tapi semua itu bisa diubah. Selama belum menjadi sifat, harusnya lebih mudah untuk mengubahnya. Kritik bisa menjadi momen untuk menyadari apa yang harus diubah agar kita menjadi orang yang lebih baik.

#3 Growth Mindset

Gunakan growth mindset atau pola pikir berkembang, seperti yang dikemukakan oleh psikolog Carol Dweck. 

Bukan hanya kritik, berbagai hal bisa menjadi sarana untuk berkembang.

Pada kritik, lihat kritik sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang, bukan sebagai penilaian atas kemampuan kita. Perspektif ini menumbuhkan ketahanan dan pendekatan positif terhadap kritik.

#4 Resisten Secara Emosional

Perkuat ketahanan emosional kita dengan mengakui dan memproses emosi kita tanpa terbebani olehnya. Teknik seperti mindfulness dan meditasi dapat membantu Anda membangun ketahanan emosional.

Baca tulisan saya tentang Validasi Tanpa Romantisisasi Emosi (klik di sini).

Emosi di sini dapat berupa emosi kita pada saat menerima kritik atau emosi kita setelah menerima kritik. Dengan mengenali diri, termasuk emosi kita, harapannya kita bisa menjadi lebih baik dalam menerima dan menanggapi kritik yang diberikan.

#5 Fokus pada Kritik yang Membangun

Daripada memandang kritik sebagai sesuatu yang negatif, kita bisa menganggap kritik sebagai bentuk umpan balik yang dapat berkontribusi pada pengembangan pribadi dan profesional kita. 

Memang, tidak semua kritik bersifat membangun, tetapi kita bisa mencari dan memilah dari kritik yang diberikan, mana yang membangun dan yang memberikan wawasan yang dapat ditindaklanjuti untuk perbaikan.

#6 Pahami Sudut Pandang Orang yang Mengkritik

Kadang, kritik yang diberikan bisa menjadi bahan kita refleksi dan mengembangkan diri lebih baik lagi. Namun, tidak jarang juga kritik yang diberikan tidak sesuai dengan kenyataan yang kita alami. 

Jika demikian, maka sangat amat penting bagi kita untuk mencoba memahami sudut pandang yang memberi kritik tersebut. Dengan berempati pada orang tersebut, kita bisa merespons kritik tersebut dengan lebih baik.

Ada orang yang berangkat dari niat baik, namun yang dikritik tidak sesuai dengan kenyataan yang ada karena berbagai faktor penyebab.

Ada juga orang yang niatnya mungkin tidak baik, tetapi yang disampaikan adalah kenyataan yang mungkin pahit untuk kita akui dan terima.

Dari sudut pandang psikologis, empati memainkan peran kunci dalam menghadapi kritik. Oleh karena itu, cobalah untuk memahami perspektif, motivasi, dan niat orang yang sedang memberi kritik.

#7 Tanggapi Tanpa Bereaksi

Perbedaan psikologis antara merespons dan bereaksi sangatlah signifikan. Respons adalah tanggapan kita atas kritik, reaksi adalah tindakan kita atas kritik.

Luangkan waktu untuk memproses kritik sebelum merespons. Respons yang bijaksana menunjukkan kecerdasan emosional dan pendekatan proaktif terhadap pertumbuhan pribadi.

Terutama, ketika kita tidak berada dalam kondisi fisik atau emosional yang baik-baik saja, atau ketika yang dikritik adalah sesuatu yang tidak ingin kita bicarakan atau sesuatu yang memalukan. 

Respons pertama kita atas kritik adalah refleksi diri dan empati, sementara reaksi atau tindakan kita atas kritik tersebut sebaiknya muncul setelah berbagai pertimbangan dalam refleksi diri tersebut.

#8 Menetapkan Batasan

Menetapkan batasan yang sehat sangat penting untuk kesejahteraan psikologis. Sadarilah kapan kritik melewati batas menjadi serangan pribadi, dan bersikaplah tegas dalam menetapkan batasan untuk melindungi kesehatan mental kita.

Kita harus mampu memilah berbagai kritik yang datang.

Jika kritik tersebut ada benarnya, terlepas dari kita ingin/tidak ingin mengakuinya, harus kita terima dan tindak lanjuti agar menjadi pribadi yang lebih baik.

Jika kritik tesebut tidak benar atau saran yang diberikan tidak sesuai dengan nilai baik yang kita percayai dan menjadi prinsip, maka kita juga harus mampu tegas.

Dengan demikian, harapannya kita bisa terbuka terhadap masukan dan menjadi lebih baik tanpa kehilangan identitas diri atau nilai/prinsip yang dipercayai.

#9 Fokus pada Solusi, Bukan Menyalahkan

Secara psikologis, mengubah pola pikir dari sikap menyalahkan (misal, "Saya begini karena A" atau, "Dia mengkritik saya B padahal dia C" atau, "Bagaimana saya mau menerima kritik kalau caranya saja seperti itu" dan sebagainya) ke pemikiran yang berorientasi pada solusi dapat memberdayakan kita. Daripada terus memikirkan siapa atau apa yang salah, berkonsentrasilah untuk menemukan solusi konstruktif yang mengatasi permasalahan yang diangkat dalam kritik tersebut.

Meskipun demikian, terkadang kita perlu menggali dengan pertanyaan kenapa atau bagaimana kita menjadi X agar dapat berubah menjadi lebih baik. Jika kasusnya begitu, kita harus mampu mengatur porsi mencari tahu untuk mendapat solusi agar jangan sampai mencari tahu hanya untuk melihat hasil ulah siapa/apa semua ini. 

#10 Learn from Mistakes

Terakhir, kita harus mampu mengadopsi gagasan bahwa kesalahan adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang. Dari sudut pandang psikologis, memandang kritik sebagai jalan menuju perbaikan diri dapat membantu kita mengembangkan resistensi dan pandangan yang lebih positif terhadap tantangan.

Tidak apa-apa salah, asal mau belajar menjadi benar.

Yang tidak boleh adalah sudah salah tapi merasa selalu benar.

Penutup

Menghadapi kritik adalah aspek mendasar dari pertumbuhan pribadi dan psikologis. Dengan memasukkan 10 strategi efektif ini ke dalam pola pikir dan pola bertindak kita, harapannyya kita dapat menghadapi kritik dengan ketahanan, empati, dan komitmen untuk perbaikan diri tanpa henti. 

Daripada menghindari masukan, mari kita manfaatkan peluang untuk berkembang.

Mari berkomitmen untuk tidak hanya menghadapi badai kritik namun menggunakannya sebagai batu loncatan menuju diri kita yang terbaik.

Di saat yang sama, tetap jangan sampai tidak tegas dalam menjaga diri sendiri dari berbagai kritik yang tidak semuanya baik.

Di awal tahun ini, dalam rangka menuju diri yang lebih baik, mari kita menerima kritik sebagai alat untuk bertumbuh dan menjadi dewasa, mendorong kehidupan yang lebih sehat dan lebih memuaskan.

Selamat Tahun Baru 2024. (oni)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun