Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Q" pada IQ, EQ, dan SQ Artinya Bukan Kecerdasan

2 Agustus 2023   13:24 Diperbarui: 4 Agustus 2023   19:20 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum adanya tes Binet, kecerdasan diukur dengan berbagai cara yang subjektif. Pengukuran kecerdasan dengan tes yang dibuat oleh Binet merupakan sesuatu yang objektif karena ada aturan dan panduan yang menjadikan tesnya baku.

Tes Binet kemudian terus dikembangkan, termasuk oleh Binet sendiri bersama koleganya, Theodore Simon, dan tes tersebut dikembangkan lagi di Stanford University yang terus diperbaharui dan digunakan sampai sekarang.

Kontribusi signifikan dari Tes Stanford-Binet adalah tes ini memperkenalkan konsep inteligensi sebagai pembagian atau rasio (quotient) dari usia mental dan usia kronologis (Terman, 1916). 

Rasio ini disebut sebagai rasio inteligensi, atau intelligence quotient, yang sampai sekarang terus digunakan meskipun kalkulasi skor inteligensi dari berbagai tes tidak menggunakan rasio usia mental dan usia kronologis (Farmer & Floyd, 2018).

Jadilah rasio kecerdasan (intelligence quotient) sebagai ukuran kuantitatif kecerdasan (ukuran di sini maksudnya tinggi/rendahnya kecerdasan) yang baku.

Lalu, konsep kecerdasan berkembang. Untuk memahami perkembangan kecerdasan, kita perlu memahami apa itu kecerdasan.

Jadi, di waktu yang kurang lebih sama dengan waktu Binet mengembangkan tesnya, di Inggris ada Charles Spearman dan di Amerika ada Louis Thurstone yang meneliti mengenai sesuatu laten yang ada dalam diri manusia yang mendasari kemampuan seseorang. 

Gagasan utamanya secara sangat umum adalah jika sesuatu laten tersebut dimiliki oleh seseorang maka seseorang tersebut memiliki kemampuan yang membawanya sukses. 

Sesuatu laten tersebut dalam perkembangannya dikenal sebagai kecerdasan atau inteligensi, yang berdasarkan penelitian terdiri dari kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan verbal, numerikal, spasial, memori, dan sebagainya.

Tes kecerdasan, seperti milik Binet, atau tes-tes kecerdasan lain yang berkembang, akhirnya hanya mengukur kemampuan kognitif.

Namun, perjalanan mencari tahu faktor laten yang membuat seseorang lebih mampu beradaptasi dan menjadikannya sukses tidak berhenti sampai di situ. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun