Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

7 Kelemahan Teori Tes Klasik

24 Juni 2023   17:00 Diperbarui: 24 Juni 2023   17:04 1631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by macrovector on Freepik

Isu yang dibahas di sini adalah ketika ada skor yang sama pada form tes yang berbeda, maka apakah kedua tes tersebut setara? Pada teori tes klasik yang sangat bergantung pada paket tes dan kelompok sampel, tes sulit untuk setara. Artinya, skor yang sama pada 2 form yang berbeda belum tentu bermakna sama.

Penyetaraan tes dapat dilakukan dengan proses equiting. Meskipun demikian, hal ini tidak mudah dilakukan dalam teori tes klasik dan cenderung menghasilkan tingkat akurasi yang rendah.

#6 Eror pengukuran berlaku sama bagi setiap orang

Pada teori tes klasik, dihasilkan satu indeks reliabilitas untuk satu paket tes. Dari reliabilitas diketahui standar eror pengukuran untuk satu paket tes tersebut. Hal ini berarti bahwa hanya ada satu indeks eror pengukuran untuk semua orang, padahal eror pengukuran tidak hanya berasal dari tes saja, melainkan juga ada eror yang berasal dari setiap orang. Idealnya, standar eror pengukuran diterapkan pada setiap orang. Hal ini tidak dapat dilakukan dalam teori tes klasik.

#7 Kelemahan dalam test design (tidak memungkinkan untuk adaptive testing)

Teori tes klasik tidak dapat memfasilitasi tes yang memungkinkan untuk menyesuaikan level kemampuan setiap orang pada satu administrasi yang sama (no basis for individual-adaptive testing). Selain itu, teori tes klasik juga tidak dapat diterapkan pada criterion referenced testing karena penafsiran hasilnya sangat bergantung pada kelompok sampel. Isu-isu lainnya, seperti sulit mendeteksi item yang bias, sulit untuk melakukan penyetaraan tes secara vertikal (vertical equating), sulit untuk penerapan standar baku (standard setting), dan sulit untuk mendeteksi pola respons.

Manfaat mempelajari teori tes klasik & Penutup

Perlu dicatat bahwa teori tes klasik memang bukan metode ideal, apalagi sejak lahir IRT dan model Rasch. Meskipun demikian, teori tes klasik sangat bermanfaat sebagai gerbang mempelajari psikometri, sebelum mendalami IRT dan model Rasch.

Teori tes klasik perlu dipelajari karena materi ini merupakan materi dasar analisis item dalam psikometri. Sementara itu, secara praktis, teori tes klasik lebih mudah untuk dipelajari dan digunakan oleh para pendidik dan ilmuwan psikologi dalam merancang tes atau skala untuk kepentingan yang tidak beresiko tinggi dan memberi penilaian atas alat ukur tersebut.

Oleh karena itu, manfaat mempelajari teori tes klasik pada akhirnya kurang lebih sama dengan mengapa psikolog, ilmuwan psikologi, dan tenaga pendidik harus memahami prinsip-prinsip psikometri, yaitu agar dapat membuat dan menggunakan instrumen yang mampu mengukur kemampuan dan psikologis seseorang dengan baik dan tepat, lalu membuat evaluasi untuk penanganan lebih lanjut yang mampu memaksimalkan potensi banyak orang. (oni)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun