Perempuan harus cerdas. Laki-laki pun juga. Kecerdasan adalah sesuatu yang kita anggap sangat penting dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang. Tidak mengherankan jika kita melihat ke belakang, mengenai bagaimana sejarah lahirnya konsep intelligence atau kecerdasan.
Konsep kecerdasan muncul pada awalnya sebagai sesuatu yang mendasari kemampuan kognitif manusia. Mereka dengan kemampuan kognitif yang tinggi dipercaya memiliki kecenderungan untuk lebih sukses.
Seiring berjalannya waktu, lebih banyak penelitian mengenai faktor yang berkontribusi dalam kesuksesan seseorang. Selain kecerdasan, ada kemampuan regulasi emosi, kemampuan sosial, grit, dan lain sebagainya. Meskipun demikian, kecerdasan masih menjadi sesuatu yang kita dambakan dan kagumi. Tidak sedikit dari kita yang lebih segan dengan mereka dengan IQ genius ketimbang mereka yang mampu menguasai 10 bahasa berbeda.
Intinya adalah kecerdasan merupakan sesuatu yang kita anggap penting. Akan tetapi, apakah kita benar-benar memahami apa itu kecerdasan, bagaimana sifatnya, dan dari mana ia berasal? Jangan-jangan, selama ini kita hanya berasumsi bahwa kita tahu tapi sebenarnya tidak.
Mau bagaimana lagi, para ahli saja banyak tidak sepakat mengenai definisi tunggal kecerdasan. Ada yang mengatakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan kognitif, ada yang mengatakan bahwa kecerdasan bersifat triarkis, ada yang mengatakan bahwa kecerdasan memiliki banyak jenis. Pada akhirnya, seluruh definisi yang ada dapat dirangkum menjadi kecerdasan adalah sesuatu mendasar yang dimiliki manusia yang menjadikannya mampu.
Tentu saja, untuk melakukan dan meraih tujuan hidup, kita harus mampu dan berdaya. Kita, sadar tidak sadar, percaya bahwa kecerdasan berkontribusi dalam membuat kita mampu dan berdaya.
Lalu, bagaimana cara untuk cerdas? Dari mana kecerdasan berasal?
Kita mungkin pernah mendengar bahwa kecerdasan diturunkan secara genetis dari ibu, sehingga para perempuan sebaiknya menjadi ibu yang cerdas untuk melahirkan anak yang cerdas.
Jika demikian, calon ibu yang cerdas juga harus dilahirkan dari perempuan sebelumnya yang juga cerdas? Atau, calon ibu bisa berusaha untuk menjadi cerdas dengan belajar atau berguru? Jika calon ibu dari perempuan yang kurang cerdas bisa menjadi cerdas melalui belajar atau berguru, bukankah artinya faktor lingkungan (nurture) lebih dominan dari faktor genetis (nature)?
Perdebatan mengenai dominansi nature VS nurture merupakan cerita lama. Ada banyak topik dalam psikologi dan filsafat yang memperdebatkan hal tersebut.