Untuk mendorong interaksi yang lebih sehat dan lebih inklusif, sangat penting untuk mendekati judging dan labeling dengan hati-hati. Terlibat dalam empati, keterbukaan pikiran, dan refleksi diri dapat membantu mengurangi bias dan menumbuhkan pemahaman yang lebih dalam tentang pengalaman unik individu. Mengenali kompleksitas dan keragaman sifat manusia dapat mendorong masyarakat yang lebih inklusif dan berbelas kasih.
Penutup
Judging dan labeling memiliki implikasi psikologis dan sosial yang berbeda. Judging melibatkan evaluasi subjektif dari tindakan dan perilaku, sedangkan labeling berfokus pada menetapkan kategori atau klasifikasi tertentu. Keduanya dapat memiliki konsekuensi positif atau negatif, tergantung pada keadilan, empati, dan kesadaran diri.
Walaupun salah satu lebih cenderung subjektif dan yang satu lagi cenderung tidak, bukan berarti yang subjektif lebih buruk. Baik atau buruk dari judging dan labeling ditentukan dari kenapa dan bagaimana kita memproses sampai menghasilkan judgement dan label serta apa yang kita lakukan dan bagaimana tindakan kita atas hasil tersebut.
Baik judging maupun labeling, keduanya merupakan sesuatu yang wajar kita lakukan dalam keseharian kita. Meskipun demikian, sebaiknya kita sadar saat memberi judgement dan label pada orang lain. Lebih dari itu, kita harus lebih berhati-hati saat mengkomunikasikan atau bertindak atas judgement dan label yang kita hasilkan. Jika perlu disampaikan, sampaikan dengan penuh perhatian dan tanpa menghakimi, kalau bisa dengan tujuan membantu.
Satu tip terakhir yang mungkin bisa dipakai: Ingat bahwa kita tidak lebih baik dan tidak lebih buruk dari orang lain.
Dengan memupuk pemahaman, empati, dan merangkul keragaman, kita dapat menciptakan masyarakat yang menghargai individualitas sambil menghormati dinamika interaksi manusia yang kompleks. (oni)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H