Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

9 Normalized Addictions di Era Digital yang Dapat Dialami Semua Orang

12 Juni 2023   06:51 Diperbarui: 12 Juni 2023   07:13 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah kecanduan identik dengan zat-zat seperti narkotika dan obat-obatan terlarang. Namun, kecanduan dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk dan melampaui zat-zat terlarang. 

Dewasa ini, kita dihadapkan oleh kecanduan yang dinormalisasi, atau normalized addictions, yang menarik perhatian kita dan menantang definisi kecanduan konvensional. 

Era digital telah merevolusi cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi dengan dunia. Pesatnya kemajuan teknologi telah membawa banyak manfaat dan kemudahan. Namun, hal itu juga memunculkan jenis kecanduan baru yang tertanam kuat dalam kehidupan kita sehari-hari.

Di era digital, muncul beberapa kecanduan yang dinormalisasi yang bukan narkotika dan obat-obatan terlarang. Berikut adalah contoh kecanduan-kecanduan tersebut ini:

#1 Kecanduan Media Sosial
Kecanduan media sosial mengacu pada penggunaan platform media sosial yang berlebihan dan kompulsif seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan Snapchat. Individu dengan kecanduan ini mungkin merasa kesulitan untuk mengontrol jumlah waktu yang dihabiskan di media sosial, terus-menerus refresh dan scrolling, mencari validasi melalui likes dan comments, dan mengalami kecemasan atau gejala withdrawal saat tidak dapat mengakses media sosialnya.

#2 Kecanduan Gaming di Internet
Kecanduan gaming di internet bisa menjadi gangguan yang lebih serius, yaitu Internet Gaming Disorder, yang berwujud keterlibatan kompulsif dan berlebihan dalam game online, sering kali mengarah pada pengabaian tanggung jawab pribadi, penurunan performa akademik atau profesional, dan hubungan sosial yang terganggu. 

Individu dengan kecanduan ini mungkin mengalami keinginan yang kuat untuk bermain game, memprioritaskan game daripada aktivitas lain, dan dapat mengembangkan toleransi di mana mereka membutuhkan lebih banyak game untuk mencapai tingkat kepuasan yang sama.

#3 Belanja Online Kompulsif
Belanja online yang kompulsif, atau kecanduan belanja online, atau compulsive buying disorder, ditandai dengan pembelian barang dan jas online yang berlebihan dan impulsif. 

Individu dengan kecanduan ini mungkin sering belanja online, menghabiskan uang di luar kemampuannya, mengalami kesulitan keuangan, dan merasakan kelegaan atau euforia selama proses belanja. Mereka mungkin juga mengalami kesulitan mengendalikan keinginan mereka untuk berbelanja dan merasa retail therapy dapat meredakan emosi negatif.

#4 Kecanduan Pornografi di Internet
Kecanduan pornografi di internet mencakup penggunaan pornografi online secara kompulsif dan berlebihan yang mengganggu fungsi individu dalam kehidupan sehari-hari, hubungan, dan kesejahteraan pribadi. Individu dengan kecanduan ini mungkin merasa kesulitan untuk mengatur konsumsi pornografi mereka, yang menyebabkan konsekuensi negatif seperti konflik hubungan, penurunan kepuasan seksual, dan pandangan seksualitas yang menyimpang.

#5 Ketergantungan Smartphone
Kecanduan smartphone mengacu pada penggunaan smartphone yang berlebihan dan kompulsif, dan sering kali ditandai dengan kebutuhan yang kuat untuk selalu terhubung, memeriksa notifikasi, dan berinteraksi dengan berbagai aplikasi dan fitur.

Individu dengan kecanduan ini mungkin mengalami kecemasan atau kesusahan saat terpisah dari smartphone mereka, menunjukkan tanda-tanda withdrawal, dan mengabaikan tanggung jawab kehidupan nyata dan interaksi sosial karena penggunaan smartphone yang berlebihan.

#6 Kecanduan Judi Online
Kecanduan judi online melibatkan dorongan kompulsif dan tak terkendali untuk terlibat dalam aktivitas judi online, seperti kasino, taruhan olahraga, atau poker online. Individu dengan kecanduan ini mungkin mengalami kehilangan kendali atas kebiasaan berjudi mereka, mengalami kerugian, mengabaikan kewajiban pribadi dan profesional, dan menderita konsekuensi finansial akibat perilaku berjudi mereka yang berlebihan.

#7 Kecanduan Kencan Online
Kecanduan kencan online mengacu pada keasyikan dan ketergantungan yang berlebihan pada platform kencan online untuk bertemu orang baru dan membentuk hubungan romantis. 

Individu dengan kecanduan ini mungkin menghabiskan banyak waktu untuk swipe kiri swipe kanan, mengirim pesan, dan mencari validasi melalui aplikasi kencan online. Mereka mungkin termakan oleh pencarian jodoh baru dan mengalami dampak negatif pada harga diri dan hubungan kehidupan nyata mereka.

#8 Kecanduan Atensi di Media Sosial
Kecanduan atensi di media sosial melibatkan keinginan kompulsif untuk mendapatkan pengakuan, validasi, dan followers di platform media sosial dengan menyusun persona online yang sangat dikurasi. Individu dengan kecanduan ini mungkin terus-menerus terobsesi dengan akun media sosial mereka, sering memposting, dan mencari persetujuan melalui likes, comments, dan jumlah followers. 

Mereka mungkin memprioritaskan mempertahankan citra influencer mereka daripada pengalaman dan hubungan di kehidupan nyata. Selain itu, kecanduan ini juga membuat individu menilai harga diri seseorang dari popularitasnya di media sosial. Mereka mungkin mengalami ketergantungan yang kuat pada validasi eksternal untuk harga diri mereka, yang menyebabkan dampak negatif pada harga diri dan kesejahteraan mereka.

#9 Penimbunan Informasi Online yang Berlebihan
Penimbunan informasi online mengacu pada perilaku kompulsif mengumpulkan dan menyimpan sejumlah besar informasi digital, seperti artikel, dokumen, gambar, atau video, tanpa tujuan praktis. Individu dengan kecanduan ini mungkin merasakan kecemasan atau ketakutan akan kehilangan jika mereka tidak menyimpan atau menimbun informasi, mengakibatkan kekacauan digital yang berlebihan dan kesulitan dalam mengatur atau melepaskan konten digital.

Jadi...apakah semua hal bisa jadi candu?

Meskipun benar bahwa berbagai perilaku dan aktivitas dapat membuat candu, penting untuk membedakan antara perilaku yang normal dan sehat serta perilaku yang membuat kecanduan. Kecanduan biasanya mengacu pada pola perilaku kompulsif dan bermasalah yang berdampak negatif pada kehidupan dan kesejahteraan seseorang.

Tidak semua perilaku atau aktivitas berpotensi menjadi candu. Banyak kegiatan dapat dinikmati secara wajar dan memberikan kontribusi positif bagi kehidupan seseorang. Namun, perilaku tertentu, jika dilakukan secara berlebihan dan kompulsif, dapat berkembang menjadi kecanduan.

Kecanduan ditandai dengan hilangnya kendali atas perilaku, pengulangan yang berkelanjutan meskipun ada konsekuensi negatif, dan meningkatnya keasyikan dengan perilaku tersebut. Ini sering melibatkan gangguan fungsional seseorang dalam kehidupan sehari-hari, gangguan dalam hubungan, dan dampak negatif pada kesehatan mental dan fisik.

Meskipun penting untuk menyadari potensi kecanduan di berbagai bidang, penting juga untuk menyadari bahwa tidak semua aktivitas yang berhubungan dengan teknologi atau aktivitas akan menyebabkan kecanduan. 

Ada banyak orang yang dapat menggunakan teknologi di era digital dengan sehat, yaitu secara bertanggung jawab dan tidak berlebihan. Kuncinya terletak pada menjaga keseimbangan yang sehat, menyadari dampaknya terhadap kesejahteraan kita, dan inisiatif untuk mencari bantuan jika pola kecanduan mulai muncul dan mengganggu kehidupan sehari-hari.

Bagaimana bisa normalized addictions di era digital terjadi?

Kecanduan yang dinormalisasi di era digital yang berhubungan dengan teknologi muncul karena beberapa hal. Berikut adalah beberapa faktor kunci yang berkontribusi terhadap terjadinya kecanduan ini:

Kemajuan Teknologi: Pesatnya perkembangan teknologi digital telah memberikan akses yang mudah dan pengalaman yang imersif, menjadikannya sangat menarik. 

Ketersediaan smartphone, internet berkecepatan tinggi, platform media sosial, game online, dan platform digital lainnya telah menciptakan budaya digital yang menyebar yang mendorong konektivitas dan keterlibatan yang konstan.

Pengaruh Sosial dan Normalisasi Kehidupan Digital: Normalisasi keterlibatan digital yang berlebihan telah terjadi karena pengaruh faktor sosial. Tekanan teman sebaya, norma sosial, dan keinginan untuk diterima secara sosial telah memainkan peran dalam melanggengkan kecanduan ini. 

Semakin banyak individu yang terlibat dalam perilaku digital yang berlebihan dan menampilkannya sebagai sesuatu yang normal atau diinginkan, semakin mudah bagi orang lain untuk mengadopsi dan membenarkan pola yang serupa.

Reassurance, Reinforcement, dan Kepuasan Instan: Aktivitas digital memberikan penguatan segera dan kepuasan instan, memicu sistem penghargaan otak. Fitur seperti like, comment, notifikasi, dan hadiah dalam game online merangsang rasa pencapaian, validasi, dan kesenangan. Reinforcement ini memperkuat hubungan antara perilaku dan hasil positif, membuat individu lebih mungkin mengulang perilakunya.

Pelarian dan Regulasi Emosional: Aktivitas digital menawarkan bentuk pelarian dari emosi tidak menyenangkan. Seseorang mungkin melarikan diri dari stres kehidupan nyata, kebosanan, atau emosi negatif dengan menghabiskan waktu di internet. Kesannya, seperti regulasi emosi yang baik, padahal pelarian tersebut tidak menyelesaikan masalah apapun. 

Dunia maya dapat memberikan rasa kontrol, kegembiraan, dan hubungan sosial, bertindak sebagai mekanisme koping untuk meredakan tekanan emosional, tapi hanya sementara.

Kerentanan Psikologis: Individu dengan kerentanan psikologis tertentu mungkin lebih rentan untuk mengembangkan kecanduan normal di era digital. Faktor-faktor seperti harga diri rendah, kesepian, kecemasan, depresi, impulsif, atau kesulitan mengatur emosi dapat membuat individu lebih cenderung mencari hiburan atau validasi melalui keterlibatan digital yang berlebihan.

Desain dan Gamifikasi: Platform digital sengaja dirancang agar menarik dan membuat ketagihan. Elemen user interface, notifikasi, fitur like, dan sistem penghargaan dibuat dengan hati-hati untuk menarik dan mempertahankan perhatian pengguna. 

Prinsip-prinsip gamifikasi, menggabungkan elemen-elemen game (seperti level, pencapaian, dan papan peringkat), menjadikan aktivitas digital lebih menarik dan membentuk kebiasaan.

Kurangnya Kesadaran dan Literasi Digital: Banyak individu mungkin tidak sepenuhnya menyadari potensi risiko dan konsekuensi yang terkait dengan keterlibatan digital yang berlebihan. 

Kurangnya literasi digital dan pemahaman tentang penggunaan teknologi yang sehat dapat berkontribusi pada normalisasi perilaku adiktif. Akibatnya, individu mungkin tidak menyadari perlunya moderasi atau dampaknya terhadap kesejahteraan mereka sampai pola kecanduan itu terjadi.

Penting untuk dicatat bahwa meskipun era digital telah membawa banyak manfaat dan peluang, normalisasi kecanduan ini menyoroti perlunya literasi digital, penggunaan yang bertanggung jawab, dan keterlibatan yang cermat dengan teknologi. 

Dengan memahami faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kecanduan ini, individu dapat mengambil langkah proaktif untuk menjaga hubungan yang sehat dengan teknologi digital dan memitigasi potensi risiko.

Dalam psikologi, terdapat beberapa konsep yang dapat menjelaskan kenapa normalized addictions yang berhubungan dengan teknologi di era digital bisa terjadi, yaitu:

Operant conditioning:
Kecanduan yang dinormalisasi di era digital seringkali mengandalkan proses operant conditioning. Melalui keterlibatan berulang dengan aktivitas digital, individu mengalami hasil dan penghargaan yang menyenangkan, memperkuat perilaku. 

Misalnya, memperoleh likes di postingan media sosial atau mencapai skor tinggi dalam sebuah game dapat memicu rasa pencapaian dan kesenangan. Penguatan ini memperkuat hubungan antara perilaku dan hasil positif, membuat perilaku lebih mungkin diulangi.

Dopamin dan Reward:
Sistem penghargaan otak memainkan peran penting dalam perkembangan kecanduan yang dinormalisasi di era digital. Terlibat dalam aktivitas digital memicu pelepasan dopamin, neurotransmitter yang terkait dengan kesenangan dan penghargaan. 

Dopamin memperkuat perilaku dan memotivasi individu untuk mencari keterlibatan lebih lanjut, yang mengarah ke siklus perilaku berulang. Ketersediaan konstan rangsangan yang menyenangkan dapat berkontribusi pada sifat adiktif dari perilaku ini.

Gratifikasi yang Instan dan Impulsif:
Kecanduan yang dinormalisasi di era digital sering berkembang pesat karena kepuasan instan yang mereka berikan. Platform digital menawarkan akses langsung ke informasi, interaksi sosial, hiburan, dan belanja, memuaskan keinginan individu secara real-time. 

Kepuasan instan ini bisa sangat menarik bagi mereka yang memiliki kecenderungan impulsif, karena mereka mencari imbalan segera dan mungkin kesulitan menunda kepuasan. Aksesibilitas dan kesegeraan aktivitas digital dapat berkontribusi pada pengembangan pola kecanduan.

Escapism (Pelarian) dan Regulasi Emosional:
Aktivitas digital dapat berfungsi sebagai bentuk pelarian, yang memungkinkan individu untuk sementara terputus dari realitas sehari-hari mereka. Bagi sebagian orang, keterlibatan digital menyediakan sarana untuk mengatur emosi, mengatasi stres, atau melepaskan diri dari perasaan negatif. 

Misalnya, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat berfungsi sebagai pengalih perhatian atau cara untuk mencari validasi dan hubungan sosial. Terlibat dalam game online atau pengalaman digital yang imersif dapat memberikan jalan keluar dari tantangan kehidupan nyata. Kegiatan ini dapat menjadi cara untuk mengatasi kesulitan emosional, memperkuat perilaku adiktif.

Pengaruh Sosial dan Perbandingan Sosial:
Era digital ditandai dengan paparan konstan terhadap kehidupan orang lain melalui media sosial dan platform online. Pengaruh sosial dan perbandingan sosial dapat secara signifikan berkontribusi pada kecanduan yang dinormalisasi. 

Mengamati orang lain yang terlibat dalam aktivitas digital, menerima validasi sosial, atau menampilkan aspek-aspek pilihan dalam hidup mereka dapat menimbulkan tekanan sosial atau fear of missing out (FOMO). (Baca tulisan saya mengenai FOMO di sini). 

Faktor Psikologis Bawaan:
Beberapa faktor psikologis yang mendasari dapat berkontribusi pada pengembangan dan pemeliharaan kecanduan yang dinormalisasi di era digital. Ini dapat mencakup harga diri rendah, kesepian, kecemasan, depresi, kecenderungan berperilaku impulsif, atau kesulitan dalam regulasi emosi. Perilaku adiktif dapat berfungsi sebagai cara untuk mengatasi masalah mendasar ini atau mengisi kekosongan dalam kehidupan individu. 

Selain itu, ciri-ciri kepribadian tertentu, seperti mencari sensasi atau perfeksionisme, juga dapat berkontribusi pada kerentanan untuk mengembangkan pola kecanduan.

Memahami konsep psikologis ini membantu menjelaskan mekanisme yang mendasari kecanduan yang dinormalisasi di era digital. Ini menekankan kebutuhan untuk mengatasi faktor psikologis seperti reinforcement, kecenderungan impulsif, regulasi emosional, dan pengaruh sosial untuk mempromosikan perilaku digital yang lebih sehat. 

Intervensi psikologis, seperti terapi perilaku-kognitif (CBT), wawancara motivasi, dan teknik mindfulness, dapat digunakan untuk mengatasi faktor-faktor mendasar ini dan mengembangkan strategi untuk mengelola dan mengatasi kecanduan digital. 

Selain itu, mempromosikan literasi digital, kesadaran diri, dan penggunaan teknologi digital yang bertanggung jawab dapat memainkan peran penting dalam mencegah dan mengatasi kecanduan yang dinormalisasi di era digital.

Apa kemungkinan dampak dari normalized addictions tersebut?

Kecanduan yang dinormalisasi di era digital memang bisa berbahaya dan berdampak negatif. Meskipun kecanduan ini mungkin tidak membawa risiko fisik langsung yang sama seperti penyalahgunaan narkoba, kecanduan ini masih dapat memengaruhi banyak hal. Berikut adalah beberapa cara di mana kecanduan ini bisa berbahaya:

Gangguan Kesehatan Mental: Keterlibatan digital yang berlebihan dapat berkontribusi pada perkembangan atau memperburuk masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan isolasi sosial. Menghabiskan waktu berlebihan di platform digital dapat menyebabkan perasaan tidak mampu, kesepian, dan terputus dari hubungan di kehidupan nyata.

Merusak Kehidupan Sehari-hari: Kecanduan yang dinormalisasi di era digital dapat mengganggu berbagai aspek kehidupan seseorang. Keterlibatan yang berlebihan dengan aktivitas digital dapat menyebabkan pengabaian tanggung jawab pribadi, seperti bekerja atau belajar, dan mengganggu rutinitas sehari-hari, pola tidur, dan perawatan diri. Ini juga dapat memengaruhi kesehatan fisik karena perilaku menetap dan pilihan gaya hidup yang buruk.

Konsekuensi Sosial dan Hubungan: Kecanduan digital dapat merusak hubungan pribadi dan hubungan sosial. Menghabiskan waktu berlebihan untuk aktivitas digital dapat menyebabkan berkurangnya interaksi tatap muka, pengabaian keluarga dan teman, dan berkurangnya rasa dukungan sosial di kehidupan nyata. Itu juga dapat berkontribusi pada konflik, kecemburuan, dan perbandingan dalam hubungan.

Gangguan Akademik dan Profesional: Terlibat dalam aktivitas digital untuk waktu yang lama dapat berdampak negatif terhadap kinerja akademik atau profesional. Berkurangnya fokus, produktivitas, dan manajemen waktu dapat mengakibatkan penurunan efisiensi, nilai yang lebih rendah, tenggat waktu yang terlewat, dan prospek karir yang terganggu.

Implikasi Finansial: Kecanduan digital tertentu, seperti belanja online yang kompulsif atau perjudian, dapat menimbulkan konsekuensi finansial yang parah. Individu dapat menumpuk hutang, mengalami ketidakstabilan keuangan, atau menderita kerugian yang signifikan karena pengeluaran impulsif atau perilaku online yang berisiko.

Penting untuk diketahui bahwa kerugian yang disebabkan oleh kecanduan yang dinormalisasi di era digital dapat bervariasi intensitas dan dampaknya bagi masing-masing individu. Beberapa individu mungkin lebih rentan terhadap konsekuensi negatif dan beberapa lainnya tidak.

Mengatasi dan mengelola kecanduan ini memerlukan pendekatan komprehensif yang mencakup peningkatan kesadaran, mempromosikan penggunaan digital yang bertanggung jawab, mengembangkan mekanisme penanganan yang sehat, dan mencari bantuan profesional bila diperlukan. 

Sangat penting bagi individu untuk mengembangkan hubungan yang seimbang dengan teknologi digital untuk mengurangi potensi bahaya dan memastikan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.

Bagaimana membatasi diri agar dapat memanfaatkan teknologi tanpa kecanduan?

Tetap moderat (tidak ekstrem) dalam berperilaku dan beraktivitas adalah kunci untuk mempertahankan gaya hidup sehat dan mencegah berkembangnya pola kecanduan. 

Berikut adalah beberapa strategi yang dapat membantu kita dalam membatasi diri agar dapat memanfaatkan teknologi tanpa kecanduan:

Tetapkan boundaries yang jelas dan batasan waktu: Tetapkan boundaries yang jelas untuk penggunaan teknologi. Tetapkan batas waktu tertentu untuk aktivitas seperti media sosial, game, atau berselancar online. Gunakan aplikasi atau fitur bawaan yang melacak dan membatasi waktu layar untuk membantu kita mematuhi batasan ini.

Lakukan detoksifikasi digital: Beristirahatlah secara teratur dari teknologi untuk memberi diri kita kesempatan untuk memulihkan tenaga dan terlibat dalam aktivitas lain. Pertimbangkan untuk menerapkan periode atau "hari tanpa scrolling media sosial" atau "sekian jam tanpa gadget". Gunakan waktu ini untuk hobi, berolahraga, menghabiskan waktu bersama orang tersayang, atau mengejar minat offline.

Prioritaskan koneksi di kehidupan nyata: Kembangkan dan pelihara hubungan kehidupan nyata. Alokasikan waktu khusus untuk interaksi tatap muka dengan keluarga dan teman.

Latih kesadaran diri (self awareness): Perhatikan perilaku kita dan dampaknya terhadap kesejahteraan diri. Perhatikan bagaimana perasaan kita sebelum, selama, dan setelah melakukan aktivitas tertentu. Jika kita merasakan adanya emosi negatif, keasyikan berlebihan, atau pengabaian sesuatu yang lebih penting dalam hidup kita, hal ini dapat menjadi tanda bahwa kita perlu mengevaluasi kembali skala prioritas kita.

Lakukan aktivitas yang beragam: Terlibat dalam berbagai aktivitas dan minat yang beragam dapat mencegah ketergantungan berlebihan pada satu perilaku atau teknologi. Dengan mendiversifikasi aktivitas, kita menciptakan gaya hidup yang lebih seimbang dan memuaskan yang mengurangi risiko menjadi terlalu bergantung pada satu hal.

Prioritaskan self care: Jaga kesehatan fisik, emosional, dan mental Anda. Terlibat dalam aktivitas yang mempromosikan perawatan diri, seperti berolahraga, menghabiskan waktu bersama orang yang dicintai, melakukan hobi, melatih kesadaran, atau mencari relaksasi. Dengan mengutamakan perawatan diri, kita menciptakan pondasi yang kuat untuk gaya hidup yang seimbang dan sehat.

Latih penggunaan teknologi yang mindful: Bersikaplah disengaja dan penuh perhatian saat menggunakan teknologi. Beristirahatlah, putuskan sambungan dari perangkat digital secara teratur, dan lakukan aktivitas yang tidak melibatkan layar. Penggunaan teknologi secara hati-hati melibatkan kesadaran akan tujuan dan dampak keterlibatan digital kita, sehingga dapat menghindarkan kita dari kecanduan.

Mencari dukungan: Jika kita melihat tanda-tanda perilaku adiktif dan merasa sulit untuk tetap moderat atau, carilah dukungan dari teman, keluarga, atau profesional. 

Penutup

Era digital telah membawa kemajuan dan konektivitas yang luar biasa. Meskipun demikian, era digital juga memunculkan berbagai kecanduan yang dinormalisasi yang dapat berdampak besar pada individu dan masyarakat. 

Sifat adiktif dari media sosial, game di internet, smartphone, belanja online, dan banyaknya informasi di era digital meningkatkan kebutuhan akan kesadaran, regulasi diri, dan menjadi moderat dalam menyikapi teknologi. 

Mengenali tanda-tanda normalized addictions di era digital dan mencari dukungan sangat penting bagi individu untuk mendapatkan kembali kendali atas hidup mereka dan menjaga hubungan yang sehat dengan teknologi. 

Saat kita menavigasi era digital, penting untuk menumbuhkan perhatian, menetapkan batasan, dan memprioritaskan kesejahteraan kita untuk berkembang di dunia yang sangat terhubung.

Penting untuk menemukan keseimbangan yang sesuai dengan kebutuhan dan prioritas pribadi kita.

Dengan mengenali faktor psikologis yang berperan dan menerapkan intervensi yang tepat, individu dapat menjauhkan diri dari kecanduan yang disebutkan dapat memperoleh kembali kendali atas hidup mereka dan mengembangkan hubungan yang lebih sehat dalam berinteraksi dengan teknologi.

Sangat penting untuk menghadapi normalized addictions dengan empati, dukungan, dan pendekatan psikologis berbasis bukti untuk meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan dan gaya hidup yang seimbang. (oni)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun