Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

10 Hal tentang Quarter Life Crisis, Kajian Psikologi, dan Cara Menghadapinya

21 Mei 2023   12:34 Diperbarui: 29 Mei 2023   20:43 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Transisi dari masa remaja ke masa dewasa sering digambarkan sebagai masa yang exciting, penemuan jati diri, dan eksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru. Namun, bagi banyak orang dewasa awal, tahap ini juga bisa disertai dengan rasa bingung, cemas, dan tidak pasti. Fenomena ini secara populer kita kenal sebagai quarter life crisis.

Quarter life crisis adalah sebuah konsep yang mendapat perhatian signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Akan tetapi, apa yang benar-benar kita ketahui tentang quarter life crisis?

Sebagaimana banyak istilah populer lain dalam menjelaskan psikologis seseorang, saya kira banyak sekali dari kita menggunakan istilah quarter life crisis tanpa benar-benar mengetahui apa itu barangnya.

Quarter life crisis. Krisis di seperempat hidup. Kalau hidup kita 100 tahun, kira-kira usia 25 kita mengalami krisis. Kalau kita hidup kira-kira mengikuti usia harapan hidup yang berdasarkan usia Nabi SAW, 63 tahun, kira-kira usia 16an kita mengalami krisis. Kalau ikut usia harapan hidup Indonesia yang dilansir BPS sekitar 70 tahun, kira-kira usia 18an kita mengalami krisis.

Tapi, emang begitukah cara menghitungnya?

Lagipula, krisis apa yang dimaksud di sini?

Apakah dialami semua orang?

Apakah quarter life crisis ini merupakan fenomena psikologis yang benar-benar ada, atau apakah itu hanya produk dari hype masyarakat dan stereotip generasi?

Berikut, kita akan membahas mengenai 10 hal umum mengenai quarter life crisis. Kita juga akan membahas quarter life crisis dalam perspektif psikologi, kenapa quarter life crisis terjadi, dan apa yang dapat dilakukan dalam menghadapi quarter life crisis.

10 Hal tentang Quarter Life Crisis

Berikut adalah 10 fakta menarik mengenai quarter life crisis:

#1 Tidak ada batasan usia tertentu: Meskipun istilah quarter life crisis menyiratkan krisis yang dialami terjadi pada "seperempat kehidupan", siapapun bisa mengalami quarter life crisis pada usia yang berbeda. Waktu pertumbuhan pribadi, refleksi diri, dan transisi dapat bervariasi untuk setiap individu.

#2 Merupakan sesuatu yang umum: Banyak orang dewasa muda mengalami perasaan tidak pasti, bingung, dan cemas selama usia 20-an dan awal 30-an. 

Istilah quarter life crisis  sering digunakan untuk menggambarkan tahap ini. Melihat dari populernya istilah ini, dapat kita simpulkan bahwa quarter life crisis merupakan hal yang umum dan mungkin dialami oleh hampir semua orang.

#3 Berbeda di setiap orang: Meskipun quarter life crisis adalah sesuatu yang umum dan mungkin dialami oleh hampir semua orang, tidak berarti semua orang mengalami hal yang plek ketiplek sama. 

Pengalaman quarter life crisis sangat individual dan personal. Faktor-faktor seperti latar belakang pribadi, pengaruh budaya, dan keadaan hidup dapat secara signifikan memengaruhi tantangan dan hasil spesifik periode ini.

#4 Masa transisi: Quarter life crisis biasanya terjadi selama periode transisi yang signifikan dari remaja ke dewasa. Tahap ini melibatkan penjelajahan jalur karir, membentuk hubungan pribadi dan romantis, dan menentukan identitas dan nilai-nilai seseorang. 

Krisis yang dialami mungkin terjadi karena kita akan memasuki tahap perkembangan selanjutnya; dari remaja ke dewasa, dengan tugas-tugas perkembangan baru.

#5 Masa eksplorasi: Quarter life crisis sering kali melibatkan pertanyaan tentang pilihan, tujuan, dan arah hidup seseorang. Ini bisa menjadi peluang untuk penemuan jati diri, karena individu mengeksplorasi hasrat, nilai, dan aspirasi jangka panjang mereka. Karena ini adalah masa eksplorasi, akan ada banyak pilihan yang mungkin membuat kita kewalahan. 

Yang harus diingat adalah tidak apa-apa mengeksplorasi pilihan yang ada. Menjadi dewasa mungkin identik dengan stabil dan tegas serta tidak plin plan, tapi di masa transisi tidak apa-apa untuk lebih lambat dalam mengambil keputusan, meskipun dunia di sekitar kita terlihat menuntut semua hal untuk bergerak cepat.

#6 Faktor tekanan eksternal mempengaruhi quarter life crisis: Tekanan masyarakat dan budaya eksternal dapat berkontribusi pada quarter life crisis. Harapan dari keluarga, teman sebaya, atau masyarakat, mengenai prestasi, pencapaian, dan kesuksesan dapat menambah perasaan tertekan. Kenali pengaruh faktor eksternal dan fokus pada jalan hidup kita masing-masing yang berbeda

#7 Welas asih adalah pendamping terbaik: Berbaik hatilah pada diri sendiri selama quarter life crisis. Ini adalah waktu penemuan diri dan tantangan navigasi. Latih welas asih diri dengan mengakui bahwa menghadapi ketidakpastian dan kemunduran adalah hal yang wajar. Perlakukan diri dengan kesabaran, pengertian, dan pengampunan saat menjalani masa transisi ini.

#8 Merupakan katalis untuk pertumbuhan pribadi: Quarter life crisis dapat menjadi katalis untuk pertumbuhan pribadi. Hadapilah tantangan dan ketidaknyamanan sebagai kesempatan untuk refleksi diri dan belajar. Pengalaman dan pelajaran yang diperoleh selama periode ini dapat membentuk identitas, ketahanan, dan pilihan hidup kita di masa depan.

#9 Cari dukungan dan rawat diri: Selama fase quarter life crisis ini, sangat penting untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional kesehatan mental. Melalui masa krisis ini mungkin sulit, jadi usahakan untuk tetap melakukan perawatan diri dengan mempertahankan gaya hidup sehat, mengelola stres, dan mempraktikkan refleksi diri.

#10 Bukan istilah yang lumrah dalam psikologi ilmiah: Istilah quarter life crisis mungkin cukup populer dan digunakan oleh banyak orang, termasuk praktisi pengembangan diri atau pertumbuhan personal. Meskipun demikian, quarter life crisis bukan istilah yang lumrah dalam literatur psikologi ilmiah.

Penelitian ilmiah dan literatur dalam psikologi cenderung menggunakan istilah yang lebih spesifik dan terdefinisi dengan baik untuk menggambarkan berbagai tahapan kehidupan, transisi perkembangan, dan tantangan psikologis. 

Literatur psikologi sering membahas topik yang lebih spesifik seperti pengembangan identitas (identity development), pengambilan keputusan karir (career decision-making), dan penyesuaian diri ke masa dewasa (adjustment to adulthoof), yang mungkin mencakup beberapa hal yang secara umum terkait dengan konsep quarter life crisis. Secara lebih lengkap akan kita bahas dalam bagian berikut mengenai Quarter life crisis dalam perspektif psikologi.

Quarter life crisis dalam perspektif psikologi

Istilah quarter life crisis tidak umum digunakan dalam literatur psikologi ilmiah. Sebaliknya, para peneliti dan psikolog sering menyebut fase kehidupan ini sebagai emerging adulthood atau young adult. Istilah-istilah ini berfokus pada periode perkembangan antara masa remaja dan dewasa sepenuhnya.

Dalam psikologi perkembangan, masa dewasa dialami seseorang setelah masa remaja. Masa remaja umumnya dialami pada usia belasan tahun (teen-age -> teenager) dan masa dewasa secara teoritis dimulai pada kisaran usia 18-20 tahun. Masa dewasa awal ini tentu memiliki tantangan, tapi bukan berarti tahap perkembangan lain akan lebih mudah dijalani atau tanpa hambatan apapun.

Konsep quarter life crisis banyak digunakan dalam budaya populer dan media, tetapi tidak dipelajari secara luas sebagai konstruksi psikologis formal dalam penelitian akademik. 

Psikolog cenderung mendekati tantangan dan transisi yang dialami selama tahap kehidupan ini melalui kerangka kerja seperti pengembangan identitas, eksplorasi karir, dan kesejahteraan emosional.

Banyak orang menggunakan istilah quarter life crisis karena istilah ini mungkin beresonansi dengan mereka dalam menggambarkan pengalaman mereka. Meskipun demikian, dalam kajian ilmiah, preferably para peneliti dan praktisi berfokus pada pemahaman kompleksitas masa dewasa muda dan berbagai faktor yang dapat memengaruhi kesejahteraan dan perkembangan individu selama periode ini. 

Istilah quarter life crisis mengindikasikan bahwa banyak orang mengalami kesulitan dalam transisi mereka dari tahap perkembangan remaja menjadi dewasa. Mengakui kesulitan kita sudah merupakan satu hal baik, selanjutnya adalah mengidentifikasi penyebab kesulitan tersebut agar dapat ditangani dengan baik.

Selama transisi dari masa remaja ke dewasa, individu dapat menghadapi berbagai tantangan dan ketidakpastiani. Berikut adalah beberapa tantangan umum dalam transisi ini:

Identitas Diri: Banyak individu di masa dewasa awal bergulat dengan pertanyaan tentang identitas diri. Siapakah kita? Apakah kita didefinisikan oleh pekerjaan kita, atau jumlah harta kita, atau siapa pasangan kita, atau lingkaran pertemanan kita? 

Kita jadi banyak mempertanyakan nilai-nilai kita, keyakinan kita, dan kita ingin menjadi orang yang seperti apa. Proses menemukan jati diri dan tujuan seseorang bisa jadi menantang dan terkadang membuat kewalahan.

Ketidakpastian Karier dan Profesional: Memilih jalur karier dan memantapkan diri secara profesional dapat menjadi sumber stres dan kebingungan yang signifikan selama dewasa awal. Banyak orang dewasa awal mungkin mengalami keraguan tentang karir yang mereka pilih, merasakan tekanan untuk membuat pilihan yang "benar", atau berjuang untuk mendapatkan pekerjaan yang memuaskan dan stabil.

Hubungan dan Tekanan Sosial: Masa ini sering berkaitan dengan hubungan romantis, persahabatan, dan dinamika keluarga. Kita dalam fase dewasa awal mungkin merasakan tekanan untuk menemukan pasangan hidup, membandingkan diri dengan orang lain dalam hubungan yang stabil, atau menavigasi dinamika perubahan dengan teman dan anggota keluarga saat semua orang berkembang.

Tekanan Finansial dan Kemandirian: Menyeimbangkan tanggung jawab keuangan, seperti tagihan, kebutuhan sehari-hari, tabungan, dan uang jajan, dapat membuat orang dewasa awal kewalahan. Di masa ini juga kita merasa sudah harus mampu menghidupi diri sendiri. Tekanan finansial dan kemandirian finansial dapat menimbulkan kecemasan dan tekanan selama masa ini.

Fear of Missing Out (FOMO): Prevalensi media sosial dapat memperkuat rasa takut ketinggalan pengalaman dan pencapaian yang sudah dialami oleh orang lain. Melihat kehidupan teman sebaya di media sosial dapat berkontribusi pada perasaan tidak mampu, perbandingan, dan perasaan bahwa seseorang tertinggal dalam hidup. Hal ini membuat kita merasa kurang dan harus menjadi lebih.

Ketidakpastian tentang Masa Depan: Masa dewasa awal sering membawa rasa ketidakpastian tentang masa depan. Orang dewasa awal mungkin bergulat dengan pertanyaan tentang tujuan jangka panjang mereka, di mana mereka ingin menetap, dan apa yang mereka inginkan dari kehidupan. Kurangnya jawaban yang jelas dan ketakutan membuat keputusan yang "salah" dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang signifikan

Kurangnya Jalan Hidup yang Jelas: Banyak orang dewasa muda mungkin merasa kewalahan karena kurangnya jalan atau arah hidup yang jelas. Mereka mungkin telah menyelesaikan pendidikan mereka tetapi tidak yakin dengan langkah selanjutnya atau sedang berjuang untuk menemukan hasrat dan tujuan mereka. Tidak adanya jalan yang ditentukan dapat menyebabkan perasaan bingung dan perasaan terombang-ambing.

Tekanan Eksternal: Tekanan eksternal dari keluarga, teman sebaya, atau masyarakat dapat memainkan peran penting dalam memicu quarter life crisis. Ekspektasi tentang pencapaian, pencapaian, dan norma sosial dapat menciptakan rasa urgensi dan stres, yang mengarah ke perasaan tidak puas dan krisis.

Pertanyaan Eksistensial: Orang dalam fase dewasa awal  bergulat dengan pertanyaan eksistensial tentang makna dan tujuan hidup. Mereka mungkin mempertanyakan tempat mereka di dunia, pentingnya pilihan mereka, dan dampaknya terhadap masyarakat. Penyelidikan eksistensial yang mendalam ini dapat memicu rasa krisis dan pencarian makna yang lebih besar.

Kesepian dan Keterasingan: Meskipun sangat terhubung melalui media sosial, banyak orang dewasa awal mengalami perasaan kesepian dan keterasingan. Mereka mungkin berjuang untuk membentuk hubungan yang mendalam dan bermakna serta rasa memiliki, yang dapat berkontribusi pada perasaan hampa dan krisis.

Ketidakstabilan Keuangan: Perjuangan keuangan, seperti pemenuhan kebutuhan sehari-hari, kesulitan menemukan pekerjaan yang stabil, atau upah rendah, dapat menambah stres dan tekanan yang dialami selama fase dewasa awal. Ketidakstabilan keuangan dapat membatasi peluang dan menghambat kemajuan menuju tujuan pribadi dan profesional, yang menyebabkan rasa krisis.

Transisi ke Tanggung Jawab Orang Dewasa: Mengambil tanggung jawab orang dewasa, seperti membayar tagihan, mengatur keuangan, dan memelihara rumah, dapat membuat orang dewasa awal kewalahan, apalagi jika tidak memiliki pengalaman atau bimbingan sebelumnya di bidang ini. Pergeseran tiba-tiba ke tanggung jawab orang dewasa dapat berkontribusi pada quarter life crisis.

Periode antara remaja dan dewasa penuh adalah masa perubahan dan tantangan yang signifikan. Tahap ini ditandai dengan menavigasi pilihan pendidikan dan karir, membangun hubungan pribadi, dan membentuk rasa identitas dan tujuan. 

Meskipun demikian, istilah khusus quarter life crisis biasanya tidak digunakan dalam studi ilmiah atau penelitian klinis. 

Bukannya tidak ada penelitian yang mengkaji quarter life crisis, tetapi tidak umum, dan saya kira tidak umum karena 1) fenomena yang dikaji terlalu luas dengan 2) batasan yang sulit diperjelas, dan 3) teori yang tidak terlalu solid, serta 4) kebermanfaatan penelitian akan lebih banyak jika bahan kajian jelas sehingga intervensi yang disarankan juga lebih baik.

Penelitian umumnya mengkaji faktor-faktor yang berkontribusi terhadap stres, kecemasan, dan ketidakpastian selama masa dewasa awal. Penelitian-penelitian ini menyelidiki masalah seperti pengambilan keputusan karir, dinamika hubungan, harga diri, dan kesehatan mental. Variabel-variabel ini berangkat dari teori yang solid dengan tokoh yang juga kredibel. Dengan berfokus pada tema-tema seperti ini, para psikolog bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang tantangan dan peluang yang terkait dengan tahap perkembangan ini.

Apakah kita tidak boleh menggunakan istilah quarter life crisis?

Tentu saja boleh.

Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa semua tahap perkembangan dan transisinya memiliki tantangan masing-masing. Transisi anak ke remaja juga tidak mudah bagi semua orang, sebagaimana transisi remaja ke dewasa juga tidak mudah bagi semua orang.

Tidak semua orang, lalu berarti ada orang yang transisinya mudah?

Yang jelas, semua orang memiliki tantangannya masing-masing. Tantangan beberapa orang mungkin lebih ringan dari kebanyakan orang.

Bagaimana cara kita mempermudah transisi tahap perkembangan tersebut?

Jika kita mengalami kesulitan, apa yang harus dilakukan?

Menghadapi Quarter Life Crisis

Transisi perkembangan, seperti transisi dari masa kanak-kanak ke remaja atau dari remaja ke dewasa, seringkali datang dengan tantangan yang melekat karena perubahan signifikan yang dialami individu selama periode ini. Hal ini disebabkan karena kita berubah secara biologis dan psikologis agar mampu memenuhi tugas perkembangan di tahap perkembangan selanjutnya.

Pengalaman orang selama masa transisi ini bisa sangat bervariasi. Beberapa individu mungkin dengan lancar menavigasi transisi menuju kedewasaan; mereka merasakan kejelasan dan tahu tujuan mereka, sementara yang lain mungkin menghadapi kesulitan dan ketidakpastian yang lebih signifikan. Beberapa mungkin mengalami periode introspeksi dan eksplorasi tanpa meningkat ke tingkat krisis. Penting untuk menyadari bahwa perjalanan setiap orang itu unik, dan tingkat kesulitan atau krisis sangat individual.

Menciptakan lingkungan yang sehat dan mendukung bagi individu yang menjalani transisi menuju kedewasaan dapat sangat berkontribusi pada kesejahteraan dan kelancaran perjalanan mereka. 

Berikut adalah beberapa saran untuk orang tua, pendidik, pengasuh, dan masyarakat umum:

1. Membina Komunikasi Terbuka: Dorong komunikasi yang terbuka dan tidak menghakimi dengan orang-orang dalam fase dewasa awal. Ciptakan ruang yang aman di mana mereka merasa nyaman untuk mengungkapkan pikiran, kekhawatiran, dan aspirasi mereka. Dengarkan secara aktif dan validasi pengalaman mereka, meskipun berbeda dari perspektif Anda.

2. Sediakan Bimbingan dan Sumber Daya: Tawarkan bimbingan dan akses ke sumber daya yang dapat membantu orang-orang dalam fase dewasa awal untuk mengeksplorasi minat mereka, membuat keputusan berdasarkan informasi, dan menetapkan tujuan yang realistis. Ini dapat mencakup konseling karir, program bimbingan, atau informasi tentang peluang pendidikan dan pelatihan kejuruan.

3. Utamakan Kesejahteraan Emosional: Didik orang dewasa awal dan orang-orang di sekitar mereka tentang kesejahteraan emosional dan praktik perawatan diri. Edukasi mereke mengenai mekanisme koping yang sehat, teknik manajemen stres, dan pentingnya mencari bantuan saat dibutuhkan. 

4. Memfasilitasi Jejaring dan Koneksi: Bantu orang-orang dalam fase dewasa awal membangun jaringan dan koneksi dalam bidang minat mereka. Dorong partisipasi dalam kelompok komunitas, asosiasi profesional, atau peluang sukarela yang dapat memberikan dukungan sosial dan peluang jaringan yang berharga.

5. Terbuka Pada Banyak Jalur: Ketahuilah bahwa ada banyak jalur menuju kesuksesan dan pemenuhan. Dorong orang-orang dalam fase dewasa awal untuk menjelajahi jalur pendidikan dan karier yang berbeda yang selaras dengan minat dan kekuatan mereka. Tantang ekspektasi dan stereotip masyarakat, promosikan budaya yang menghargai individualitas dan lintasan hidup yang beragam.

6. Jadi Role Model Transisi Sehat: Sebagai orang tua, pendidik, pengasuh, atau anggota masyarakat umum, perhatikan contoh yang Anda berikan. Jadilah contoh bagaimana menjalani transisi yang sehat, menjadi resilien, dan mampu beradaptasi dalam kehidupan Anda sendiri. 

7. Dorong Otonomi dan Pengambilan Keputusan: Tingkatkan kemandirian dan otonomi dengan membiarkan orang-orang dalam fase dewasa awal membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas pilihan mereka. Berikan bimbingan dan dukungan saat dibutuhkan, tetapi juga biarkan mereka belajar dari pengalaman mereka dan mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan.

8. Edukasi Mengenai Literasi Keuangan: Bantu orang-orang dalam fase dewasa awal mengembangkan keterampilan literasi keuangan dengan memberikan pendidikan tentang penganggaran, menabung, dan mengelola keuangan. Ajari mereka tentang kebiasaan belanja yang bertanggung jawab, pengelolaan utang, dan pentingnya perencanaan keuangan untuk masa depan mereka.

9. Ajarkan Growth Mindset: Tekankan pentingnya growth mindset, yang mendorong ketahanan, belajar dari kegagalan, dan menghadapi tantangan. Ajari orang dewasa awal untuk melihat kemunduran sebagai peluang untuk tumbuh dan berkembang dan bukan sebagai kegagalan permanen.

10. Tekankan Perawatan Diri dan Kesejahteraan: Mendidik orang dewasa awal tentang pentingnya perawatan diri, manajemen stres, dan menjaga keseimbangan kehidupan kerja yang sehat. Dorong aktivitas yang meningkatkan kesejahteraan fisik, mental, dan emosional, seperti olahraga, perhatian penuh, dan menjaga hubungan sosial.

Untuk kita yang beresonansi dengan konsep quarter life crisis dan menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan pengalaman kita, berikut adalah beberapa tips umum dalam menghadapi fase ini:

1. Refleksi Diri: Menyadari bahwa kita mengalami quarter life crisis berarti menyadari bahwa kita mengalami kesulitan. Luangkan waktu untuk refleksi diri untuk memahami nilai, aspirasi, dan tujuan kita. Renungkan kelebihan, minat, dan apa yang membuat kita bahagia. Proses ini dapat membantu kita mendapatkan kejelasan dan arahan selama masa transisi ini. 

2. Mencari Dukungan: Jangkau teman, keluarga, atau mentor yang dapat memberikan bimbingan dan dukungan. Berbagi pengalaman dan kekhawatiran kita dengan orang lain dapat membantu kita merasa dipahami dan dapat memberikan wawasan atau perspektif lain yang mungkin membantu.

3. Tetapkan Ekspektasi Realistis: Ketahuilah bahwa transisi kehidupan dan pertumbuhan pribadi membutuhkan waktu. Hindari membandingkan diri kita dengan orang lain atau merasa tertekan untuk mengikuti timeline orang lain atau harapan masyarakat. Tetapkan tujuan yang realistis dan percayalah bahwa perjalanan hidup itu unik untuk semua orang.

4. Berdamai dengan Ketidakpastian: Jadikan ketidakpastian sebagai bagian yang pasti dalam hidup. Kita tidak harus mengetahui semua hal saat ini juga. Ketidakpastian dan perubahan akan selalu ada, sebagaimana jawaban untuk semua pertanyaan kita pun akan ada. Terimalah bahwa merasa tidak yakin atau ragu adalah hal yang wajar. 

Lihat masa ini, di mana semuanya masih belum pasti, sebagai peluang untuk pertumbuhan, eksplorasi, dan pembelajaran.  Gunakan tahap kehidupan ini untuk menjelajahi pengalaman, minat, dan kemungkinan karier baru. Pertimbangkan untuk mengambil tantangan baru, menjadi sukarelawan, bepergian, atau mengejar pendidikan lebih lanjut.

5. Fokus pada Perawatan Diri: Prioritaskan perawatan diri dan kesejahteraan selama ini. Terlibat dalam aktivitas yang meningkatkan kesehatan fisik dan mental, seperti olahraga, mindfulness, hobi, dan menghabiskan waktu bersama orang tersayang. Jaga diri kita secara holistik untuk mengelola stres dan menjaga pola pikir yang sehat.

6. Cari Bantuan Profesional jika Dibutuhkan: Jika kita sampai merasa kewalahan, cemas, atau mengalami tekanan yang signifikan, pertimbangkan untuk mencari dukungan dari profesional kesehatan mental. Mereka dapat memberikan panduan, membantu kita menghadapi tantangan, dan menawarkan strategi untuk mengatasi masalah spesifik yang Anda hadapi.

Ingat, istilah quarter life crisis adalah konsep budaya dan bukan diagnosis klinis. Pengalaman dan tantangan yang kita alami bersifat unik.

Penutup

Konsep quarter life crisis adalah sesuatu yang sangat menarik untuk dibahas. 

Tantangan dan ketidakpastian yang dihadapi oleh orang dewasa muda di usia dua puluhan memang bisa menjadi signifikan dan mungkin menyerupai aspek krisis. Fase kehidupan ini sering melibatkan transisi besar dalam hidup, seperti menyelesaikan pendidikan, memasuki dunia kerja, membangun kemandirian, dan mengarahkan hubungan pribadi. Perubahan ini, ditambah dengan ekspektasi masyarakat dan tekanan internal, dapat menyebabkan perasaan bingung, cemas, dan perasaan mandek.

Namun, di sisi lain, istilah quarter life crisis terlalu digeneralisasikan dan mungkin tidak menangkap keragaman pengalaman yang dialami orang dewasa awal selama periode ini. Beberapa individu mungkin melewati tahap ini dengan lancar, sementara yang lain mungkin menghadapi berbagai jenis tantangan atau bahkan mengalami pertumbuhan pribadi dan penemuan diri.

Penting untuk diingat bahwa pengalaman individu dapat sangat bervariasi, dan apa yang mungkin dianggap oleh satu orang sebagai krisis, mungkin dilihat oleh orang lain sebagai bagian alami dari pertumbuhan dan perkembangan pribadi mereka. Kesejahteraan psikologis itu kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk karakteristik individu, sistem pendukung, dan konteks budaya.

Pada akhirnya, apakah quarter life crisis benar-benar ada dan nyata?

Ada atau tidak, sangat penting untuk mengakui dan mengatasi tantangan yang mungkin dihadapi kaum dewasa awal selama periode ini, apapun istilah yang digunakan.

Mendukung individu dalam perjalanan penemuan diri mereka, menyediakan sumber daya untuk eksplorasi karier, meningkatkan kesehatan mental dan ketahanan, serta membina lingkungan yang mendukung dapat membantu orang-orang dalam fase dewasa awal untuk menjalani tahap perkembangan ini dengan lebih efektif.

Jika ada di antara kita yang kesulitan dalam menavigasi transisi ini, kita tidak sendirian. Jika tidak mampu, cari dukungan dan bantuan profesional kesehatan mental. Yang terpenting, ingat untuk selalu berbaik hati pada diri sendiri. (oni)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun