Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kenali Individu Neurodivergen dan Cara Kerja Otak Mereka yang Berbeda

21 April 2023   12:06 Diperbarui: 21 April 2023   12:09 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Bret Kavanaugh on Unsplash

Istilah neurodiversitas masih relatif asing bagi masyarakat umum karena mewakili pergeseran pemikiran dan bahasa seputar kondisi perkembangan saraf dan kesehatan mental. Namun, karena konsep keragaman saraf menjadi lebih dikenal dan diterima secara luas, istilah neurodivergensi dapat menjadi lebih umum digunakan dan dipahami.

Individu neurodivergen sering menghadapi stigma sosial yang signifikan yang dapat berdampak besar pada kesehatan mental dan kesejahteraan mereka. Stereotip negatif, diskriminasi, dan kurangnya dukungan semuanya dapat berkontribusi pada perasaan terasing, kecemasan, dan rendah diri, yang pada gilirannya dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental.

  • Stereotip Negatif dan Kesalahpahaman
    Salah satu dampak yang paling signifikan dari stigma sosial pada individu neurodivergent adalah melanggengkan stereotip negatif dan miskonsepsi. Misalnya, individu dengan ASD sering digambarkan sebagai orang yang kurang memiliki empati dan keterampilan sosial, sedangkan orang dengan ADHD sering dianggap malas atau tidak termotivasi. Stereotip ini dapat menyebabkan berbagai konsekuensi negatif, seperti pengucilan sosial, intimidasi, dan berkurangnya kesempatan untuk pendidikan dan pekerjaan.
  • Diskriminasi dan Pengucilan
    Diskriminasi dan pengucilan juga merupakan pengalaman umum bagi individu neurodivergen. Mereka mungkin menghadapi hambatan untuk mengakses layanan kesehatan, pendidikan, dan kesempatan kerja, serta diskriminasi dalam hubungan sosial dan pribadi. Hal ini dapat menimbulkan perasaan terasing dan kesepian, serta kecemasan dan depresi terkait ketidakmampuan untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat.
  • Kurangnya Dukungan dan Sumber Daya
    Dampak signifikan lain dari stigma sosial pada individu neurodivergen adalah kurangnya dukungan dan sumber daya yang tersedia bagi mereka. Banyak individu dengan kondisi neurodivergen berjuang untuk mengakses layanan kesehatan dan pendidikan yang sesuai, dan mungkin juga mengalami kurangnya pemahaman dan dukungan dari keluarga dan komunitas mereka. Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, dan perasaan putus asa.
  • Dampak pada Harga Diri dan Kesejahteraan
    Dampak stigma sosial pada kesehatan mental dan kesejahteraan individu neurodivergen sangat signifikan. Stereotip negatif, diskriminasi, dan kurangnya dukungan semuanya dapat berkontribusi pada perasaan rendah diri, putus asa, dan tidak berdaya. Hal ini pada gilirannya dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, dan keinginan bunuh diri.

Upaya untuk mendorong inklusivitas dan mengurangi stigma sosial dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti kampanye pendidikan dan kesadaran, advokasi dan kelompok pendukung, serta kebijakan dan program yang mempromosikan akses yang lebih besar ke layanan kesehatan, pendidikan, dan kesempatan kerja. Dengan bekerja untuk mengatasi stigma sosial dan mempromosikan inklusi yang lebih besar untuk individu neurodivergent, kami dapat membantu meningkatkan hasil kesehatan mental dan menciptakan masyarakat yang lebih adil dan adil untuk semua.

Di Indonesia, neurodiversitas merupakan konsep yang semakin dikenal, khususnya di bidang psikologi dan pendidikan. Kesadaran dan pemahaman kita mengenai kondisi neurodivergen masih terbilang kurang, tetapi sudah mulai ada kesadaran untuk menyadari, menerima, dan mendukung orang dengan gangguan spektrum autisme (ASD), attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan disleksia.

Ada beberapa alasan mengapa penting untuk mengenai neurodiversitas:

  • Mendorong penerimaan dan inklusivitas: Mengenali dan menerima neurodiversitas dapat membantu mengurangi stigma dan mendorong pemahaman dan penerimaan yang lebih besar terhadap individu dengan kondisi neurodivergen. Ini dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif yang menghargai kekuatan dan perspektif unik dari semua individu.
  • Memberikan dukungan dan akomodasi yang sesuai: Menyadari kondisi neurodivergen dapat membantu individu, keluarga, dan komunitas untuk mengidentifikasi dan mengakses dukungan dan akomodasi yang sesuai. Ini dapat membantu untuk mengatasi tantangan yang berkaitan dengan pembelajaran, komunikasi, sosialisasi, dan lain-lain.
  • Mendorong inovasi dan kreativitas: Banyak individu yang neurodivergen memiliki kekuatan dan kemampuan unik, seperti ingatan yang luar biasa, perhatian terhadap detail, kreativitas, dan keterampilan memecahkan masalah. Mengenali dan mendukung kekuatan ini dapat mendorong inovasi dan kreativitas di bidang-bidang seperti sains, teknologi, teknik, dan seni.
  • Meningkatkan kesehatan mental: Mengenali dan mengatasi kondisi neurodivergen dapat membantu meningkatkan kesehatan mental bagi individu yang mungkin bergumul dengan kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya yang terkait dengan kondisi mereka.
  • Mendukung keadilan sosial: Mengenali dan menghargai neurodiversitas juga merupakan masalah keadilan sosial. Banyak individu neurodivergen telah menghadapi diskriminasi dan marjinalisasi sepanjang sejarah, dan mempromosikan kesadaran dan penerimaan yang lebih besar dapat membantu mengatasi masalah ini dan mempromosikan kesetaraan dan inklusi yang lebih besar untuk semua individu.

Salah satu tantangan di Indonesia adalah terbatasnya akses layanan kesehatan dan pendidikan khusus untuk individu neurodivergen, terutama di daerah pedesaan dan terpencil. Namun, ada organisasi dan kelompok advokasi yang bekerja untuk mengatasi masalah ini dengan memberikan pelatihan dan sumber daya kepada guru, profesional kesehatan, dan keluarga.

Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat peningkatan fokus pada pendidikan inklusif dan akomodasi bagi siswa neurodivergen di Indonesia. Misalnya, beberapa sekolah telah menerapkan strategi seperti ruang kelas yang ramah sensorik, rencana pembelajaran yang dipersonalisasi, dan program pendampingan teman sebaya untuk mendukung siswa neurodivergen.

Secara keseluruhan, meskipun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan dukungan yang lebih besar bagi individu neurodivergen di Indonesia, terdapat tanda-tanda kemajuan yang positif dan pengakuan yang berkembang akan pentingnya merangkul keragaman neurologis.

Diagnosa Neurodiversitas

Neurodiversitas biasanya didiagnosis oleh profesional kesehatan yang berkualifikasi, seperti psikiater, psikolog, atau ahli saraf, berdasarkan kriteria klinis dan penilaian standar. Diagnosis mungkin melibatkan evaluasi komprehensif terhadap riwayat perkembangan, perilaku, dan kemampuan kognitif individu, serta pengamatan dan umpan balik dari anggota keluarga, pengasuh, dan pendidik.

Proses diagnosis dapat bervariasi tergantung pada kondisi neurodivergen spesifik yang dinilai. Misalnya, diagnosis gangguan spektrum autisme (ASD) mungkin melibatkan kombinasi penilaian perilaku, pengujian kognitif, dan pengamatan keterampilan sosial dan komunikasi. Sebaliknya, diagnosis ADHD mungkin melibatkan kombinasi gejala yang dilaporkan sendiri, penilaian perilaku, dan pengujian neuropsikologis.

Penting untuk dicatat bahwa penilaian diri juga dapat menjadi alat yang berguna bagi individu yang mencurigai mereka mungkin neurodivergen. Penilaian diri dapat melibatkan refleksi pada pengalaman, perilaku, dan tantangan seseorang, serta mencari informasi dan dukungan dari sumber yang memiliki reputasi baik. Namun, penilaian diri saja tidak cukup untuk diagnosis, dan individu yang menduga mereka mungkin neurodivergen harus mencari evaluasi profesional untuk memastikan diagnosis mereka dan mengakses dukungan dan sumber daya yang sesuai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun