Mohon tunggu...
Fitria Mustikawati
Fitria Mustikawati Mohon Tunggu... Lainnya - Fitria Mustikawati

Seorang istri dan ibu dari dua putri. Guru Pariwisata.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Bankir Vs Guru?

10 Desember 2021   16:26 Diperbarui: 10 Desember 2021   16:27 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pegawai Bank vs Guru

Enam tahun menjadi karyawan salah satu bank syariah swasta banyak memberikan suka dan duka. Duka nya terasa ketika saya sudah menikah dan menjadi seorang ibu. 

Terkadang saya iri melihat teman-teman dapat memberikan seluruh waktu dan tenaga untuk keluarga. Sedangkan saya, pukul 6.00 harus sudah siap berangkat meninggalkan bayi perempuan kami dan pulang menjelang magrib. Sebagai seorang marketing, customer service dan teller bank pernah saya jalani. 

Saya harus patuh terhadap peraturan yang berlaku dan menjalankan tugas dengan baik. Mulai menerima nasabah pukul 8 pagi dan pulang pukul 5 sore, walaupun pekerjaan di hari itu sudah selesai. 

Alhasil ya rumpi bersama rekan-rekan kerja. Wajah full make up, it's a must !! Pernah saya ditegur karena wajah saya terlalu pucat, make up nya terlalu natural, alhasil alat kosmetik cepat sekali habis, hehe... 

Di tahun ini saya keluar dari zona nyaman saya. Saya beranikan diri melamar menjadi seorang tenaga pendidik di salah satu sekolah menengah kejuruan. Dengan gelar sarjana pariwisata yang diperoleh, saya pun diterima menjadi guru pariwisata di sekolah tersebut. 

Tanpa ada pengalaman sedikit pun di dunia pendidikan, tak sungkan saya bertanya kepada ibu mertua yang sudah puluhan tahun berprofesi sebagai guru sekolah menengah atas. 

Teman-teman guru dan informasi dari kanal Youtube pun saya pelajari. Jujur saya gugup bagaimana memulai untuk menjadi seorang guru. Intinya sih harus pede alias percaya diri dan harus mempersiapkan materi yang akan diajarkan kepada murid. Masa pembelajaran sekarang terbagi dua cara, yang pertama secara tatap muka dan secara online. Alhamdulillah hari pertama mengajar berjalan lancar. 

Tak terasa sudah bulan ketiga saya menjadi guru. Banyak pertanyaan dari rekan sejawat, ''Kenapa mau mengajar, padahal gaji guru kan kecil'', ujar mereka. Jujur saja saya hanya tersenyum (tertutup masker), hehe.. 

Kalau saya lihat gaji sih, tidak akan mau menjadi seorang guru. Namun, dengan profesi saya sekarang, saya lebih menghargai orang terutama seorang guru. Tidak banyak orang yang mau menjadi seperti mereka. 

Cukup susah untuk mencari seorang guru yang memiliki jenjang pendidikan yang sama (linier). Kebanyakan lulusan perguruan tinggi, pertama kali mencari pekerjaan yang diinginkan adalah gaji yang besar. Esensi untuk menularkan ilmu yang didapat sangat jarang ditemui. 

Sebagaimana pemaparan dari Al-Ghazali dalam kitab Ihya` Ulumuddin atau Mengembangkan Ilmu-Ilmu Agama tentang salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, yaitu tidak mengharapkan materi, tetapi mengharap ridha Allah dan taqarrub kepada-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun