Mohon tunggu...
Rachmat Al Qadrie
Rachmat Al Qadrie Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pecinta bola, musik, buku, dan travelling. Pemerhati dan petani di bidang minyak atsiri

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Menerima Kekalahan dengan Lapang Dada

1 Desember 2012   15:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:21 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini kita harus tertunduk dan merasakan pil pahit kekalahan. Sakit dan menyesakkan memang, tetapi ini bukanlah akhir dari segalanya. Segera bangkit dan berbenah adalah respon balik kita untuk itu.

Kita kalah permainan melawan Malaysia. Kita kalah di lini tengah, kalah spartan dan justru tidak bermain lepas.

Organisasi permainan Malaysia lebih rapi dan team work mereka lebih baik.

Lihat saja bagaimana lini tengah dan lini belakang mereka bermain bahu-nmembahu untuk mengcover setiap serangan kita. Minimal dua orang pemain akan menjaga. Saat menyerang, ketika striker mereka dijaga, bek kanan maju dan memberikan umpan lambung terukur yang membelah pertahanan kita.

10 menit kemudian, Gol kedua tercipta lewat fast-break serangan yang luar biasa, tiga pemain Malaysia sudah on-position menerima umpan dan memecah konsentrasi para pemain belakang kita.

Dua gol awal tadi ditambah atmosfer penonton membuat moral pemain Malaysia berada diatas kita. Sebaliknya, permainan kita yang sempat membahayakan di awal pertandingan justru menurun.

Andik kemudian segera dimasukkan, tetapi Malaysia segera meng-counter dengan memperkuat lini tengah mereka. Malaysia memilih bertahan dengan menumpuk pemain di lini tengah mereka.

Walaupun kita terus menyerang, Kita tidak pernah bisa mengkoneksikan potensi serangan kita sampai akhir laga.

Piala AFF kali ini memberikan pengalaman berharga kepada beberapa pemain yang baru kali ini turun membela timnas. Laga kali ini adalah salah satu laga tersulit dengan tempo pertandingan yang tinggi. Hanya BP, Irfan dan  Elli Aiboy yang pernah melalui laga seperti ini. Nilai pengalaman inilah yang menjadi bekal berharga tersebut.

Chelsea butuh 10 tahun untuk bisa memenangi Liga Champions, pun dalam posisi yang tidak diunggulkan. Kalah berkali-kali di semifinal, kegagalan penalti di partai final adalah sejarah pahit selama 9 tahun. Akumulasi kekalahan di tahun-tahun sebelumnya, membuat John Terry, Lampard dan Drogba lebih siap di tahun berikutnya sampai akhirnya mampu meraih gelar juara di akhir usia emas mereka.

Kepada semua pemain yang telah memberikan segalanya untuk tim, kita angkat topi kepada mereka. Bagaimanapun mereka telah menjawab panggilan ibu pertiwi dengan bekerja keras sampai akhir laga. Juga kepada pelatih dan ofisial.

Setelah ini kita harus membangun kembali iklim kompetisi untuk menghasilkan pemain-pemain yang lebih baik. Lahirkan Andik-Andik Virmansyah lainnya melalui kompetisi yang bersih, wasit yang fair, regenerasi yang berkesinambungan lewat jenjang kompetisi dari U-12 ke U-14 ke U-18 sampai U-21.

Kita punya 2 tahun untuk mempersiapkan TimNas yang jauh lebih baik dari ini. Never give up.

Maju Terus TIMNAS INDONESIA, Paentengi siri'nu!!!EWAKO!!!!!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun