Mohon tunggu...
Putri Wulandari
Putri Wulandari Mohon Tunggu... Lainnya - English Tutor | Freelance Content Writer

Random Thought About Lifestyle, Movies, K-drama, Beauty, Health, Education and Social Phenomena | Best Student Nominee Kompasiana Awards 2022

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tentor Juga Manusia Biasa

4 November 2023   18:00 Diperbarui: 14 November 2023   11:45 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: memberi pelajaran (membimbing) seseorang atau sejumlah kecil siswa dalam pelajarannya . (Sumber: Shutterstock via kompas.com) 

Beberapa waktu yang lalu, salah satu teman saya menceritakan pengalaman kurang mengenakan saat bekerja. Sesuai dengan judulnya, teman saya bekerja sebagai salah satu tentor mata pelajaran Bahasa Inggris di lembaga bimbingan belajar terkenal di kota domisilinya.

Saat mengajar siswa kelas 12, teman saya kesulitan dalam mengartikan salah satu kata di teks yang sedang dibahas. Saat sedang mengambil handphone untuk mencari arti kata, salah satu muridnya berkata.

“Masa guru nggak tau arti katanya”

Lalu ada salah satu celetukan lagi:

“Guru Bahasa Inggris tapi nggak paham Bahasa Inggris”

Sebagai sesama tentor, saya juga merasakan rasa tidak enak yang mungkin teman saya rasakan. Rasa kurang nyaman dan kurang dihargai. Mungkin itu yang dirasakan. Dari pengalamannya ini, ada beberapa hal yang bisa saya petik.

Tentor Juga Manusia

ilustrasi tentor yang sedang mengajar (source: Fun Teacher Private)
ilustrasi tentor yang sedang mengajar (source: Fun Teacher Private)

Guru atau tentor merupakan sosok pengajar dalam kelas. Seringkali, pengajar dianggap sebagai pihak yang serba tahu tentang pelajaran yang diampu. Namun, pengajar juga manusia biasa.

Maksudnya disini, pengajar adalah manusia biasa yang bisa melakukan kesalahan. Pengajar juga manusia biasa yang memiliki kemampuan dan pengetahuan terbatas. Memang benar, pengajar sudah menempuh bertahun-tahun pendidikan pada satu bidang. Namun, pengajar juga manusia biasa yang bisa lupa.

Tentor Bukan Kamus Berjalan

Sebagai tentor yang mengajar mata pelajaran bahasa. Kosakata menjadi salah satu hal yang penting. Kosakata yang banyak tentunya memberikan kesempatan untuk memahami lebih banyak kata yang didengar. Juga, memberikan kesempatan untuk berbicara lebih leluasa.

Namun, pengajar bahasa bukanlah kamus berjalan. Bukan manusia super yang bisa tau semua arti kata dalam hitungan detik. Bukan google translate yang mengetahui makna dan arti sebuah kata atau kalimat. Sekali lagi, pengajar hanya manusia biasa.

Oleh karena itu, perlu dipahami bahwa setiap manusia punya keterbatasan masing-masing. Karena itu juga, penggunaan kamus fisik maupun online juga seharusnya diperbolehkan. Tidak hanya untuk siswa, tetapi juga pengajar.

Khusus untuk Bahasa Inggris, ada banyak skill (keahlian) yang bisa dikuasai oleh seseorang. Seseorang pastinya memiliki satu atau beberapa skill yang dikuasai dengan baik. Mungkin saja, seorang pengajar lebih menguasai keahlian lain dibandingkan vocabulary, dan itu tidak apa-apa.

Ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya hal semacam ini.

Belajar dan review materi sebelum mengajar

Jangan salah, pengajar juga belajar. Kita bayangkan saja, ada satu materi yang mungkin didapatkan saat menjadi mahasiswa tahun pertama. Dan suatu hari, kita harus mengajarkan materi tersebut kepada siswa. 

Apakah cukup hanya mengandalkan ingatan? Of course, NOT. Tidak akan cukup. Oleh karena itu, selalu belajar dan review materi sebelum mengajar adalah hal yang biasa dilakukan. 

ilustrasi tentor yang sedang mengajar (source: Glints)
ilustrasi tentor yang sedang mengajar (source: Glints)

Bayangkan, sudah bertahun-tahun berlalu. Apakah ingatannya tetap sama? Of course, NOT. Pasti ada bagian-bagian yang kita lupakan. Satu-satunya cara untuk mengingat ya pastinya belajar. Entah membuka kembali buku-buku, atau mencari materi tersebut di internet.

Semua dilakukan agar siswa bisa mendapatkan pelajaran yang utuh, lengkap, dan tanpa kurang.

Mengajak partisipasi siswa dalam pembelajaran

Selanjutnya adalah, pengajar bisa mengajak siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Jadi, siswa tidak memberikan fokus sepenuhnya pada guru dan bisa berkonsentrasi pada tugas yang diberikan.

Misalnya, siswa bisa diberikan tugas untuk membaca teks terlebih dahulu. Apabila ada kosakata yang sulit, bisa melemparkan pertanyaan kepada siswa lain yang mungkin tau. Atau, siswa diberikan waktu diskusi kelompok agar pemahaman mereka lebih baik lagi.

Membahas isi teks secara umum

Salah satu hal yang terkadang saya lakukan adalah membahas konteks secara umum. Kecuali ada beberapa detail yang penting, teks bisa dibahas secara garis besar saja.

Hal ini bisa sangat efektif apabila hanya dalam bentuk latihan soal. Biasanya, teks cenderung pendek dan digunakan untuk menjawab beberapa soal. 

Namun, saat berhadapan dengan satu jenis teks yang harus dibahas secara rinci, cara ini mungkin tidak dapat dilakukan dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun