Mohon tunggu...
Putri Wulandari
Putri Wulandari Mohon Tunggu... Lainnya - English Tutor | Freelance Content Writer

Random Thought About Lifestyle, Movies, K-drama, Beauty, Health, Education and Social Phenomena | Best Student Nominee Kompasiana Awards 2022

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Rontek Gugah Sahur, Antara Tradisi dan Ajang Unjuk Gigi Pemuda Pacitan

5 April 2023   15:00 Diperbarui: 5 April 2023   15:02 1558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemuda Rontek Gugah Sahur di Pacitan (sumber: Kaskus)

Bulan Ramadhan biasanya memiliki berbagai keunikan tersendiri. Mulai dari makanan, minuman, fenomena, hingga tradisi, banyak yang hanya terjadi di bulan Ramadhan. Berbagai keunikan ini bisa kita temukan di berbagai kota dan kabupaten yang ada di Indonesia. Salam satunya adalah tradisi Rontek Gugah Sahur di Pacitan.

Rontek Gugah Sahur adalah salah satu bentuk tradisi yang sudah lama ada di Pacitan. Rontek sendiri merupakan bentuk kesenian khas Pacitan dengan memukul kentongan yang berasal dari bambu hingga menghasilkan bunyi yang serempak dan enak didengar. Sedangkan Rontek Gugah Sahur sendiri adalah tradisi rontek yang biasa dilakukan pada pagi hari di bulan Ramadhan dengan tujuan membangunkan orang-orang untuk sahur. 

Tradisi ini biasanya dilakukan oleh kelompok pemuda yang ada di suatu daerah, entah itu mencakup satu lingkungan, dusun, atau desa. Para pemuda ini yang memang biasanya berkumpul untuk tadarus selepas sholat tarawih berjamaah akan berkumpul di satu tempat dan bersiap dengan berbagai alat. Puluhan hingga ratusan pemuda ini biasanya melengkapi diri dengan thethek bambu, kendang, bedhug, hingga gong. 

Para pemuda rontek ini biasanya mulai berkeliling pada pukul setengah 2 dini hari. Tidak hanya membunyikan alat secara asal, mereka bahkan mempunyai banyak lagu yang bisa dimainkan agar masyarakat bangun untuk sahur sekaligus terhibur.

Namun sayangnya, kegiatan yang awalnya tradisi ini perlahan berubah menjadi ajang unjuk gigi dan eksistensi para pemuda. Tidak jarang, kelompok rontek ini keluar dari daerah asalnya dan bertemu dengan kelompok dari daerah lain hingga menimbulkan bentrok.

Saat saya berkesempatan untuk pulang kampung ke Pacitan, saya tidak mendengar adanya suara rontek sama sekali di saat sahur. Saat sahur hari kedua, saya hanya bisa mendengar suara rontek sayup-sayup. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan beberapa tahun lalu, atau saat sebelum pandemi. Rontek bahkan terkadang melewati depan rumah kami. 

Bahkan, kata ibu saya, Rontek Gugah Sahur di daerah kami sudah sangat jarang terdengar karena rombongan rontek memilih untuk melewati jalan lain yang berujung bentrok. Hal ini dianggap sudah sangat biasa dan tidak sedikit masyarakat yang menganggap rontek bukanlah suatu tradisi lagi.

Petugas gabungan saat pengamanan rontek (sumber: Lacak Berita)
Petugas gabungan saat pengamanan rontek (sumber: Lacak Berita)

Karena rawan potensi bentrok, pemerintah pun mengambil langkah serius. Dilansir dari Pacitanku.com, petugas gabungan TNI, Polri, Satpol PP dan linmas diturunkan untuk menjaga keamanan selama Rontek Gugah Sahur. Beberapa kelompok rontek dihadang untuk tidak melewati batas desa. Walaupun biasanya terjadi adu dorong, rontek bisa berjalan lebih aman dan rukun. Para petugas juga menekankan bahwa Rontek Gugah Sahur adalah kegiatan yang membantu masyarakat agar bangun untuk sahur, bukan ajang unjuk kekuatan. 

Saat ini, Rontek Gugah Sahur boleh dilakukan dengan syarat tidak melewati batas wilayah masing-masing. Dan bagi beberapa kelompok pemuda yang kerap bentrok, mereka harus puas dengan ketatnya pengawalan dari pihak berwajib selama Ramadhan.

Bagaimana dengan daerah kalian? Apakah ada tradisi semacam ini juga?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun