Mohon tunggu...
Putri Wulandari
Putri Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Writer

putriwulandari22022000@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Kejamnya Kejahatan Dunia Maya di Film Dokumenter Cyber Hell: Exposing an Internet Horror

26 Maret 2023   15:00 Diperbarui: 26 Maret 2023   20:21 1877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi film Cyber Hell: Exposing an Internet Horror (sumber: Netflix)

Akhir-akhir ini, media pemberitaan ramai dengan diungkapkannya banyak kebusukan yang dilakukan oleh empat sekte sesat di Korea Selatan yang dibungkus dalam film dokumenter berjudul In the Name of God: A Holy Betrayal. 

Sebagaimana film dokumenter lainnya, film ini memuat wawancara banyak saksi, korban, dan juga banyak footage asli kejadian yang sungguh mengerikan. Banyak netizen yang tidak merekomendasikan film ini karena banyaknya adegan sensual yang minim sensor dan adegan kekerasan lain.

Ada salah satu film dokumenter produksi Netflix yang diangkat dari kasus kriminal yang lumayan kejam tapi disampaikan dengan cara yang tidak sefrontal film dokumenter di atas. Film dokumenter ini berjudul Cyber Hell: Exposing an Internet Horror.

Cyber Hell: Exposing an Internet Horror adalah salah satu film dokumenter diproduksi Netflix yang tayang pada tahun 2022. Film dengan durasi 1 jam 45 menit ini bercerita tentang kasus kriminal penyebaran konten asusila yang terjadi di Korea Selatan pada tahun 2020. Kasus ini dikenal dengan kasus Nth room (Ruang Chat Nomor N).

Ilustrasi Godgod (sumber: Netflix)
Ilustrasi Godgod (sumber: Netflix)

Kasus ini bermula saat adanya temuan grup chat berbayar nomor 1 sampai dengan 8 di aplikasi Telegram yang banyak berisi konten asusila dari banyak perempuan di bawah umur. Semua grup ini dibuat oleh seseorang bernama Moon Hyung Wook alias Godgod.

Selain membuat grup chat, Godgod juga berperan sebagai orang yang menentukan korban atau target dengan cara menyamar sebagai pihak berwajib. Dia akan mengirim suatu link yang katanya berisi foto asusila milik korban. Link ini sebenarnya adalah sebuah jebakan yang dapat meretas semua informasi yang ada di handphone korban. Mulai dari foto, kontak, pesan, hingga lokasi akan dapat diakses dengan leluasa.

Selanjutnya, Godgod akan mulai memberikan perintah pada korban untuk memberikan banyak foto dan video asusila. Jika perintah tersebut tidak diindahkan, para korban akan diancam dengan cara menyebarkan foto-foto asusila korban yang sudah dikirimkan sebelumnya. Bahkan, ancaman dilakukan secara langsung dengan mendatangi rumah korban.

Semua foto dan video asusila tersebut kemudian dikirimkan ke grup chat nomor 1 sampai dengan 8. Misalnya, grup chat 1 hanya berisi potongan singkat video. Jika akan melihat versi lebih banyaknya, para pelanggan bisa memasuki grup chat nomor 2 dengan membayarkan sejumlah uang. Begitu seterusnya hingga grup chat nomor 8.

Dua tersangka kasus Nth Room, Godgod (kiri) dan Baksa (kanan) (sumber: Obrolan Tengah Malam)
Dua tersangka kasus Nth Room, Godgod (kiri) dan Baksa (kanan) (sumber: Obrolan Tengah Malam)

Ada satu orang lagi yang menjadi tersangka dalam kasus ini, pria ini bernama Choi Ju Bin alias Baksa. Baksa disini adalah orang yang membuat sistem dari Nth room. Baksa akan membuat banyak iklan lowongan kerja dunia hiburan yang menggiurkan di Twitter. Bagi orang yang tertarik dengan lowongan ini, dia akan disuruh menghubungi Baksa melalui Telegram dan mengirimkan banyak informasi pribadi, bahkan hingga nomor rekening.

Baksa akan berpura-pura memberikan lowongan model pakaian dalam ke korban. Korban akan diminta mengirimkan foto dirinya hanya dalam balutan pakaian dalam atau tidak sama sekali. Dari sini, Baksa akan memanfaatkan foto dan informasi pribadi korban untuk kejahatannya.

Informasi dan foto tersebut akan dikirimkan ke grup chat berbayar. Sama seperti Godgod, Baksa selanjutnya akan mengancam korban untuk mengirimkan berbagai video dan foto asusila jika ingin foto sebelumnya dihapus. Hal paling buruk di sini adalah para pelanggan di grup chat bisa me-request berbagai foto dan video yang sangat tidak pantas.

Bayangkan, hal tersebut berlangsung terus menerus dan terjadi pada 74 orang  perempuan. Bahkan, 16 diantaranya masih di bawah umur. Dalam grup chat tersebut, mereka semua disebut dengan Budak Baksa.

Agar transaksi ilegal ini tidak terlacak, Baksa menggunakan Cryptocurrency. Para pelanggan grup akan membayarkan sejumlah Monero (salah satu jenis uang Cryptocurrency) ke rekening milik Baksa. Untuk pencairannya, Baksa akan menyuruh anonim untuk mengambil uang tersebut. 

Seorang anonim tersebut akan mengambil uang di ATM khusus Cryptocurrency dan menaruh sejumlah uang tersebut di tempat random yang sudah ditentukan, seperti di belakang tempat air, dekat tong sampah, dan tiang listrik. Akhirnya, Baksa akan mengambil uang tersebut tidak berselang lama setelah uang tersebut diletakkan tanpa bertemu dengan si anonim.

Kasus ini terungkap setelah seorang Watchman tertangkap. Dialah yang memberikan segala informasi terkait grup chat ini kepada polisi. Baksa kemudian juga tertangkap di apartemennya. Saat tertangkap, Baksa diketahui memiliki uang tunai senilai 1,6 miliar rupiah bersamanya. Kasus kejahatan ini kemudian mendapatkan banyak perhatian masyarakat setelah polisi merilis muka para tersangka.

Hampir dua tahun setelah kasus ini naik, Netflix merilis film dokumenter dan mempertontonkan kejamnya kejahatan Godgod dan Baksa kepada Masyarakat.

scene pernyataan dari jurnalis The Hankyoreh (sumber: Cultura Magazine) 
scene pernyataan dari jurnalis The Hankyoreh (sumber: Cultura Magazine) 

Menurut saya, film dokumenter ini berhasil mempertontonkan banyak fakta kasus Nth Room kepada masyarakat dengan cara yang mild. Film ini menggunakan pendekatan jurnalis sebagai sudut pandang utama. Ada beberapa jurnalis dari The Hankyoreh dan Team Flame (jurnalis mahasiswa) yang menjadi storyteller utama selama jalannya film. Karena pendekatan ini, film menjadi terasa lebih aman dan nyaman untuk ditonton karena hanya sedikit footage korban yang masuk dan mendapatkan sensor yang maksimal. 

Alur fim juga sangat runtut, lengkap, dan detail. Saya pernah membaca berita tentang kasus ini, ada juga beberapa youtuber yang membahas kasus ini dengan sangat lengkap. Dan segala hal yang disampaikan film ini sangat sesuai dengan banyak berita yang beredar. Saking lengkapnya, banyak fakta lain tentang kejahatan Baksa dan Godgod sebelumnya juga diungkap melalui film dokumenter ini.

Film ini membuat saya pribadi menjadi lebih waspada dan berhati-hati. Kita harus selalu berusaha untuk tidak mengakses link yang mencurigakan dari orang yang tidak kita kenali. Kita juga harus paham bahwa apa pun yang telah kita unggah di internet akan selalu ada di sana dan bisa dimanfaatkan oleh siapapun.

Setelah otak dari kejahatan cyber ditangkap, ada satu hal yang masih saya pikirkan. Bagaimana dengan para pelanggan grup chat milik Baksa dan Godgod? Bukankah mereka juga tersangka? Bukankah tidak akan ada penawaran jika tidak ada permintaan?

Bagaimana menurut kalian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun