Turunnya pendapatan dan popularitas kantin sekolah juga menjadi salah satu alasan larangan ini. Seperti yang dialami adik saya, dia lebih banyak membeli risoles mayo kepada temannya daripada pergi ke kantin. Ya, hitung-hitung membantu teman. Lagi pula, lebih praktis untuk membeli jajanan kepada teman yang notabene berada di satu kelas dengannya daripada pergi ke kantin. Apalagi jika kantin dalam kondisi ramai dan tidak kondusif.Â
Karena mungkin harga yang lebih murah, rasa yang lebih enak, dan lebih mudah di jangkau, siswa banyak yang lebih memilih membeli jajanan kepada teman mereka sendiri. Hal ini tentunya membuat kantin kehilangan pendapatan yang seharusnya didapatkan.Â
Apa solusinya?
Nah, apabila sekolah melarang siswa untuk berjualan di sekolah, seharusnya keputusan ini diiringi dengan solusi yang relevan. Kalau dipikir-pikir kan ya sayang sekali jika bibit-bibit wirausaha siswa harus dikekang seperti ini.Â
Misalnya, siswa bisa menitipkan dagangan di kantin atau koperasi sekolah. Sejauh yang saya tahu, tidak ada larangan untuk menitipkan dagangan ke kantin sekolah secara umum.Â
Sekolah biasanya juga memiliki koperasi atau kantin kejujuran. Siswa bisa memanfaatkan celah ini untuk tetap bisa mencari tambahan uang saku dengan berjualan. Siswa hanya perlu mencatat jumlah stok awal untuk disetorkan ke kantin atau koperasi. Jangan lupa untuk memberitahu penjaga kantin atau koperasi tentang harga awal dan harga jual barang yang dititipkan. Lalu, siswa bisa mengambil pendapatan hari itu dan dagangan (jika ada) sepulang sekolah.
Atau apabila penjaga kantin merasa keberatan, sekolah bisa membangun kantin swakelola.Â
Secara sederhana, kantin swakelola adalah sebuah kantin dengan sekolah dan murid sebagai pengelolanya sendiri. Sekolah akan memilih beberapa siswa untuk menjadi penjaga kantin swakelola secara bergiliran. Tentunya, seorang guru juga masih harus ditugaskan untuk mengawasi penjualan tiap harinya.
Siswa sendiri yang membeli dan juga melayani teman-temannya. Saat jam istirahat mendekati usai, kantin swakelola bisa ditutup dan siswa yang menjadi penjaga harus menyetorkan hasil penjualan hari itu kepada guru pengawas. Nantinya, keuntungan pada hari  itu bisa digunakan untuk menjadi modal usaha di hari berikutnya.
Jalan lain yang bisa dilakukan sekolah adalah dengan mengadakan market day. Market day ini berasal dari dua kata, market yang berarti pasar, dan day yang berarti hari.Â