Hagwon memberikan tambahan pelajaran untuk berbagai jenjang pendidikan. Untuk TK dan SD, siswa akan belajar di hagwon selama 40 menit. Sedangkan, siswa jenjang SMP dan SMA akan belajar selama kurang lebih 2 jam mulai jam 5 sore hingga jam 10 malam, tergantung berapa kelas yang diambil. Tentunya, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan RPP, buku, dan materi mereka sendiri.
Hagwon ini juga memiliki beberapa jenis kelas. Ada jenis kelas campuran TK-SD dan SMP-SMA. Ada pula kelas besar yang terisi hingga 30 siswa. Dan ada pula privat tutoring untuk satu orang siswa di lokasi bimbel maupun yang datang ke rumah.
Berbagai jenis hagwon ini rata-rata memiliki satu tujuan yang sama: lolos suneung dan masuk universitas bergengsi.
Suneung adalah tes semacam SBMPTS/UTBK yang harus dilalui siswa agar bisa masuk ke universitas yang mereka mau.Â
Ada 3 universitas bergengsi yang menjadi incaran siswa sekolah menengah KorSel yang biasa disingkat dengan SKY University.Â
SKY adalah singkatan dari Seoul National University, Korea University, dan Yonsei University.Â
Ketiga universitas ini dikenal memiliki standar pendidikan yang tinggi dan mampu membawa lulusan-nya menjadi sosok yang sukses serta diincar berbagai perusahaan besar seperti Samsung, LG, Hyundai, dll. Intinya, kalau bisa masuk ke tiga universitas itu, masa depan akan terjamin cerah.
Hagwon yang Penuh Problematika
Keberadaan hagwon juga menimbulkan polemik di masyarakat. Berikut adalah beberapa problematika yang muncul beriringan dengan keberadaan hagwon.
Jam belajar yang makin larut
Ada salah satu sesi kelas atau kebiasaan yang harus dilakukan oleh siswa di Korea Selatan yang harus dilakukan setiap hari sebelum pulang sekolah, yaitu yaja.
Yaja adalah sesi belajar sendiri yang harus dilakukan siswa. Siswa biasanya menggunakan sesi ini untuk me-review pembelajaran hari itu.Â
Yaja biasanya selesai di sore hingga malam hari. Setelah yaja, para siswa masih harus menghadiri hagwon yang tentunya juga dimulai setelah pendidikan formal.Â