Mohon tunggu...
Putri Wulandari
Putri Wulandari Mohon Tunggu... Lainnya - English Tutor | Freelance Content Writer

Random Thought About Lifestyle, Movies, K-drama, Beauty, Health, Education and Social Phenomena | Best Student Nominee Kompasiana Awards 2022

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Berkunjung ke Benteng Pendem Ngawi Sebelum Direhabilitasi

26 Januari 2023   18:00 Diperbarui: 1 Februari 2023   08:47 1510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerbang Benteng Van Den Bosch atau Benteng Pendem Ngawi (Pemerintah Kabupaten Ngawi)

Beberapa tahun lalu, saya dan teman-teman satu angkatan di UKM kampus berkumpul di rumah salah satu rumah teman kami yang bertempat di Kabupaten Ngawi. 

Kami berkumpul dengan tujuan silaturahmi karena sudah lama sekali kami tidak berada di satu acara yang sama dengan formasi lengkap. 

Setelah itu, kami pun berkumpul sejak siang hari dan memutuskan untuk menginap. Keesokan paginya, kami bersiap untuk menuju Benteng Van Den Bosch atau Benteng Pendem Ngawi.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit, kami sampai ke pintu masuk utama area benteng. Kami lalu membayar tiket masuk sebesar Rp 5.000 dan memarkirkan sepeda motor. 

Benteng Van Den Bosch atau Benteng Pendem Ngawi adalah salah satu benteng peninggalan kolonial Belanda yang dibangun pada tahun 1839 oleh Gubernur Jenderal Van Den Bosch. 

Bangunan benteng yang dimakan usia (Dokumentasi Pribadi)
Bangunan benteng yang dimakan usia (Dokumentasi Pribadi)

Karena memang sudah lama sekali dibangun, salah satu cagar budaya populer di Jawa Timur ini memiliki bangunan yang lumayan rapuh. Banyak bagian benteng yang sudah termakan usia. 

Lumut dan banyak tanaman sudah menyelimuti bagian luar benteng. Sebagian area benteng juga rusak karena banyak pohon dan tumbuhan lain. 

Beberapa bagian belakang benteng juga sepertinya sudah lama dihuni kawanan kelelawar yang memberikan kesan creepy dan agak kotor. Ada juga area tangga tidak boleh dinaiki karena memiliki resiko jatuh dan bangunan roboh. 

Area lapang untuk beristirahat di area tengah benteng (Dokumentasi Pribadi)
Area lapang untuk beristirahat di area tengah benteng (Dokumentasi Pribadi)

Setelah berkeliling, teman-teman memutuskan untuk duduk di bagian tengah benteng yang sangat lapang. Bersama pengunjung lain, kami beristirahat dan duduk santai. 

Satu hal yang saya sayangkan saat itu, tidak begitu banyak teks atau informasi terkait benteng yang bisa ditemukan. 

Hanya ada beberapa teks nama bangunan benteng. Saya juga tidak bisa menemukan sejumlah petugas yang biasanya ada di area wisata.

Well, saya tahu bahwa tidak semua benteng dibuat seperti museum dengan banyak bagian informatif. Kebanyakan digunakan untuk area foto dan dinikmati suasananya saja. Namun, pasti ada keinginan untuk tau tentang sejarah benteng. Itu lah yang saya rasakan.

Tampak tengah Benteng Pendem Ngawi (Dokumentasi Pribadi)
Tampak tengah Benteng Pendem Ngawi (Dokumentasi Pribadi)

Saat sedang menikmati suasana pagi di Benteng Pendem Ngawi, ekor mata saya menemukan seorang laki-laki paruh baya yang sedang menyapu area tengah benteng. 

Saya pun mendatangi beliau dengan semangat. Setelah menyapa, saya pun mulai menanyakan beberapa pertanyaan. 

Panjenengan sampun dangu nyambut damel teng mriki pak? (Bapak sudah lama bekerja disini?)
Puluhan taun mbak kulo ngabdi teng mriki (Sudah puluhan tahun mengabdi disini mbak)

Setelah jawaban tersebut keluar, saya semakin bersemangat untuk bertanya ke beliau. Beliau kemudian dengan sukarela menceritakan tentang Benteng Pendem Ngawi. 

Mungkin saja informasi ini bisa diakses di google dalam banyak versi. Namun, mendengarkan cerita langsung terasa sangat berbeda untuk saya yang tidak tau informasi apa pun tentang benteng ini.

Kenapa dinamakan Benteng Pendem?

Beliau bercerita kalau Benteng Pendem ini peninggalan kolonial Belanda yang dulunya dihuni lebih dari 250 tentara. Pendem merupakan salah satu kata di Bahasa Jawa yang berarti di pendam di dalam tanah. 

Benteng ini dinamakan seperti itu karena benteng terlihat seperti di pendam di tanah. Dan benar, saya melihat dan menaiki bagian tanggul yang mengelilingi bangunan benteng di bagian sisi belakang, kanan dan kiri. Di atas tanggul, saya bisa melihat aliran sungai yang mengelilingi benteng.

Sistem Drainase yang masih original

Penjelasan beliau tentang tanggul berlanjut mengenai sistem drainase benteng yang sangat baik. Saya sih sudah menduga tentang ini karena Belanda adalah negara dengan sistem drainase yang sangat baik. 

Oleh karena itu, benteng berada di dekat dua pertemuan aliran sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun, dibangunlah tanggul untuk menaggulangi luapan air. 

Seluruh bagian bangunan memiliki sistem drainase yang baik dan seluruh salurannya bermuara pada aliran sungai Bengawan Solo. 

Sistem pintu buka tutup otomatis juga ada di setiap ujung saluran. Bahkan beliau juga berkata bahwa tidak ada yang dirubah dari sistem drainase, semuanya masih original sejak zaman kolonial Belanda. 

Bagian tengah yang paling istimewa

Bangunan bagian tengah Benteng Pendem Ngawi (Dokumentasi Pribadi)
Bangunan bagian tengah Benteng Pendem Ngawi (Dokumentasi Pribadi)

Selain bagian camp, ada juga penjara, dan museum sekaligus makam yang berada di bagan tengah benteng. Seperti yang saya duga, bagian tengah benteng adalah bagian yang istimewa. 

Bangunan tengah terlihat sebagai bangunan yang paling terawat. Dan benar, ada museum mini dan makam seseorang yang sangat berjasa disana.

Museum mini Benteng Pendem (sumber: Jumini Wani Dolan)
Museum mini Benteng Pendem (sumber: Jumini Wani Dolan)

Makam tersebut adalah makam KH. Muhammad Nursalim. Beliau bercerita bahwa KH. Muhammad Nursalim adalah salah satu pengikut Pangeran Diponegoro yang taat. KH. Muhammad Nursalim diutus untuk menggalang kekuatan karena kekalahan Ngawi kala itu. 

Setelah melalui banyak pertempuran, KH. Muhammad Nursalim berhasil ditengkap oleh Belanda. Ia kemudian dibawa ke Benteng Pendem untuk dieksekusi. Sang Kiai dikubur hidup-hidup di bagian tengah benteng.

Makam KH. Muhammad Nursalim (sumber: Merdeka.com)
Makam KH. Muhammad Nursalim (sumber: Merdeka.com)

Saat ini, makam KH. Muhammad Nursalim bisa ditemukan di bagian tengah bangunan yang dibatasi sebuah kaca. 

Makam tersebut dikelilingi keramik kebiruan dengan nisan berisi nama sang Kiai. Makam tersebut juga ditemani sebuah pohon kamboja yang saat itu dengan berbunga berwarna putih. 

Saya pribadi berterimakasih karena sudah diberikan informasi yang bermakna terkait Benteng Pendem Ngawi. 

Tidak ada salahnya kita mencari informasi kepada para pengelola tempat wisata apabila sekiranya tidak ada informasi umum yang tertera di area wisata. Kunjungan yang tidak hanya kental unsur keindahan sejarah, tetapi juga unsur perjuangan para pendahulu yang kita tidak tahu.

Saat ini, Benteng Van Den Bosch atau Benteng Pendem Ngawi telah mengalami rehabilitasi besar-besaran yang mengubah citra benteng secara drastis. 

Benteng menjadi bangunan utuh dengan warna cat putih beratap coklat dengan banyak jendela dan pintu yang menambah keindahan benteng. Kita bisa melihat bahwa benteng menjadi tempat yang lebih bersih dan semakin layak untuk dikunjungi. Kabarnya, benteng ini akan kembali dibuka untuk umum di awal tahun ini.

Tertarik berkunjung?

Informasi rinci tentang Benteng Pendem Ngawi: 1 2 3

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun