Saat menjadi mahasiswa, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menambah uang saku selain dari orangtua. Salah satu pekerjaan part-time yang laris manis dilakoni mahasiswa adalah menjadi tentor atau guru les.
Tentor adalah orang yg memberi pelajaran (membimbing) seseorang atau sejumlah kecil siswa dalam pelajarannya. Tentor ini bisa juga disebut sebagai tutor belajar, mentor, atau guru les.Â
Tutor belajar ini bisa dilakukan secara pribadi atau bergabung dengan suatu lembaga bimbingan belajar. Selain itu, tentor juga bisa memberikan tambahan belajar dengan murid yang relatif banyak ataupun privat.
Jika memilih untuk menjadi tentor umum, kita harus memberikan pembelajaran untuk suatu kelas dengan murid yang relatif banyak. Sedangkan jika menjadi tentor les privat, kita memberikan pelajaran terbatas untuk satu sampai tiga murid saja.Â
Seperti halnya banyak pekerjan lain, menjadi tentor les privat juga memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan menjadi tentor les privat.
Ekspektasi Orangtua Murid dan Target yang Cukup Tinggi
Ekspektasi bisa dikatakan sebagai beban pertama yang diberikan oleh wali murid kepada tentor dan juga si anak.Â
Kebanyakan orangtua beranggapan bahwa saat anaknya sudah masuk lembaga bimbingan belajar dan bahkan memiliki tentor pribadi, capaian belajar di akhir semester atau kenaikan kelas harus meningkat dengan pesat.Â
Sayangnya, ekspektasi ini bagai pedang bermata dua. Ekspektasi bisa membuat si tentor dan anak menjadi semangat dan pecutan dalam meningkatkan capaian belajar.Â
Namun, ekspektasi bisa juga menjadi tekanan yang sangat berat. Apalagi untuk si anak yang dituntut memiliki capaian belajar yang maksimal.
Secara tidak langsung tentor juga harus memiliki target. Target ini tidak hanya berbentuk nilai akhir, tetapi juga capaian keterampilan. Yang perlu diperhatikan adalah target ditetapkan bukan hanya karena ekspektasi orangtua, tetap juga harus realistis sesuai dengan tingkat kesulitan pelajaran dan kemampuan anak.Â